Asal Muasal Kemusyrikan di Jazirah Arab
Sejak masa nabi Ismail as, Mekkah dalam agama yang benar, dalam
akidah yang benar, Islam, yang intinya menyembah kepada Allah,
meng-esa-kan-Nya. Hal ini berlangsung terus bahkan sampai ratusan tahun
berikutnya walaupun nabi Ismail as sudah meninggal. Kabilah Jurhum juga
tetap berada di Mekkah dalam kurun waktu tersebut.
Sampai akhirnya, tiba masanya ketika suatu kabilah, bernama kabilah Khuza’ah, merasa iri dengan kemakmuran kabilah Jurhum di Mekkah ini. Salah satu faktor penyebab kemakmuran ini adalah karena adanya Ka’bah yang selalu dikunjungi orang untuk beribadah ke sana, sehingga perekonomian Mekkah lancar.
Maka, kabilah Khuza’ah berencana merebut kota Mekkah dari kabilah Jurhum. Setelah penyerangan, kabilah Khuza’ah dapat menguasai Mekkah, namun kabilah Jurhum tidak mau kalah telak. Sebelum pergi dari Mekkah, kabilah Jurhum menutup air zam-zam, sehingga tidak ada lagi jejak air zam-zam.
Dengan pemimpinnya yang bernama Amru bin Luhay, kabilah Khuza’ah masuk menguasai Mekkah yang telah kehilangan sumber air zam-zam nya.
Suatu ketika, Amru bin Luhay pergi ke Syam. Di sana dia melihat suatu kabilah yang sedang sujud menyembah berhala, lalu dia bertanya kepada mereka mengapa sujud ke berhala.
“Inilah tuhanku, ini yang menurunkan kebaikan kepadaku, ini juga yang sebenarnya memberikan hujan kepadaku,” jawab mereka.
Ketika disebut hujan, Amru bin Luhay teringat bahwa di Mekkah tidak ada air. Maka saat itu dia meminta, “Berikan kepadaku satu berhala yang paling besar.”
Lalu dibawalah berhala yang paling besar, namanya Hubal, dan disimpan di Mekkah di samping Ka’bah. Kemudian Amru bin Luhay berkata,
“Sekarang kalian harus menyembah patung ini. Karena ini yang akan memberikan manfaat pada kalian. Ini yang akan menjaga kalian. Ini yang akan menurunkan hujan untuk kalian.”
Amru bin Luhay ini adalah pemimpin yang jika mengatakan a harus a, jika b harus b, tidak ada satupun yang bisa membangkang perintahnya. Sehingga sejak itu, menyembahlah orang-orang Mekkah kepada patung ini.
Belum cukup sampai di situ, atas bisikan jin, Amru bin Luhay memerintahkan agar patung-patung berhala kaum Nuh, seperti patung Wud, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, yang sudah terkubur, digali lagi, lalu disimpan di Ka’bah untuk disembah juga, na ‘udzu billah..
Berbagai kemusyrikan semakin merajalela, sampai ada satu peraturan dari Amru bin Luhay, bahwa tiap-tiap rumah harus menyimpan patung di depannya dan harus thowaf di depan patung itu sebelum masuk rumah, ada juga peraturan siapa yang mau keluar dari kota Mekkah harus thowaf di patung berhala, dan bagi orang Mekkah harus membawa patung buatan Mekkah.
Itulah Amru bin Luhay, orang yang pertama kali memasukkan agama majusi, agama penyembah berhala dan kemusyrikan ke Mekkah.
Maka Rasulullah mengatakan dalam salah satu haditsnya (shahih), “Saya melihat Amru bin Luhay ditarik ususnya oleh malaikat masuk neraka. Karena Amru bin Luhay lah yang pertama kali menjadikan kemusyrikan di Arab.”
Sampai akhirnya, tiba masanya ketika suatu kabilah, bernama kabilah Khuza’ah, merasa iri dengan kemakmuran kabilah Jurhum di Mekkah ini. Salah satu faktor penyebab kemakmuran ini adalah karena adanya Ka’bah yang selalu dikunjungi orang untuk beribadah ke sana, sehingga perekonomian Mekkah lancar.
Maka, kabilah Khuza’ah berencana merebut kota Mekkah dari kabilah Jurhum. Setelah penyerangan, kabilah Khuza’ah dapat menguasai Mekkah, namun kabilah Jurhum tidak mau kalah telak. Sebelum pergi dari Mekkah, kabilah Jurhum menutup air zam-zam, sehingga tidak ada lagi jejak air zam-zam.
Dengan pemimpinnya yang bernama Amru bin Luhay, kabilah Khuza’ah masuk menguasai Mekkah yang telah kehilangan sumber air zam-zam nya.
Suatu ketika, Amru bin Luhay pergi ke Syam. Di sana dia melihat suatu kabilah yang sedang sujud menyembah berhala, lalu dia bertanya kepada mereka mengapa sujud ke berhala.
“Inilah tuhanku, ini yang menurunkan kebaikan kepadaku, ini juga yang sebenarnya memberikan hujan kepadaku,” jawab mereka.
Ketika disebut hujan, Amru bin Luhay teringat bahwa di Mekkah tidak ada air. Maka saat itu dia meminta, “Berikan kepadaku satu berhala yang paling besar.”
Lalu dibawalah berhala yang paling besar, namanya Hubal, dan disimpan di Mekkah di samping Ka’bah. Kemudian Amru bin Luhay berkata,
“Sekarang kalian harus menyembah patung ini. Karena ini yang akan memberikan manfaat pada kalian. Ini yang akan menjaga kalian. Ini yang akan menurunkan hujan untuk kalian.”
Amru bin Luhay ini adalah pemimpin yang jika mengatakan a harus a, jika b harus b, tidak ada satupun yang bisa membangkang perintahnya. Sehingga sejak itu, menyembahlah orang-orang Mekkah kepada patung ini.
Belum cukup sampai di situ, atas bisikan jin, Amru bin Luhay memerintahkan agar patung-patung berhala kaum Nuh, seperti patung Wud, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, yang sudah terkubur, digali lagi, lalu disimpan di Ka’bah untuk disembah juga, na ‘udzu billah..
Berbagai kemusyrikan semakin merajalela, sampai ada satu peraturan dari Amru bin Luhay, bahwa tiap-tiap rumah harus menyimpan patung di depannya dan harus thowaf di depan patung itu sebelum masuk rumah, ada juga peraturan siapa yang mau keluar dari kota Mekkah harus thowaf di patung berhala, dan bagi orang Mekkah harus membawa patung buatan Mekkah.
Itulah Amru bin Luhay, orang yang pertama kali memasukkan agama majusi, agama penyembah berhala dan kemusyrikan ke Mekkah.
Maka Rasulullah mengatakan dalam salah satu haditsnya (shahih), “Saya melihat Amru bin Luhay ditarik ususnya oleh malaikat masuk neraka. Karena Amru bin Luhay lah yang pertama kali menjadikan kemusyrikan di Arab.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar