Minggu, 28 September 2014

Nabi Muhammad serba Senin

TAHUKAH ANDA ?
Bahwa Rasululloh shollallohu alaihi wasallam lahir pd hari senin, diangkat menjadi nabi pada hari senin, hijrah pada hari senin, sampai madinah pada hari senin mengangkat hajar aswad pada hari senin, isra' dan mi'raj pada hari senin, dan meninggal pada hari senin .
referensi kitab Al Bidayah Wan Nihayah Imam Ibnu Katsir

عن ابن عباس قال : ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الاثنين ، واستنبئ يوم الاثنين ، وخرج مهاجرا من مكة إلى المدينة يوم الاثنين ، وقدم المدينة يوم الاثنين ، وتوفي يوم الاثنين ، ورفع الحجر الأسود يوم الاثنين .
dari Ibnu 'Abbas berkata:
" Rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam dilahirkan pada hari senin, diangkat menjadi nabi pada hari senin, keluar hijrah dari makkah menuju madinah pada hari senin, sampai ke madinah pada hari senin, wafat pada hari senin dan mengangkat hajar aswad pada hari senin."
(HR.ahmad)

عن جابر ، وابن عباس أنهما قالا : ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم عام الفيل يوم الاثنين الثاني عشر من شهر ربيع الأول ، وفيه بعث ، وفيه عرج به إلى السماء ، وفيه هاجر ، وفيه مات .
dari jabir dan ibnu abbas sesungguhnya keduanya berkata:
" Rasululloh shollallohu alaihi wasallam dilahirkan pada tahun gajah hari senin tanggal dua belas bulan robi'ul awwal, dihari senin pula beliau diutus, dihari senin beliau di naikkan ke langit, di hari senin beliau hijrah dan di hari senin pula beliau wafat."
(HR.ibnu abi syaibah)

wallohu a'lam.
البداية والنهاية
إسماعيل بن عمر بن كثير

Abrahah menyerang KA'BAH

Pada cerita sebelumnya, Tubba’ yang kejam telah membunuh 20 ribu orang dengan api dalam lubang Ukhdud.
Ternyata, ada yang selamat dari kejahatan Tubba’ ini, satu orang, namanya Daus bin Tsa’labah. “Kalau begitu saya harus minta tolong,” pikirnya. “Ini bukan masalah daerah dan daerah, tapi ini masalah agama.”
Akhirnya Daus memutuskan untuk berangkat ke Romawi yang waktu itu beragama Nasrani.
Menghadaplah Daus pada Kaisar Romawi, “Wahai Kaisar Romawi, saya ini beragama Nasrani. Tolong kasihani saya. Dua puluh ribu penganut agama Nasarni dibunuh oleh Tubba’ Yaman. Sekarang tolong hantam Yaman.”
Kaisar Romawi menyanggupinya.
Karena jarak Romawi ke Yaman cukup jauh, maka Kaisar Romawi mengirim utusannya ke Najasyi raja Habasyah, untuk menyelamatkan umat Nasrani di Yaman. Habasyah ini kalau sekarang adalah wilayah Ethiopia.
Maka Najasyi mengirim pasukan yang begitu banyak untuk menyerang Yaman, dengan dipimpin oleh 2 jendral, yaitu Aryath dan Abrahah. Jadi ternyata Abrahah ini bukanlah orang Yaman asli, melainkan dari Habasyah.
Singkat cerita, Yaman kalah, lalu dikuasai oleh kedua jendral tersebut, Abrahah dan Aryath. Kalau satu negara dipimpin oleh 2 jendral, masing-masing punya pasukan, pasti berantem.
Maka, kedua jendral tersebut berduel. “Kalau saya yang kalah, pasukanku untukmu. Kalau kamu yang kalah, pasukanmu untukku.”
Abrahah menang. Aryath terbunuh oleh Abrahah.
Akhirnya Yaman dipimpin oleh seorang raja bernama Abrahah.
Mendengar kabar satu jendralnya terbunuh, apalagi karena kedua jendralnya saling berantem, saling membunuh, maka Najasyi marah. Saking marahnya, dia bersumpah, “Demi Allah, saya akan injak rambutnya Abrahah di pasir Yaman.”
Abrahah kaget mendengar berita ini, ketakutan. Lalu apa yang Abrahah lakukan?
Dia cukur rambutnya sampai habis. Dia ambil batu. Di batu itu dia hamparkan pasir Yaman. Jadi rambutnya dihamparkan di pasir Yaman itu. Lalu dikirimnya ke Najasyi.
Utusannya mengatakan, “Wahai Najasyi, saya ini disuruh oleh Abrahah untuk menyampaikan keinginan Anda yaitu untuk menginjak rambut Abrahah di pasir Yaman.
Ini rambutnya, ini pasir Yaman, silakan injak.”
Subhanallah! :)
Lalu setelah itu ada surat khusus dari Abrahah, permohonan maaf dan pengagungan terhadap Najasyi. Akhirnya  Najasyi tidak jadi marah. Subhanallah.. pintar ya Abrahah ini. :)
Kemudian Najasyi menantang Abrahah, “Kalau kau memang menghormati aku, buktikan penghormatanmu itu”
Maka dari situ, Abrahah mendirikan tempat peribadatan namanya Al Qulais. Al Qulais ini merupakan suatu bangunan yang sangat tinggi sebagai tempat ibadahnya orang-orang Nasrani.
Saat itu pemerintahan Abrahah semakin berkembang, maka dikirimlah surat ke jazirah Arab agar orang Arab pun datang beribadah/berhaji ke Qulais ini. Tapi karena orang Arab sudah mempunyai tempat berhaji, yaitu Ka’bah di Mekkah, maka tidak ada yang datang ke Al Qulais.
Abarahah bertanya-tanya kenapa tak ada yang datang. Ketika akhirnya Abrahah mengetahui bahwa orang-orang Arab memiliki tempat ibadah sendiri yaitu Ka’bah di Mekkah, maka timbullah niat buruk dari Abrahah, yaitu ingin menghancurkan Ka’bah di Mekkah.

Setelah menerima surat dari Abrahah untuk datang berhaji ke Qullais, orang Arab bertanya-tanya tentang Qullais ini. Apa sih Qullais ini, sejarahnya bagaimana, kapan jadinya, agungnya apa, hebatnya apa, tidak ada yang tahu. Malah bagi orang Arab, justru ini merupakan penghinaan bagi Ka’bah.
Ada satu kabilah yang sangat mencintai dan mengagungkan Ka’bah, Bani Faqim in ‘Adiy nama kabilanya, ingin menyelidiki seperti apa Qullais ini.
Maka, pada waktu tengah malam, mereka masuk ke Qullais, dilihatnya bangunan tinggi ini. Tapi na udzu billah.. mereka melakukan tindakan yang tidak terpuji pada Qullais ini, mereka mengotori Qullais, bahkan kotorannya ditempel-tempel di dinding, na udzu billah.. Hal ini mereka lakukan karena saking bencinya terhadap Qullais ini.
Ketika mengetahui apa yang terjadi pada Qullais ini, marahlah Abrahah,
“Siapa yang telah mengacaukan  tempat peribadatan ini?”
“Itu kabilah Bani Faqim in ‘Adiy”
“Siapa kabilah Bani Faqim in ‘Adiy?”
“Kabilah dari bangsa Arab. Mereka yang mengagungkan Ka’bah”
“Ka’bah? Apa itu Ka’bah?”
“Ka’bah adalah tempat berhajinya orang-orang Arab”
Maka ada satu pendapat dari para cendekia nya Abrahah yang mengatakan, “Wahai Raja Abrahah, ketahuilah orang Arab ini tidak mungkin bisa berhaji  ke Qullais selama Ka’bah itu masih ada.”
“Kalau begitu, hancurkan Ka’bah,” perintah Abrahah.
Lalu Abrahah dan pasukannya siap berangkat ke kota Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Mereka berangkat dengan menggunakan kendaraan yang asing bagi orang Arab, orang Arab tidak mengenalnya, yaitu gajah. Gajah yang warnanya agak putih, besar sekali, orang Arab belum pernah melihatnya.
Nama gajah yang paling depan adalah maHmud, pake H besar. Kalau mahmud pake h kecil, itu artinya terpuji. Kalau maHmud pake H besar, artinya bisa dijelaskan sebagai berikut, karena saking besarnya, sehingga pas kakinya menginjak, timbul getaran di bumi, karena saking gedenya kakinya. Bleng! Bleng!
Maka berangkatlah gajah itu dengan supirnya/pengendalinya yang bernama Unais, sedangkan Abrahah berada di belakangnya. Berita keberangkatan pasukan Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah ini tersebar ke seluruh jazirah Arab.
Sehingga gentarlah, takutlah orang-orang Arab, waduh, bagaimana ini, Ka’bah akan dihancurkan. Namun kabilah-kabilah Arab mengadakan perlawanan pada pasukan Abrahah ini.
Selama perjalanan menuju Mekkah, banyak perlawanan dari kabilah Arab, tapi sayang mereka tidak bersatu. Akibatnya dengan mudah mereka dikalahkan oleh pasukan Abrahah.
Perlawanan yang pertama adalah dari kabilah yang dipimpin oleh Dhu Nafar. Kabilah ini merupakan salah satu kabilah yang kuat, tapi sayang karena tidak bersatu, maka ketika mereka menyerbu Abrahah, dalam waktu tak berapa lama, mereka sudah habis kalah oleh pasukan Abrahah. Akhirnya pimpinan kabilah, Dhu Nafar pun diborgol dan dijadikan tawanan.
Perlawanan berikutnya adalah dari kabilah yang dipimpin oleh Nufail bin Habib Al-Khats’amiy. Namun karena tidak bersatu, maka mengalami akhir yang sama dengan kabilah Dhu Nafar, kalah, pemimpinnya, Nufail bin Habib Al-Khats’amiy juga ditawan.
Abrahah tetap mendapatkan perlawanan dari kabilah-kabilah Arab dalam perjalanannya menuju Mekkah. Walaupun seluruh bangsa Arab tahu, tidak mungkin ada yang bisa mengalahkan pasukan Abrahah, namun mereka tetap mengadakan perlawanan walaupun harus mati.  Setiap kabilah melawan.
Subhanallah.. Saking cintanya mereka pada Ka’bah

Abrahah dan pasukannya tetap meneruskan perjalanannya menuju Mekkah, walaupun mereka mendapat perlawanan dari setiap kabilah. Akhirnya sampailah mereka di Thaif.
Di Thaif ini ada satu kabilah yang dipimpin oleh Abu Rughaal, namanya Bani Tsaqifah. “Waduh, kalau Abrahah datang ke sini pasti dia akan menghancurkan kita juga,” kata Abu Rughaal.
Maka ketika datang Abrahah, tiba-tiba Abu Rughaal mengatakan, “Wahai Abrahah, kau jangan menghancurkan kami. Bani Tsaqifah di Thaif ini jangan kau hancurkan.”
“Aku tidak akan menghancurkan Bani Tsaqifah, tapi apa balasanmu kepada saya,” tukas Abrahah.
“Saya akan tunjukkan padamu jalan menuju Mekkah yang terdekat. Sehingga kau gampang untuk menghancurkan Ka’bah.”
Maka yang mengkhianati pertama kali untuk masalah Ka’bah ini adalah Abu Rughaal. Padahal semua kabilah di Arab sudah sepakat untuk menjaga kesucian Ka’bah, tapi Abu Rughaal ini justru mau menunjukkan jalan terdekat menuju Ka’bah. Abu Rughaal berkhianat demi kedudukan dan demi jabatannya.
Jadi kalau ada seseorang yang khianat, teman sendiri mungkin ditipu, teman sendiri mungkin ditendang, bahkan keluarganya sendiri tidak dikenal, demi jabatan dan kedudukan, itulah Abu Rughaal. Itulah sebabnya, kalau ada pengkhianat, orang Arab selalu mengatakan “Kau ini Abu Rughaal, pengkhianat.”
Abu Rughaal meninggal dalam perjalanan ke Mekkah. Allah berikan Abu Rughaal penyakit sehingga mati di jalan lalu dikuburkan di sana. Sampai sekarang, ada satu tempat yang dikatakan makam Abu Rughaal. Kalau orang-orang lewat sana, maka mereka akan melempar batu ke arah makam Abu Rughaal tersebut. “Ini makamnya Abu Rughaal, ini makamnya pengkhianat,” saking sebelnya.

