Kamis, 09 Maret 2017

Perang Uhud

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..


Peristiwa Perang Uhud ini terjadi tahun ke-3 Hijrah bulan Syawal. Perang Uhud merupakan "Intiqom" atau belas dendam orang Mekah karena kekalahan mereka di perang Badar.
Perang Uhud merupan peristiwa yang sangat luar biasa, belum pernah terjadi di Arab sanggup mengumpulkan 3.000 pasukan lengkap dengan "Dzuru'(Perisai), kuda dan persenjataan yang lengkap dengan baju perangnya berangkat menuju dari Mekah ke Madinah.
Tadinya ini merupakan suatu gebrakan serangan mendadak, tapi pamannya rasulullah Ibnu Abas(saat perang uhud belum islam) yang sangat mencintai rasulullah, mengutus utusannya mengirim surat kepada nabi, bahwa saat ini Mekah saat ini sedang menuju Madinah untuk menyerang dengan 3000 pasukan.

Saat itu Rasulullah berada di Quba, langsung beliau memanggil Abu Bakar, Umar mengadakan rapat Emargensi(rapat darurat atau rapat Mufaja'ah) dengan ungkapan

"Al Katmu 'ala Hadzihil Ihbar"
Jangan siarkan berita ini, takut madinah goncang.

Setelah itu rasulullah mengumpulkan orang madinah di masjid Nabawi dengan teriakan,
"As Sholaatul jami'ah"
Kalau ada kata, "As Sholaatul jami'ah" artinya berarti ada pengumuman penting. Panik memang pada waktu itu di Madinah karena orang Qurais sedang bergerak berjalan menuju madinah. Akhirnya rasulullah  mengumpulkan orang Madinah.

Tadinya rasulullah merencakan menghadapi Qurais di Kota Madinah tidak di gunung Uhud, karena terkait dengan mimpinya rasulullah yang 3 hal :
1. Ro aitu baqorotu Tudzbah (sapi yang berbunuh ta'wil banyak sohabat yang wafat).
2. Ro aitu sifi Syaqoh ( melihat pedang jatuh, takwilnya ada ahli baid yang akan wafat, terbukti yaitu Hamzah).
3 Ro aitu yadi Dafina 'ala Dziro ( Hancurnya perisai, Ta'wil perang di Mandinah)

Saudarku yang dirahmati Allah SWT.

Anas bin Nador belau pumuda yang berani atau mutahammis yaitu pemuda yang cerdas dan cekatan serta penuh perhitungan, dia seorang pemuda yang tidak ikut di perang Badar, beliau pernah berkata,

 والله اذا جاء الحرب مرة اخرى ليرين الله ماذا افعل

"Bila ada perang lagi, maka aku akan perang yang bikin Allah kagum".

Ini dicatat oleh para sahabat.

Pada waktu itu banyak anak kecil sekitar umur 12 - 13 thn yang mau ikut perang, sampai merengek-rengek kepada rasulullah, "Ya Rasulullah, izinkan kami ikut perang".
Akhirnya rasulullah menyeleksi dari para remaja kecil tersebut.
"Ya rasulullah, saya punya gerakan yang unik dalam berkelahi". di tes bisa, lulus ikut perang.
"Ya rasulullah, saya bisa main panah". di tes bisa, lulus ikut perang.
"Ya rasulullah, saya bs main pedang" di tes lulus, ikut perang.

Disitu termasuk Zubair Ibnu Awam yang pada waktu itu berusia sekitar 13 tahun ikut perang.
Inilah tarbiyah para sohabat, disuruh perang perang dengan penuh semangat.
Dari anak kecil tersebut yang tidak ikut perang menangis kepada rasulullah, bahkah ada yang nyempil-nyempil bersembunyi pengin ikut perang, tapi ketahuan akhirnya mereka di suruh pulang."Pulang..!!".

Rasulullah berangkat dengan 1000 pasukan tapi didalamnya ada orang munafiq, selesai sholat Jum'at.
"Bismillah berangkat"
"Fa idza azanta fa tawaqak 'alallah".

Buka surat 'ali Imron dari ayat 121 mulai 60 ayat yang ada, nanti di rumah di buka

Orang munafiq yang ikut pasukan rasulullah, termasuk didalamnya ada Abdullah bin Ubai bin Salul, dia ngomel kepada rekan-rekanya.
1. Hei kalian tahu nggak, mengapa rasulullah berangkat ke Uhud, gara-gara kalian demo, memaksa akhirnya rasulullah keluar dari madinah..
2. Belum tentu juga nanti perang, kalau mereka ke Madinah siapa yang akan menjaga anak istri kita?.
Akhirnya 300 pasukan kembali kemadinah.

Saat rasulullah bermalam, ditengah perjalan munuju Uhud, Nabi melihat 600 pasukan maka beliau pertanya, "Ya Abu Bakar, wa Ya Umar, Man Hum?".
Di jawab, "Mereka orang Yahudi".
"Mau kemana kalian?"
"Ya Muhammad, Kami ingin membantu perang karena kami di Madinah direbut Mekah".
"Kalian mau Islam?".
"Tidak"
"Kalau anda tidak mau Islam, pulang.....!!!"

Namun ada seorang Yahudi yang ikut diam-diam namun dia matil.

Itulah rasulullah, walau pasukan sedikit namun tidak mau dibantu oleh pasukan Yahidi.

Masuklah Rasulullah saw bersama 700 pasukan ke medan Uhud.

Nabi membagi 3 sayab pasukan :
1. Sayap kanan Ali bin Abi Tholib dan Sayab kiri Miqdad bin Amr
2. Sayap Tengah Hamzah
3. Sayap sapu jagad Zubair ibnu Awam.
Tak lupa Rasulullah saw menempatkan 50 atau 60 pemanah andal di atas bukit.

Seperti pernah diterangkan sebelumnya, dalam peperangan, pertempuran yang paling ramai itu di 2 tempat, yaitu sekitar pemimpin dan sekitar bendera/panji/rayyah.

Pembawa Rayyah atau Bendera pasukan Muslim adalah Mush’ab bin Umair.

Mush’ab ini sebelum hijrah ke Madinah adalah orang Mekkah yang kaya raya. Waktu itu, pakaian adalah sesuatu yang mahal.
Saking kayanya, mewah pakaiannya meyapu jalan, harum pula, sehingga ketika Mush’ab berjalan, ada pelayannya yang memegang ujung pakaiannya, layaknya bunga yang sedang berjalan.


Sehingga dikatakan,

فإذا مسى مصعيب بن عمر كآنه زهرمسى

Ketika Mus'eib bin Umr berjalan seperti bunga yang sedang berjalan".

Tapi saat wafatnya, nanti kita lihat kisah wafatnya Mush’ab di Perang Uhud ini, tak ada kain yang sanggup menutupi tubuhnya secara utuh. Subhanallah..

Uhud bergemuruh. Asma Allah bergema tak terbendung.

Sebelum perang beliau memerintahkan agar menjaga bagian belakang kaum Musim dengan tidak meninggalkan tempat mereka hingga ada perintah. Apa pun kondisinya, menang atau kalah.
1 Kalau kami sedang mengumpulkan harta rampasan, jangan ikut-ikutan
2 Apabila kami menang, jangan ikut-ikutan turun
3 Kalau kami kalah, pun jangan ikut membantu
“Pokoknya jangan pernah kalian turun dari bukit ini sampai ada perintah!” pesan Rasulullah saw.
Detik-detik peperangan kian mendekat. Pasukan Muslim dan musyrik telah saling berhadapan. Jumlah mereka tidak seimbang. Pasukan musyrik sebanyak 3.000 orang, sedangkan pasukan Muslim hanya 700 orang. Namun, taka da rasa gentar di wajah kaum Muslim.

Pemegang bendera termasuk Atsim bin Tsabit (Dufinal Malaikat-yang dikubur malaikat).

Hamzah bertarung dengan gigih. Ia berhasil membunuh cukup banyak prajurit musyrik dengan sabetan pedangnya. Tak salah jika Hamzah dijuluki “Singa Padang Pasir”.
Kaum Muslim berkonsentrasi menyerang pembawa panji kaum musyrik. Panji kafir jatuh, naik lagi, jatuh lagi, naik lagi, hingga akhirnya para pembawa panji musyrik yang berjumlah 11 orang terbunuh semua. Akhirnya panji musyrik itu jatuh ke tanah seteah tak ada lagi prajurit musyrik yang membawa panji-panji itu.
Pasukan Islam semakin mempertajam serangannya hingga akhirnya dapat mencerai-beraikan pasukan Quraisy. Mereka lari tunggang langgang, ketakutan. Untuk kesekian kalinya, kaum Quraisy kalah. Subhanallah..

Dalam keadaan kemenangan hampir di tangan, kaum Muslim terbagi menjadi dua bagian, sebagian mengejar musuh yang melarikan diri, sebagian lagi, mengumpulkan ghanimah (harta rampasan perang).

Saat itulah sebuah kesalahan fatal dilakukan pasukan pemanah. Mereka melihat musuh sudah melarikan diri, panji musuh sudah jatuh, sebagian pasukan Muslim mengumpulkan ghanimah.

إنتهى المعركة

“Wah sudah selesai perangnya, yuk kita turun,” mereka tergoda dengan ghanimah.
Sebanyak 40 orang segera turun dari bukit untuk mengambil ghanimah sehingga hanya tersisa 10 pasukan pemanah di atas bukit. Padahal di awal perang, Rasulullah saw telah mewanti-wanti agar mereka tidak beranjak dari bukit dalam kondisi apa pun, hingga ada perintah.

Abdullah bin Zubair, panglima pasukan pemanah, berulang kali mengingatkan agar pasukan pemanah tidak turun.

أسكتوا ولاتنزلوا

"Uskutu.., wala tanzilu..!!" “Tetaplah di tempat, jangan turun!”

Namun apa daya, peringatan itu tak didengar mereka. Abdullah bin Zubair sendiri tetap di atas bukit bersama 10 orang prajurit yang tersisa.

Situasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid, yang belum masuk Islam, menjadi pemimpin pasukan kuda Quraisy. Sebelumnya ia berusaha sebanyak tiga kali menerobos bagian belakang kaum Muslim, tetapi selalu gagal karena dihadang oleh pasukan pemanah.
Khalid sudah putus asa, ‘ya sudahlah, kalah ini,’ dia dan pasukan kudanya hanya diam melihat pemandangan bagaimana kaum musyrik melarikan diri sedangkan kaum Muslim mengumpulkan ghanimah.
Namun, saat sebagian besar pasukan pemanah turun, mata Khalid langsung terbuka, ‘ini saatnya menang.’
Ia langsung menyerang pasukan pemanah yang bertahan di atas bukit. Setelah itu, Khalid memerintahkan pasukannya bergerak memutari Bukit Uhud untuk menyerang pasukan Muslim dari belakang. Taktik itu berhasil. Dengan cepat, mereka telah berada di belakang pasukan Muslim. Khalid dan pasukannya langsung menyerang.

Panji musyrik yang sebelumnya sudah jatuh, kembali diangkat oleh salah satu wanita musyrik, namanya Amrah binti Alqamah.
Jadi ketika panjinya berdiri lagi, pasukan musyrik berkumpul kembali melindungi panji mereka, dan akhirnya bersatu menyerang pasukan Muslim.

Situasi kini berbalik. Kaum Muslim terjepit. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid menyerang dari arah belakang, sedangkan dari arah depan, serangan dari pasukan musyrik yang berbalik kembali tak jadi melarikan diri.

Inilah kesulitan yang sangat luar biasa.
"Faudhoh 'adzim"
artinya Kesulitan yang sangat luar biasa.

Gerak cepat pasukan musyrik sama sekali tak diduga Rasulullah saw dan pasukannya. Beliau berada di bagian belakang pasukan Islam bersama dengan tujuh orang kalangan Anshar dan dua orang Muhajirin. Beliau terkejut ketika melihat pasukan berkuda Khalid tiba-tiba muncul dari belakang bukit.
Pasukan Muslim tercerai-berai, bingung karena terkepung, kanan musuh, kiri musuh. Dalam kesulitan yang sangat luar biasa itu, sudah tidak tampak lagi mana lawan mana kawan, pedang menghantam ke mana saja tak karuan. Sehingga banyak yang tidak sengaja pedangnya kena kawannya sendiri.

Bayangkan! Inilah kesulitan yang sangat luar biasa.

Kata para sahabat,

“Tidak pernah kami melihat kekacauan dalam pasukan Islam yang di situ masih ada Rasulullah kecuali saat Perang Uhud.”

Seketika itu juga Rasulullah saw berteriak,

إلي عبادالله انا محمد رسول الله

“Ilayya ibadallah! Datanglah padaku wahai hamba-hamba Allah! Saya Muhammad Rasulullah.”

Rasulullah saw tahu bahwa yang dicari itu adalah pribadinya. Inilah contoh pemimpin yang hebat, pemimpin yang berani.
Karena teriakan itu mengandung resiko yang tinggi.
Kenapa?
Dengan teriakan itu, orang kafir akan mengetahui posisi beliau dan menyerbunya.
Sengaja beliau lakukan, agar mereka perhatiannya kepada dirinya, sehingga para sahabat bisa kembali berkonsentrasi.

Subhanallah.. Hebat Rasulullah ini, cekatan.

Seketika kelompok kaum musyrik termasuk Ibn Abi Qoni'ah yang mendengar beliau segera menyerang beliau dengan dahsyat. Serangan bertubi-tubi kaum musyrik sulit dihadang. Tiga kali pedang kaum musyrik mengenai beliau.
Yang pertama mengenai kepala helm, rantainya masuk ke kepala, sehingga terluka, darah mengalir deras di bagian wajah beliau. Yang kedua mengenai tulang pipi sehingga tanggallah gigi ke-4 sebelah taring bagian bawah.
Yang ketiga, beliau dipukul dengan pedang pada bagian pundak dengan sangat keras. Karena sangat kerasnya pukulan pedang itu, Rasulullah saw merasakan sakitnya lebih dari sebulan.
Sambil mengusap darah di keningnya, beliau bersabda,

كيف يفلح القوم ضرب نبيه

“Bagaimana mungkin suatu kaum mendapat keberuntungan jika mereka melukai wajah nabinya.”

Kemudian Nabi berdo'a,

اللهم اهدى قومى فإنهم لايعلمون

" Ya Allah tunjukkanlah pada umatku karena mereka tidak tahu".

Dalam keadaan terluka sangat parah, Rasulullah saw terus berlari menjauh, tetap dengan mengatakan,

إلي عبادالله انامحمد رسول الله

“Ilayya ibadallah! Ana Muhammad Rasulullah,”

Itu sengaja agar orang kafir mengejarnya, sehingga serangan pada sahabatnya berkurang.

Maaf, orang-orang yang tidak senang dengan Rasulullah saw mengatakan beliau teriak minta tolong pada peristiwa itu.

Bukan begitu!

Justru beliau ingin menyelamatkan para sahabatnya agar orang-orang kafir konsentrasi pada dirinya, menyerang Rasulullah saw.
Kenyataannya sebelum Rasulullah saw meneriakkan, “Ilayya ibadallah! Ana Muhammad Rasulullah,” saat itu beliau belum dihujani serangan kaum musyrik. Baru setelah mengatakan begitu, datanglah serangan bertubi-tubi kepada beliau, Sehingga agak ringan serangan kepada para sahabat.

Saat lari, tiba-tiba Rasulullah saw terperosok jatuh ke dalam lubang.
Lubang ini dibuat oleh orang fasik Amir Al Fasiq, ayahnya Hanzholah bin Amr. Hanzholah sendiri adalah seorang muslim, namun ayahnya fasik. Dia membuat lubang di situ karena diberi tahu oleh setan, ‘nanti Muhammad larinya akan ke sini’. Na’udzubillah..

Rasulullah saw tidak bisa naik kembali karena cukup dalam lubangnya. Saat itu setan berteriak,

قتل محمد

"Qutila Muhammad...!!" artinya “Muhammad telah mati”

Situasi bertambah genting.

Sementara itu ditengan-tengah pertempuran, Mush’ab bin Umair, pemegang panji kaum Muslim, bertempur dengan gencar, bendera perang ada di tangan kanannya sambil meneriakkan takbir, "Allahu Akbar".
Ibnu Qami’ah dan rekan-rekannya dapat menyabetlkan pedang ke tangannya hingga putus. Lalu ia alihkan bendera ke tangan kirinya.
Dia terus bertahan menghadapi serangan orang-orang kafir hingga mereka dapat menyabet tangan kirinya hingga putus. Namun, Mush’ab tak ingin benderanya jatuh ke tanah. Dipeluknya benderanya, sementara darah terus mengucur dari kedua lengannya, sambil tetap memberikan semangat pada pasukan Muslim. Sampai Mush’ab wafat dengan tebasan pedang di kakinya.

Subhanallah.. Ini suatu dakwah yang sangat luar biasa, tetap berdakwah sampai tetes darah terakhir.

Allah swt ridho dengan kalimat yang keluar dari Mush’ab ini, kalimat saat ia memberikan semangat pada pasukan Muslim, sehingga diabadikan dalam Al Quran.
 

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.”
(QS Ali Imran (3): 144)

Allah swt hendak menyampaikan, “Islam ini hanya bersandar kepada Allah. Jangan sandarkan Islam kepada seseorang. Ketika seseorang itu salah, melakukkan sesuatu yang tidak disenangi, itu adalah semata-mata dia, bukan Islam. Islam tetap bersih. Jangan bersandar kepada manusia.”
Dan ini sudah isyarat dari Allah, ‘Ingat Muhammad adalah manusia.’

Nanti ketika Perang Uhud telah usai, tidak ada kafan untuk Mush’ab selain selembar mantel. Jika bagian kepalanya yang ditutupi, maka kakinya menyembul, dan jika kakinya yang ditutupi, maka kepalanya menyembul. Subhanallah.. padahal masih ingat waktu di Mekkah dulu, Mush’ab pakaiannya indah dan panjang menyapu jalan sampai harus ada pelayan untuk memegang ujung pakaiannya bagai pengantin.
Mush’ab syahid. Bendera jatuh.

Siapa yang membunuh Mush'ab bin umer?
Yang membunuhnya adalah Ibnu Qami’ah. Melihat sosok Mush’ab yang mirip Rasulullah saw, dia menyangka bahwa Mush’ab adalah Rasulullah saw. Lalu dia berteriak,

أقتل محمد

“Aku telah membunuh Muhammad, aku telah membunuh Muhammad.”

Kabar bahwa Rasulullah saw telah terbunuh menyebar dan bagaikan petir yang mengagetkan bagi kaum Muslim. Semangat mereka anjlok. Sebagian lari menuju Madinah, hanya sedikit yang masih terus berperang, sebagian lainnya terdiam lemas, sedih mendengar bahwa Rasulullah saw telah wafat.

Saat itulah Anas bin Nadhr mengatakan,

 لما تجلسون

"Li ma tajlisun?" artinya “Kenapa kalian duduk-duduk?”
Umar bin Khotob, Anas bin Malik, Abu Dujana pada duduk.

“Rasulullah sudah wafat, apa yang harus kita bela?”

اذامتى رسول الله هي نموت على طرق رسول الله

“Kalau memang Rasulullah sudah wafat, yuk kita berjuang dan mati bersama Rasulullah,” kata Anas bin
Nadhor.

اللهم انى اعوذبك مما صان هئلائك وانى ابر مما صان هئلائك

"Ya Allah aku berlindung terhadap apa yang telah dilakukan sahabat, dan aku cuci tangan dari perbuatan mereka".

Subahanallah.. lihatlah ini pemuda yang gagah.