Sampailah Abrahah dan pasukannya di Wadi Muhasir, artinya lembah api. Wadi Muhasir ini terletak di antara perbatasan Muzdalifah dan Mina, panjang jaraknya sekitar 500 m (1/2 km).
Maka masuklah Abrahah dan pasukannya ke perbatasan kota Mekkah. Dilihatnya orang-orang Mekkah sedang menggembala ternaknya, seperti sapi, unta, kambing dan semacamnya.
Abrahah memerintahkan pasukannya untuk merampas semua ternak tersebut.
Mereka kaget dengan kedatangan pasukan Abrahah. Diambilnyalah semua ternaknya oleh pasukan Abrahah, termasuk ada 200 ekor kambing (ada juga yang mengatakan unta) milik kakek nabi Muhammad, yaitu Abdul Muththalib (Nabi Muhammad waktu itu belum lahir).
Abdul Muththalib ini adalah pemimpin di kota Mekkah. Maka datanglah orang-orang mekkah yang ternaknya dirampas oleh Abrahah, mengadu,
“Wahai Abdul Muththalib, sudah datang raja Abrahah. Mereka mengambil ternak.”
Akhirnya Abdul Muththalib datang menghadap ke Abrahah, namun tidak bisa. Prosedur pemerintahan.
Kemudian Abdul Muththalib bertemu dengan 2 orang tawanan Abrahah : Dzu Nafar dan Nufail bin Habib.
Kepada mereka berdua, Abdul Muththalib berkata,
“Wahai Dzu Nafar dan Nufail bin Habib, tolong temukan aku dengan Abrahah.”
“Bagaimana aku akan mempertemukan dengan Abrahah? Aku juga seorang tawanan di sini, tidak mungkin.”
“Wahai Dzu Nafar dan Nufail bin Habib, tolonglah saya ini agar bertemu dengan Abrahah,” pinta Abdul Muththalib lagi.
“Begini saja, kami akan ajukan proposal pertemuan, janji untuk waktu pertemuan. Tapi saya tidak langsung ke Abrahah, tapi lewat supir gajahnya, yaitu Unais.”
Maka ditemuinya Unais, “Wahai Unais, ada pemimpin kabilah Mekkah Quraisy, namanya Abdul Muththalib, ingin bernegosiasi/musyawarah dengan raja Abrahah.”
Dengan perantara Unais inilah, akhirnya disepakati oleh Abrahah
Subhanallah.. berikut ini adalah kisah pertemuan yang hebat, pertemuan yang agung. Kita akan melihat bagaamana kedudukan kakek nabi Muhammad.
Pada waktu yang telah ditentukan, duduklah Abdul Muththalib di atas kudanya/untanya untuk menuju tempat pertemuan dengan Abrahah.
Abrahah pun sudah duduk menunggu di singgasananya.
Perlu diketahui bahwa Abrahah ini terkenal bossy, orang yang tidak pernah mau menghadapi tamunya kecuali dia harus tetap duduk di atas singgasananya, tidak pernah. Kalaupun ada orang datang, dia tidak pernah menyambutnya turun, jadi tetap duduk saja di singgasananya.
Abrahah adalah raja yang tidak pernah keluar atau turun dari singgasananya. Mau siapapun yang datang, tidak peduli, dia tetap duduk saja di singgasananya. Dan apalagi kalau harus duduk di karpet. Allahu Akbar! Lihat betapa sombongnya Abrahah ini.
Tapi hal luar biasa terjadi ketika datang kakek nabi Muhammad, Abdul Muththalib.
Wajah Abdul Muththalib yang adem, wajahnya yang Subhanallah bercahaya, wajahnya yang penuh berwibawa, Subhanallah, semua kaget melihat tiba-tiba Abrahah turun dari singgasananya, turun ia lalu berjalan menyambut Abdul Muththalib.
“Ahlan! Ahlan! Selamat datang.. wahai ketua kaum Quraisy. Selamat datang,” sambut Abrahah.
Semua heran, aneh Abrahah ini. Apa yang terjadi padanya?
Subhanallah.. itu terjadi karena Abrahah melihat wajah Abdul Muththalib yang berwibawa, melihat wajahnya yang Subhanallah sangat mengesankan, membuat Abrahah lupa diri sehingga langsung turun dari singgasananya.
“Silakan duduk di singgasanaku,” kata Abrahah.
Tapi Abdul Muththalib mengatakan, “Tidak, saya mau duduk di karpet saja.”
Ketika Abdul Muththalib duduk di karper, Abrahah pun yang dalam kehidupannya tidak pernah dia duduk seperti ini, selalu di kursi apalagi kalau ada tamu, Subhanallah, saat itu Abrahah ikut saja duduk di karpet. Berduaan mengobrol dengan Abdul Muththalib.
Yang harus kita garis bawahi di sini adalah, kesombongan Abrahah ini luntur begitu melihat wajah yang agung yang lembut bercahaya wajah yang bersinar penuh dengan wibawa, ialah Abdul Muththalib, kakek nabi Muhammad.
Maka bicara pun Abrahah ini hati-hati, karena yang dihadapinya ini adalah pemuka Quraisy.
“Wahai pemuka Quraisy, apa yang membuat Anda datang kemari? Tugas apa, apa yang kau inginkan sehingga engkau datang kemari?”

Pada pertemuan dengan kakek Rasulullah -Abdul Muththalib, Abrahah bertanya,
“Wahai pemuka Quraisy, apa yang membuat Anda datang kemari? Tugas apa, apa yang kau inginkan sehingga engkau datang kemari?”
Allahu Akbar! Simak apa jawaban Abdul Muththalib.
“Saya, datang ke sini untuk meminta 200 ekor kambing,” tegas Abdul Muththalib.
Maka saat itu Abrahah kaget bercampur marah.
“Dasar Arab! Dasar pikirannya rendah! Aku sudah turun dari singgasanaku, dan aku mau duduk di karpet, kiranya mau musyawarah yang besar, mau musyawarah tentang pertempuran Ka’bah. Kau ini seorang pemuka Quraisy, tapi ke sini hanya untuk meminta 200 ekor unta dikembalikan?”
Atau unta atau kambing, karena di sini  ada sejarah/riwayat unta atau kambing.
“Dasar Arab! Kau ini seorang pemuka Quraisy yang sudah aku hargai, aku sambut di depan pintu, aku turun dari singgasanaku, aku duduk di karpet, kiranya kau ini mau bermusyawarah tentang Ka’bah yang agung, sudah saya hormati dengan mengatakan, apa yang membuat anda datang kemari, eeh malah tiba-tiba, jawabannya, yang membuat saya datang ke sini, kembalikan 200 ekor kambing milik saya.”
Ga nyambung benerrr…
Lalu Abrahah marah dan berdiri, rugi, sudah menyambut dan turun trus duduk di karpet, rugi!
Tapi lihat perkataan Abdul Muththalib setelahnya, “Memangnya tujuan Anda mau apa ke sini?”
“Saya datang ke Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Malah kau yang dikatakan penghuni Mekkah, yang lahir di Mekkah, masak kau tidak mau melawan kami? Dengan pasukanmu mungkin yang ada untuk menghalangi kami menghancurkan Ka’bah. Bukannya cuma meminta 200 ekor kambing itu.”
Tahukah jawaban Abdul Muththalib? Subhanallah.. Lihat perkataannya, kemungkinan jawaban ini tidak pernah terpikirkan oleh kita sekarang ini.
“Wahai raja,” kata Abdul Muththalib, “aku ini adalah tuannya kambing. Aku ini yang memiliki kambing maka kewajibanku untuk menjaga kambing-kambingku. Aku selamatkan, itu kambingku.
Kalau Ka’bah ini yang memilikinya Allah, maka Allah yang pasti akan menjaganya.”
Subhanallah. Lihat kualitas keimanan Abdul Muththalib. Subhanallah..
“Sekarang kembalikan semua harta yang kau ambil, ternak kambing, unta, sapi, semuanya kembalikan,” tuntut Abdul Muththalib.
Maka dikembalikan semuanya oleh Abrahah.
“Kapan kamu akan menghancurkan Ka’bah?” tanya Abdul Muththalib menantang.
“Aku akan menghancurkannya sekian hari lagi,” jawab Abrahah.
“Kalau begitu, saya akan bawa kembali dulu semua ternak ini, setelah itu saya akan kosongkan kota Mekkah.”
Subhanallah.. Lihat keberanian Abdul Muththalib.
Dibawanya semua ternaknya, kemudian dibagikan kepada yang berhak. Setelah itu semua penduduk kota Mekkah kumpul di depan Ka’bah, dengan wajah sedih karena akan berpisah dengan Ka’bah. Yang nangis ya nangis..
Abdul Muththalib pun memegang Ka’bah dan berkata,
“Wahai Allah yang memiliki rumah ini, jagalah rumahMu, jagalah rumahMu.. bagaimana terserah engkau ya Allah, jagalah.”
Semua menunduk di hadapan Ka’bah, isak tangis tak tertahan karena sedih. Setelah itu semuanya keluar dari kota Mekkah, berpencar naik ke gunung, untuk menyaksikan Abrahah dan pasukannya.