واه انى لأثم رائحة الجنة أحود

“Benar-benar, Demi Allah, saya mencium bau Surga di belakang Uhud ini,”

Anas maju terus.. sampai syahid. Saat ditemukan jenazahnya ada sekira 80 luka di tubuhnya. Sampai keluarganya tidak mengenalinya kecuali ketika melihat tanda yaitu cicin yang ada di tangannya.

Mengapa saat para sahabat maju perang mengcapkan lafal takbir?

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Al-Anfaal 45)


Berkaitan dengan pemuda gagah ini, turun firman Allah swt,

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya), agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya.”(QS Al-Ahzab (33): 23-23)

Ini adalah pengangkatan derajat Anas bin Nadhr, subhanallah..

Bendera yang jatuh dari pelukan Mush’ab tidak ada yang berani yang mengangkat, Tapi kini diangkat seorang pemuda yang gagah berani, yaitu Ali bin Abi Thalib. Maka setelah itu kaum muslim bangkit lagi.

Saat melihat bendera tegak, mereka berteriak, :

الله اكبرهي نموت على موت رسول الله

"Allahu Akbar! ‘Mari kita mati di bawah naungan Allah swt bersama Rasulullah".

Karena saat itu kaum muslimin mengira Rasulullah saw sudah wafat.


Saudara yang dirahmati Allah.

Orang yang pertama kali menemukan Rasulullah saw yang sedang terperosok di lubang adalah Thalhah bin Ubaidillah. kemudian dia menaikkan rasulullah. Dalam keadaan terluka dan berdarah-darah, Rasulullah mengatakan,

انا محمد رسول الله

“Saya Muhammad Rasulullah.”

 Kemudian Rasulullah berteriak,

يا عبادالله انا محمد رسول الله


Kali ini, kalimat itu adalah untuk meyakinkan bahwa Rasulullah saw masih hidup. Sedangkan kalimat yang tadi, adalah agar konsentrasi penyerbuan mengarah pada beliau.

Setelah Abu dujana menemukan dan memastikan bahwa itu rasulullah, maka dia berteriak,

حي محمد رسول الله هو لا يموت

"Muhammad rasulullah masih hidup, bilau belum mati".

Maka para sahabat merapat ke Rasulullah saw, salah satunya Abu Tholhah dan 8 orang anshor, mereka bergerak membendung pasukan musyrikin, Namun 8 orang anshor tersebut wafat syahid. Sehingga mereka kembali menggempur rasulullah yang terutama pasukan panahnya.

Rasulullah berkata,

يا ابو طلحه قم انت

"Wahai Abu Tholhah, sekarang anda maju".
Abu Tholhah maja dan hampir saja dia mendapat mati syahid di perang Uhud.

Tiba-tiba Abu Dujanah  lelaki Anshar yang pemberani. Melihat pasukan pemanah kaum musyrik mulai datang dan mengarahkan panahnya ke rasulullah, Maka Abu Dujanah meloncat dan menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi Nabi saw, sehingga punggunggnya penuh dengan panah, seperti landak, saking banyaknya panah yang menancap pada tubuhnya.

Para sahabat mengatakan, :

ظهر ابو دجان كاالكلف

"Punggunggnya penuh dengan panah, seperti landak".
 Kemudian  Abu Dujanah mencabut panah dari tubuhnya sambil teriak, "Allahu Akbar". disetiap cabutanya.

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT.

Kadaan rasulullah masih terluka parah.
Ada seorang musyrik, namanya Ubay bin Kholaf, waktu masih di Mekkah, setiap kali bertemu Rasulullah, Ubay selalu mengatakan

أقتلك يامحمد

‘Muhammad, aku akan membunuhmu.’

Rasulullah saw menjawab,

بل أقتلك ان شاءالله

“Justru aku yang akan membunuhmu, insya Allah.”

Maka ketika di Perang Uhud, Ubay bin Kholaf dengan baju besi lengkap, hanya lehernya saja yang terlihat, ia mendekat hendak membunuh Rasulullah saw.
Nabi bertanya,

أهوا اوبي بن حلق

"Apakah dia Ubai bin Halaq?
"Iya Ya.. rasulullah".
Para sahabat minta izin beliau untuk menghadapinya.
“Tak perlu. Ini bagianku,” kata beliau.
“Ya Rasulullah, tapi lukamu begitu banyak, sedangkan dia masih segar bugar,” tanya sahabat.
“Insya Allah, ini bagianku,” kata beliau.

لقد وعدنى لقتلى و انا أقتله ان شاءالله

"Dia berjanji untuk membunuhku tp sebaliknya insyaallah"

Kemudian saat Ubay sudah ada di dekat Rasulullah saw, karena beliau sudah tidak ada pedang, dengan cepat beliau mengambil belati dari Harits ibnu Shimah dan melemparkannya ke arah leher Ubay. Belati itu tepat mengenai leher Ubay, tapi bukan bagian mata pisaunya, melainkan bagian pegangannya.
Ubay kaget dan panik. Karena sebenarnya dia tahu bahwa Muhammad itu benar Rasulullah, bahwa Islam itu benar, tapi hanya karena gengsi saja maka dia tidak mau mengakuinya.
Dengan panik, ia segera memacu kudanya kembali ke pasukan musyrik
.
“Demi Tuhan, Muhammad telah melukaiku, aku dibunuh oleh Muhammad,” kata Ubay setelah berjumpa rekan-rekannya.
“Apa cederamu?”
“Ini,” Ubay menunjuk lehernya.
“Itu hanya tergores bagian kecil.”

Karena hatinya sudah ciut, yakin bahwa Muhammad pasti benar akan membunuhnya, tidak lama Ubay mati hanya dengan luka goresan kecil itu.

Dan orang islam yang tidak sholat di akhirat akan dibangunkan bersama Ubay bin Halaq, Haman dan Fir'aun.

Saudaraku yg dimuliakan Allah SWT,

Ditengah kegentingan datang Abdul Rahman bin 'Auf.

Datang pula seorang wanita yang bernama Nasaibah, muslimah yang bertugas dibelakang menyelamatkan rasulullah dari Ibn Abi Qoni'ah. Namun beliau terkena sabetan petang ibn abi qoni'ah, hingga menjelang wafat beliau masih merasakan sakitnya setelah perang Uhud.

Setelah bendera kaumu muslimin terangkat, Kemudian pasukan muslim Tajama'u, tajama'u, berkumpul berkumpul.
Namun karena pasukan telah kocar-kacir tidak mampu untuk bertahan, Rasulullah saw bergerak cepat dengan memimpin para sahabat untuk bertahan dari kaum musyrik, Maka beliau menarik mundur pasukannya ke pinggiran bukit.

Beliau berbada :

اصعدوا على الجبل

"Us'Udu 'alal jabal“ artinya "Ayo naik ke bukit Uhud.”

Akhirnya naik semua, tapi ternyata tidak mudah, Apalagi ditambah dengan luka pakrahnya rasulullah.

Abu Tholhah berkata,

إركب على ظهرى يارسول الله

“Naiklah di pundakku Ya Rasulullah,”

Padahal Abu Thalhah pada saat itu  jari tangannya sudah putus oleh tebasan pedang musuh, walau demikian beliau rela menjadikan tubuhnya sebagai pijakan Rasulullah saw, sehingga beliau dapat naik ke atas batu cadas.

Subhanallah.. Satu-satunya sahabat yang diinjak pundaknya oleh Rasulullah saw adalah Thalhah bin Ubaidillah, luar biasa kemuliaan yang didapatkan oleh Thalhah ini padahal dalam keadaan cedera.

Abu Bakar, Umar, Abu Dujana, Sa'ad bin Abi Waqos dll naik ke gunung.

Adalah setan memang kurang ajar. Ketika Rasulullah saw sudah di atas bukit, Uhud digoncangkan oleh setan agar beliau jatuh lagi.

اسكت اسكت اسكت  يااحود على فوقك النبى و شاهدتين

“Diam Uhud. Diam! Jangan bergerak! Sesungguhnya di atasmu ada nabi dan ada 2 orang saksi", yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, kata Rasulullah saw.

Maka Gunung Uhud pun diam. Subhanallah..

Maka kelak waktu Rasulullah saw berada di Mekkah, ketika melihat ke bukit Uhud, menetes air mata beliau, ingat perang Uhud seraya berkata,

يا احود انا احبك و انت تحبني و انت جبل فى الجنة

“Ya Uhud, aku sangat mencintaimu, kau pun sangat mencintaiku, dankau adalah gunung yang ada di Surga nanti.”

Jadi insya Allah kalau nanti kita umroh, katakana seperti itu, “Ya Uhud, ana uhibbuka wa anta uhibbuni wa anta jabbalun fil jannah.”

Kembali ke Perang Uhud.

Sementara orang-orang Quraisy mengejar ke atas bukit. Nabi berkata,

من له نبال اعطوا الى سعاد بن ابى وقاص

“Siapa yang memiliki sisa anak panah, berikan pada Sa’ad bin Abi Waqqash,” Kemudian berkata Rasulullah saw kepada Sa'ad bin Abi Waqos,.

بأبي و أمي يا سعاد إرمي

“Demi ayah dan ibuku ya.. Sa'ad, Panahkan terus ya Sa’ad! Kecintaanku kepadamu seperti halnya kecintaanku kepada orang tuaku.”

Hebat pujian Rasulullah saw untuk Sa’ad ini.

“Bismillah,” kata Sa’ad. Dia melemparkan anak panahnya, Tidak pernah dilemparkan satu panah kecuali pasti kena.

Maka mundurlah orang-orang kafir.

Jadi pemanah ulung itu adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, bukan tokoh fiktif Robin Hood

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT.


Rasulullah diatas gunung luka dikepalanya semakin parah dan darah mengucur deras. karena disitu tertancap rantai, mau diambil rantainya namun darah terus mengalir, sehingga di cecep oleh Abu dujana. Kemudian tampaklah rantai tersebut oleh Sa'ad bin Abi Waqos digigit rantai tersebut dan kena, Namun ikut tanggal pula 2 gigi depan Sa'ad bin Abi Waqos. Walau demikian beliau tidak kecewa malah menanyakan,

"Masih ada lagi besinya?".

Rasulullah saw terus berdarah. Darah mengalir dari lukanya dan tidak berhenti. Putri Rasulullah saw, Fathimah segera menyobek sepotong tikar atau daun dan membakarnya, lalu menempelkannya pada luka ayahnya hingga aliran darah itu terhenti.

Lalu Rasulullah saw menunaikan shalat Ashar dengan duduk dan kaum Muslim pun melakukannya dengan cara duduk.

Kekacauan dalam Perang Uhud harus dibayar mahal dengan syahidnya sayyidisy-syuhada Hamzah bin ‘Abudl Muthallib.

Kalau sedang berperang, Hamzah tidak pernah mundur, dia maju dan maju terus mengayunkan pedangnya menebas musuh, tapi di belakangnya ada yang menjaga punggungnya.
Saat kekacauan terjadi, tidak ada yang menjaga punggungnya. Saat itulah dilempar tombak dari belakang Hamzah, langsung menembus punggungnya. Hamzah sempat melihat siapa pembunuhnya, dia angkat pedangnya, tapi sebelum menghantam pembunuhnya, dia wafat. Hamzah syahid.

Yang membunuhnya adalah Wahsyi, seorang budak yang dijanjikan bebas oleh perempuan majikanya yang benama Hindun binti ‘Utbah, jika bisa membunuh Hamzah, tapi nanti Wahsyi masuk Islam.

Coba bayangkan, andaikata Hamzah bisa menghantam Wahsyi, maka Wahsyi tidak akan sempat masuk Islam. Makanya ada hadits,

“Allah tersenyum senang melihat orang yang dibunuh dan terbunuh ada di Surga.” Yaitu Hamzah dan Wahsyi.

Kata Hamzah, “Wahsyi, terima kasih kau bunuh saya waktu itu.”
Jawab Wahsyi, “Alhamdulillah, kau tidak jadi bunuh saya waktu itu,” sehingga Wahsyi bisa merasakan Islam.

Subhanallah..

Saudaraku yang dimuliakan Allah SWT.

Saat Perang Uhud telah usai, Hindun binti ‘Utbah mencari jenazah Hamzah.
Hindun adalah wanita yang menjanjikan kebebasan pada Wahsyi serta menjanjikan padanya harta yang banyak jika bisa membunuh Hamzah. Karena Hindun dendam pada Hamzah yang telah membunuh ayah dan saudaranya di Perang Badar.

Setelah ketemu jenazah Hamzah, Hindun kemudian membedah perut Hamzah dan mengambil jantungnya. Jantung Hamzah lalu ia masukkan ke dalam mulutnya. Ia kunyah-kunyah jantung itu seperti sedang memakan kurma. Beberapa saat kemudian, jantung itu ia muntahkan karena tak mampu ditelannya.

Ternyata itu adalah bagian dari doa Hamzah. Hamzah dan beberapa sahabat yang lain berdoa memohon untuk mati syahid, begini doanya,

اللهم ارزق شاهدا فى احود

“Ya Allah, berikanlah aku mati syahid dalam Uhud ini. Cacatkanlah jasadku nanti, biarlah mereka memotong telingaku, hidungku, bila perlu belah dadaku. Sehingga ketika aku bertemu dengan-Mu nanti, Kau akan bertanya, ‘Kenapa kamu begini, Hamzah?’ Maka aku akan menjawab, ‘Untuk membela agama-Mu ya Allah’.”