Lalu Nufail berkata di telinga gajah maHmud, “Pintar sekali kamu maHmud. Kamu lebih pintar daripada rajamu, Abrahah.”
Maka gajah maHmud ini tetap duduk diam di tempat, dicucuk pun tetap duduk, disuruh berdiri juga tidak mau. Tapi kalau diarahkan untuk keluar kota Mekkah, dia mau.
Akhirnya untuk mengurus masalah satu gajah ini, semua prajurit sibuk agar gajah ini mau masuk ke kota Mekkah. Karena dengan gajah sebesar itu, sekali tubruk aja, Ka’bah bisa langsung rubuh.
Saat dalam keadaan kacau, saat mencari cara bagaimana maHmud bisa masuk ke dalam Mekkah, di Wady Muhasir, semua menyaksikan, bangsa Quraisy mengatakan,
“Ketika itu kami melihat langit seperti mau hujan, mendung hitam, awan hitam. Ternyata yang hitam itu bukan awan mendung, melainkan burung yang begitu banyak jumlahnya, terbang mendekat, sehingga tampak seperti awan hitam datang, burungnya pun tidak besar, burung ababil, kecil.”
Burung ababil itu besarnya di bawah merpati, agak besar dikit di atas burung pipit. Setiap burung ababil membawa 3 batu, di paruhnya , di kaki kanan dan kiri. Itu yang mereka bawa sambil terbang. Jadi Allah perlihatkan pada semua orang Quraisy.
Sehingga orang-orang mengatakan, “Wah luar biasa. Apa itu?”
Ternyata burung. Tapi dari jauh, kelihatan seperti awan hitam. Jadi ketika burung yang banyak sekali jumlahnya ini terbang mendekat, dari jauh tampak kelihatan seperti awan hitam mendekat.
Dan, melihat yang hitam itu, dikiranya hujan, jadi Abrahah dan pasukannya santai saja. Tapi setelah mulai dekat, ternyata burung terlihat.
Subhanallah, di situlah burung ababil menjatuhkan setiap batu yang dibawanya, yang langsung mengenai tubuh Abrahah dan pasukannya, lalu mereka “ka’ashfim makkuul” artinya, seperti daun yang dimakan oleh ulat.
Jadi setiap batu yang jatuh, maka langsung menembus badan, trus  jatuh ke tanah. Batu itu dari api neraka, sehingga karena saking panasnya, batu itu bisa menembus badan. Bayangkan saja, seperti  sesuatu yang bolong, seperti plastik kena bara, bocor langsung, seperti itu. Semua pasukan kena batu itu, rengek, hancur. Bayangkan begitu banyak burung yang melemparnya. Maka saat itu hancurlah Abrahah dan pasukannya.
Kisah ini diabadikan di dalam Al Qur’an surat Al Fiil ayat 1-5,
(yang diawali dengan kalimat “Alam taro kaifa fa’ala robbuka bi ash-haa bil fiil)
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong (abaabiil), yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Demikianlah hancurnya Abrahah dan pasukannya.
Tapi ada satu orang prajurit yang selamat, tidak diketahui siapa namanya. Prajurit ini langsung memacu kudanya kembali ke Yaman. Istirahat di jalan, berangkat lagi, istirahat di jalan, berangkat lagi, istirahat di jalan, berangkat lagi, supaya segera sampai di Yaman, untuk segera memberikan kabar kepada penduduk Yaman.
Sesampainya di pintu gerbang kerajaan Abrahah di Yaman, dia langsung berteriak,
“Celaka! Celaka! Kehancuran! Kehancuran!”
“Untuk siapa?”
“Untuk seluruh pasukan Abrahah”
“Apa yang terjadi?”
“Semuanya mati”
Semua orang Yaman dikumpulkan, orang-orang bertanya, apa yang terjadi? Setelah itu Yaksum datang. Yaksum adalah anak Abrahah, dia yang memegang mandat kerajaan selama Abrahah pergi.
Maka bertanyalah Yaksum pada prajurit yang selamat tersebut,
“Wahai prajurit, terangkan kepada kami, bagaimana hancurnya Abrahah? Benar atau tidak?”
“Wahai tuanku,” prajurit itu pun menceritakan kisah dari awal, ketika tiba-tiba maHmud tidak mau bergerak, diarahkan ke kanan, jalan, ke kiri, jalan, ke belakang, jalan, tapi maju tidak mau jalan.
“Saya lagi sibuk mengurus maHmud agar mau maju ke depan, tiba-tiba terlihat seperti awan hitam, ternyata itu adalah burung. Dan setiap burung membawa 3 butir batu. Setiap batu itu dilemparkan oleh burung, lalu mengenai tubuh manusia, lalu ka’ashfim makkuul..”
Maksudnya ka’ashfim makkuul adalah hancur, hangus.
Yaksum mengernyitkan kening, “Saya tidak mengerti. Ulangi lagi ceritanya. Bagaimana matinya pasukan Abrahah?”
Maka prajurit tersebut mengulangi ceritanya, ketika kami sibuk, datang burung, melempar batu, setelah itu, setiap batu yang jatuh kena tubuh manusia, lalu ka’ashfim makkuul..
Yaksum tetap tidak mengerti, “Coba kamu terangkan dengan tenang, bagaimana?”
Prajurit itu berpikir sejenak, lalu mulai menceritakan lagi, dengan lebih lambat,
“Begini.. Ketika.. sibuk.. memajukan Mahmud.. Tiba-tiba.. datang yang hitam.. oh ternyata itu burung.. setiap burung.. membawa batu.. batu itu dilemparkan kepada kita.. setiap batu yang jatuh kena tubuh kita, kita hancur, manusia ini ka’ashfim makkuul..
Yaksum menggeleng, “Saya masih tidak mengerti, coba ceritakan lagi.” Baginya tidak masuk akal, hanya batu kerikil jatuh, bagaimana mungkin bisa menghancurkan Abrahah dan pasukannya sehingga mati semua.
Prajurit terdiam, berpikir bagaimana lagi cara menceritakannya agar semua mengerti, tiba-tiba datang burung ababil. Ternyata dia diikuti oleh satu burung ababil.
Melihat itu, semua berseru, “Ada burung!”
Burung ababil itu terbang mendekat, tepat di atas prajurit itu, dijatuhkan batunya , satu-dua-tiga batu dijatuhkan. Batu itu mengenai tubuh prajurit yang sedang berpikir bagaimana cara menyampaikan.
Begitu kena batu itu, prajurit itu langsung berkata, “Nah, beginilah matinya mereka semua, beginilah seperti saya mati.” Dan prajurit itu pun mati di depan Yaksum dan orang-orang Yaman.
Yaksum pun mengerti. Demikianlah Allah perlihatkan bagaimana kematian Abrahah, beginilah cara matinya seperti prajurit yang mati di depan Yaksum sendiri.
Nah, 50 hari setelah kejadian Al Fiil ini, barulah lahir kekasih kita, teladan kita, Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah.