Subhanallah..

Itu ternyata doa Hamzah, jadi tidak usah disesali. Itulah kekuatan doa, pengabulan doa bagi seorang yang ikhlash berdoanya.
Maka kalau kita berdoa, berdoalah dengan ikhlash, insya Allah, Allah akan kabulkan, selama doanya ikhlas dan benar-benar yakin percaya akan dikabulkan Allah.

Saudaraku yang dimuliakan Allah SWT,

Adalah Ibnu Abu Qum’ah, orang kafir yang sesumbar dia berlari menuju gerombolanya sambil berteriak,

قتلت محمد و ابو بكر و عمر

“Aku telah membunuh Muhammad, aku telah membunuh Abu Bakar, aku telah membunuh Umar. Semuanya telah aku bunuh.”
“Wah.. hebat!” Abu Qum’ah jadi pahlawan.
Pada saat itu semua orang kafir gembira.

Kemudian Abu Sufyan berjalan mendekati bukit Uhud tempat kaum Muslim berkumpul. Sementara sebagian kaum Muslim tampak terlihat olehnya. Ia berteriak lantang.

 أفيكم محمد

“Apakah di antara kalian ada Muhammad?”

 اسكتوا ولاتجيبوا

“Diam saja, jangan dijawab,” bisik Rasulullah saw.

أفيكم ابو بكر

“Apakah di antara kalian ada Abu Bakar?”

اسكتوا ولاتجيبوا


“Diam.. diam.. jangan jawab.. jangan jawab.”

أفيكم عمر ابن الخطاب

“Apakah di antara kalian ada Umar bin Khaththab?”
“Diam.. jangan jawab.”

Abu Sufyan geram karena teriakannya tak dibalas. Kemusian dia berteriak lagi dengan berapi-api :

انما أسماء الذى قلتهم قد ماتوا انتهى امر محمد

“Kalau ketiga orang itu sudah mati, maka habis sudah agamanya Muhammad.”
Kemudian dia berkata lagi,

الدنيا يدور الحرب الدجال يوم مثل البدر

"Dunia berputar, kalian kemaren menang di perang Badar maka saat ini di Uhud kalian kalah, oleh karenanya tahun depan kita bertempur lagi di tanah Badar".

Umar emosi. Ia tak mampu menahan diri seraya berteriak,

يا عدوالله, والله اسماءالذى ذكرتم حي

“Hai musuh Allah! Demi Allah, orang-orang yang namanya kau sebut tadi itu masih hidup bugar,” jawab Umar dengan lantang.

Maka Abu Sofyan menoleh kepada Abi Qoni'ah, sambil berteriak,

يا ابى قانعة والله عمر أصدق منك

“Aku lebih percaya kepada Umar daripada kamu, Ibnu Abu Qum’ah,” kata Abu Sufyan.

Orang-orang bersorak, Huuuuuu dasar pembohong.. kata orang-orang kafir mengolok Ibnu Abu Qum’ah.

Saudaraku yang di rahmati Allah SWT,

Dalam keadaan hening, dengan banyaknya  jenazah di bawahnya yang berserakan, Abu Sufan kembali berteriak mengatakan,

أعلوا هبل

“Mahatinggi Hubal!”

Umar tidak bisa diam, tapi tidak tahu mau jawab apa.

لما لا تجيب

“Kenapa tidak kau jawab?” tanya Rasulullah saw.

كيف اجيب يا رسول الله 

“Bagaimana aku jawab ya Rasulullah?”

الله أعلى و جلى

“Allah Mahatinggi dan Mahaagung!”

لنا از ولا از مولا لكم

“Kami memiliki ‘Uzza dan kalian tidak memilikinya!” jawab Abu Sufyan.

الله مولنا لا مولا لكم

“Allah Maulana (Pelindung kami) dan kalian tidak punya Tuhan.”

Subhanallah.. saling tembak-menembak dengan kata-kata.

Kemudian Abu Sufyan berkata,

الحرب الدجال يوم مثل البدر

“Perang ini telah impas. Hari ini seperti hari Badar, kalian menang di Badar dan kini kami menang di Uhud.”

لا سوى قتلكم فى النار و قتلنا فى الجنة

“Sama sekali tidak sama!” ujar Umar. “Orang-orang yang terbunuh di antara kami masuk Surga sedangkan korban di antara kalian masuk neraka!”

Abu Sufyan berteriak lagi,

نقطى فى بدر سدبا

“Kita buat janji untuk Perang Badar ke-2 nanti di tahun depan!”
“Ya, di sanalah tempat sepakati antara kami dan kamu!”

Tapi ternyata pada waktu yang dijanjikan untuk Perang Badar ke-2 kaum musyrik tidak ada yang datang, pada takut semua. Padahal Rasulullah saw sudah 3 hari menunggu di Badar, tapi tidak ada yang datang.

Kemudian Abu Sufyan kembali pada pasukannya dan memerintahkan untuk pulang berangkat menuju ke Makkah."

"Pasukan... kita pulang ke Mekah.... !!!!!!!!!!!"


Kepulang pasukan Mekah, maka suasana terasa tenang dan aman, Maka Rasulullah saw bersama pasukan Muslim yang tersisa turun dari bukit, mencari rekan-rekannya yang terluka dan memakamkan yang terbunuh. Sebagian di antara mereka ingin membawa pasukan Muslim yang syahid ke Madinah. Namun Nabi bersabda :

لا تئخذوا الى المدينة إدفي فى اللأحود

“Jangan kau bawa jenazah ini ke Madinah. Kita harus menguburnya di Uhud.”

Para syuhada dimakamkan dengan pakaian yang melekat di badannya, tanpa dimandikan. Dalam satu lubang, dikuburkan dua atau tiga orang.

Rasulullah saw mendahulukan orang yang lebih banyak hafalan al-Qur’annya ke dalam liang lahat.

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwasanya ia berkata;

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَى أُحُدٍ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ ثُمَّ يَقُولُ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ أَخْذًا لِلْقُرْآنِ فَإِذَا أُشِيرَ لَهُ إِلَى أَحَدِهِمَا قَدَّمَهُ فِي اللَّحْدِ وَقَالَ أَنَا شَهِيدٌ عَلَى هَؤُلَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَمَرَ بِدَفْنِهِمْ فِي دِمَائِهِمْ وَلَمْ يُغَسَّلُوا وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِمْ


Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah bahwasanya Rasulullah saw mengumpulkan setiap dua orang para shahabat yang gugur di medan Uhud pada sebuah kain kafan. Lalu beliau saw bersabda, “Siapa saja diantara mereka yang paling banyak hafal al-Quran kuburkanlah terlebih dahulu.” Jika ada dua orang menyatakan bahwa si fulan lebih banyak hafal al-Qurannya, beliau memasukkannya lebih dulu ke liang lahat. Selanjutnya beliau bersabda, “Saya bersaksi atas mereka kelak di hari akhir.” Setelah itu, Rasulullah saw memerintahkan para shahabat untuk menguburkan mereka, tanpa dimandikan terlebih dahulu, dan juga tidak disholatkan.”[HR. Bukhari]


Dalam Perang Uhud ini, sekitar 22 atau 37 orang musyrik terbunuh, sedangkan dari kaum Muslim sebanyak 70 orang.

Rasululllah saw sedih terutama saat melihat jenazah sayyidina Hamzah.
Beliau juga sedih saat melihat jenazah ‘Amru bin al-Jumuh yang berasal dari Anshar. Ia bertarung dengan gagah berani meski harus berjalan hanya dengan satu kaki karena cacat yang dideritanya.
Sebenarnya Rasulullah saw telah memberi keringanan kepadanya, seperti termaktub dalam al-Qur’an, bahwa orang-orang yang cacat tidak berdosa bila tidak ikut berperang. Namun, ‘Amru bin al-Jumuh menampiknya.

“Demi Allah, aku akan berperang dan aku akan menginjakkan kakiku di Surga ditemani tongkat ini.” ‘Amru bin al-Jumuh akhirnya gugur.
Dalam sebuah riwayat, Abu Qatadah menuturkan, “’Amru bin al-Jumuh datang menghadap Rasulullah saw, lalu bertanya,
“Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku seandainya aku ikut berperang di jalan Allah hingga aku terbunuh, apakah di Surga nanti aku dapat berjalan dengan tegak di atas kakiku ini?” tanya ‘Amru.
“Benar,” jawab Rasulullah saw.
Ternyata jawaban nabi Muhammad saw benar.
Dalam Perang Uhud, ‘Amru bin al-Jumuh gugur bersama seorang kemenakan dan pelayannya. Keduanya meninggal sebagai syuhada Uhud.

Ketika Rasulullah saw melewati jenazah mereka, beliau berkata, “Aku seakan melihatmu berjalan dengan tegak di Surga di atas kakimu ini.” Rasulullah saw memerintahkan agar ketiga syahid itu dimakamkan dalam satu kubur.

Setelah selesai pemakaman, Rasulullah saw dan kaum Muslim kembali ke Madinah, di iringi duka mendalam. Para wanita yang kerabatnya terbunuh keluar dari Madinah. Mereka menyambut Rasulullah saw di perjalanan. Beliau mengucapkan belasungkawa dan mendoakan mereka.

Umu Dinar
Di antara mereka ada seorang wanita, Ummu Dinar. Suami, anak dan saudaranya terbunuh dalam Perang Uhud. Ketika diberitakan tentang kematian mereka,

" Ya.. Umu Dinar, Suamimu wafat".

Wanita ini justru bertanya tentang kondisi Rasulullah saw,

 وكيف رسول الله

“Bagaimana dengan keadaan Rasulullah?”
“Rasulullah baik.” Jawab mereka.

Ada lagi yang datang mengabarkan padanya, “Ya Ummu Dinar, anakmu wafat.”
“Bagaimana dengan keadaan Rasulullah?”
“Rasulullah baik.”

أين؟

“Mana?”
"Itu".

Ketika melihat Rasulullah saw, Ummu Dinar mengatakan,

يا رسول الله كل ما اصب على الارض اجل بعدك

“Ya Rasulullah, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya kecil asal kau selamat, ya Rasulullah.”

Subhanallah..

Sampai masuk di madinah sumua suasana hening, bengkak-bengkak matanya karena menangis.

Rasulullah bersabda :

كل البيت يبكون الا بيت همزة

"Semua rumah menangis kecuali ramah Hamzah"

Karena Hamzah tidak punya kerabat kecuali adiknya Sofiyah, itupun di rumahnya bersama Zubair ibnu Awam suaminya.
Para sahabat mendengar lalu mereka pergi ke rumah Hamzah, Lalu nabi pun mendengar dan bergembiralah nabi.

Saudaraku yang dimuliakan Allah SWT,

Orang kafir pulang ke Mekah, Mereka menang tidak?, Tenyata tidak.
Harta rampasan tidak dapat, Nabi masih hidup, Umar, Abu Bakar masih hidup.
Di tengah perjalanan mereka baru sadar bahwa mereka tidak dapat apa-apa, "Kita perang ngapain ya..?,
akhirnya mereka belik arah kembali untuk menyerang. Seraraya berkata :

"Ayuk mumpung mereka  masih lemah, kita serang lagi madinah".

Namun Nabi seorang yang hebat, beliau telah punya firasat bahwa mereka akan menyerang kembali, maka beliau mempersiapkan pasukan 700 orang kembali, berliau barkata,

من تابع على أحود جاهدوا انفسكم لمحربة الكفار

"Siapa yang ikut perang Uhud kemaren, berangkatlah untuk menyerang kufaar".

Walau mereka masih luka parah mereka tetap berangkat, seraya berkata :

سامعنا و اطعنا يا رسول الله

"Kami siap mengikuti perintahmu ya.. rasulullah".

Padahal 80 persen pasukan Nabi masih terluka parah. tapi mereka tetep berangkat. Ada juga yang ditemani istrinya, ada juga yang ditrmani anaknya. Ada juga yang naik kuda dipapah istrinya.

Sementara masih dalam suasana repotnya kaum mulimin, Orang munafik seenaknya berkata, "Nah Tu kan... apa dibilang, jangan perang..!!, banyak yang mati dan terluka kan ?"

Hamro'ul Asad.
Nabi dan pasukan muslimin sampai Hamro'ul  Asad, orang kafir telah mendengar kedatangan rasulullah, sehingga mereka tidak berani, seraya berkata "
"Wah... pasukan muhammad telah sampai, dan ini dendam pasti lebih ganas dan jumlahnya pun pasti bertambah, Ayo pulang saja..!!".

Akahirnya Kafir pulang dan tidak terjadi peperangan.

Keterangan tentang apa itu kemenangan, apa itu kekalahan bisa di lihat keterangannya dalam suran Ali 'Imran.

Judul selanjutnya :

Perjanjian Hudai biyah
Masuk islamnya Kholid bin Walid
Perang Khondak

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.


Doa Uhud

Al-Imam Ahmad meriwayatkan tentang kejadian pada Perang Uhud, setelah orang-orang musyrik kembali. Rasulullah saw bersabda, “Berbarislah yang lurus. Aku akan memuji Allah dan berdoa kepada-Nya.”
Maka mereka pun berjajar membuat beberapa shaf di belakang beliau, lalu beliau membaca doa :

“Ya Allah segala puji bagi-Mu.
Ya Allah, tidak ada yang dapat memungut apa yang Engkau hamparkan, tidak ada yang dapat menghamparkan apa yang Engkau pungut.
Tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang Engkau sesatkan dan tidak ada yang dapat memberi kesesatan kepada orang yang Engkau beri petunjuk.
Tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan dan tidak ada yang dapat menahan apa yang Engkau berikan.
Tidak ada yang dapat mendekatkan apa yang Engkau jauhkan dan tidak ada yang dapat menjauhkan apa yang Engkau dekatkan.
Ya Allah, hamparkanlah kepada kami dari berkah-Mu, rahmat-Mu, karunia-Mu, dan rezeki-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kenikmatan yang kekal kepada-Mu, yang tidak berubah dan habis.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kenikmatan kepada-Mu saat lemah dan keamanan pada saat ketakutan.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau berikan kepada kami dan kejahatan yang Engkau tahan dari kami.
YA Allah, buatlah kami mencintai iman dan buatlah iman itu bagus dalam hati kami.
Buatlah kami membenci kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan.
Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengikuti jalan kebenaran.
Ya Allah matikanlah kami dalam keadaan berserah diri dan hidupkanlah kami dalam keadaan berserah diri.
Himpunlah kami bersama orang-orang saleh tanpa ada kehinaan dan bukan dalam keadaan mendapat cobaan.
Ya Allah, musuhilah orang-orang kafir yang mendustakan Rasul-rasul-Mu dan menghalangi manusia dari jalan-Mu. Berikanlah siksaan dan azab-Mu terhadap mereka.
Ya Allah, bunuhlah orang-orang kafir yang telah diberi al-Kitab, Engkaulah Ilah yang benar.”


Berlanjut pada kisah siroh nabi yang berikutnya.


Dalil menguburkan orang mati syahit pakaian masih melekat dan tidak dimandikan.

Pada dasarnya, perselisihan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum mensholati jenazah orang yang mati syahid disebabkan perbedaan mereka dalam mengkompromikan hadits-hadits yang menafikan sholat jenazah bagi syuhada’ dengan hadits-hadits yang menetapkan sholat jenazah bagi syuhada.

Pendapat yang terkuat adalah boleh memilih antara mensholatkan orang yang mati syahid atau tidak. Sebab, mengamalkan dua bentuk hadits –baik hadits yang menafikan sholat bagi syuhada maupun yang tidak– lebih utama dibandingkan menolak atau mengabaikan salah satunya. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa orang yang mati syahid boleh tidak disholatkan adalah sebagai berikut:

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwasanya ia berkata;

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَى أُحُدٍ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ ثُمَّ يَقُولُ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ أَخْذًا لِلْقُرْآنِ فَإِذَا أُشِيرَ لَهُ إِلَى أَحَدِهِمَا قَدَّمَهُ فِي اللَّحْدِ وَقَالَ أَنَا شَهِيدٌ عَلَى هَؤُلَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَمَرَ بِدَفْنِهِمْ فِي دِمَائِهِمْ وَلَمْ يُغَسَّلُوا وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِمْ


Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah bahwasanya Rasulullah saw mengumpulkan setiap dua orang para shahabat yang gugur di medan Uhud pada sebuah kain kafan. Lalu beliau saw bersabda, “Siapa saja diantara mereka yang paling banyak hafal al-Quran kuburkanlah terlebih dahulu.” Jika ada dua orang menyatakan bahwa si fulan lebih banyak hafal al-Qurannya, beliau memasukkannya lebih dulu ke liang lahat. Selanjutnya beliau bersabda, “Saya bersaksi atas mereka kelak di hari akhir.” Setelah itu, Rasulullah saw memerintahkan para shahabat untuk menguburkan mereka, tanpa dimandikan terlebih dahulu, dan juga tidak disholatkan.”[HR. Bukhari]

Imam Ahmad juga mengetengahkan sebuah riwayat dari Jabir bin ‘Abdullah tentang syuhada Uhud.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ سَمِعْتُ عَبْدَ رَبِّهِ يُحَدِّثُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ ابْنِ جَابِرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي قَتْلَى أُحُدٍ لَا تُغَسِّلُوهُمْ فَإِنَّ كُلَّ جُرْحٍ أَوْ كُلَّ دَمٍ يَفُوحُ مِسْكًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِمْ


“Dari Jabir bin ‘Abdullah ra, dari Nabi saw, bahwasanya Nabi saw pernah berkata mengenai syuhada’ Uhud,”Jangan kalian mandikan mereka. Sebab, setiap luka dan darah akan berbau misik kelak di hari kiamat. Jenazah mereka juga tidak disholatkan.”[HR. Imam Ahmad]

Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata, “Sesungguhnya, para syuhada’ Uhud tidak dimandikan, dan dikuburkan beserta dengan darahnya. Dan mereka tidak disholatkan.”[HR. Imam Ahmad]

Sedangkan dalil yang menunjukkan kebolehan mensholati orang yang mati syahid adalah sebagai berikut;

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Uqbah bin ‘Amir mengenai jenazah orang yang mati di medan Uhud.

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَتْلَى أُحُدٍ بَعْدَ ثَمَانِي سِنِينَ كَالْمُوَدِّعِ لِلْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ ثُمَّ طَلَعَ الْمِنْبَرَ فَقَالَ إِنِّي بَيْنَ أَيْدِيكُمْ فَرَطٌ وَأَنَا عَلَيْكُمْ شَهِيدٌ وَإِنَّ مَوْعِدَكُمْ الْحَوْضُ وَإِنِّي لَأَنْظُرُ إِلَيْهِ مِنْ مَقَامِي هَذَا وَإِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوا وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا قَالَ فَكَانَتْ آخِرَ نَظْرَةٍ نَظَرْتُهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra diriwayatkan, bahwasanya Nabi saw mensholatkan jenazah yang gugur di medan Uhud setelah 8 tahun dari kematian mereka, seperti orang yang hendak mengucapkan perpisahan kepada orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Lalu, beliau naik ke atas mimbar dan bersabda, “Sesungguhnya aku berada di hadapan kalian dengan sebuah pahala. Dan aku wajib memberikan kesaksian kepada kalian. Sungguh, tempat kembali kalian adalah telaga. Aku telah menyaksikannya dari tempatku ini, dan aku tidak pernah khawatir kalian akan musyrik. Akan tetapi, yang aku khawatirkan atas kalian adalah berlomba-lomba dalam urusan dunia.” Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Itulah terakhir kali aku menyaksikan Rasulullah saw.”[HR. Imam Bukhari]