Selanjutnya " Kelahirang Nabi Muhammad SAW "


Aminah mengandung di hadiri para Ibu

Detik-detik kelahiran Nabi SAW

Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i di kitabnya An-Ni’matul Kubraa ‘Alal ‘Aalam hal. 61 telah menyebutkan ;
Bahwa sesungguhnya pada bulan kesembilan kehamilan Sayyidah Aminah (bulan Rabi’ul Awwal), saat hari-hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad sudah semakin dekat, Allah SWT semakin melimpahkan berbagai macam anugerahnya kepada Sayyidah Aminah, mulai malam tanggal satu hingga malam tanggal 12 Bulan Rabi’ul Awwal malam kelahiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW;
 
Pada malam tanggal 1 Allah SWT melimpahkan segala kedamaian dan ketentraman yang luar biasa kepada Sayyidah Aminah, sehingga Beliau merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

 
Pada malam tanggal 2 datang seruan berita gembira kepadanya bahwa sebentar lagi dirinya akan mendapati anugerah agung yang luar biasa dari Allah SWT.
 Pada malam tanggal 3 datang seruan memanggil kepadanya…”Wahai Aminah, sudah dekat saatnya Engkau akan melahirkan Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT”.
 Pada malam tanggal 4 Sayyidah Aminah mendengar beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan sangat jelas sekali.
 
Pada malam tanggal 5 Sayyidah Aminah mimpi bertemu dengan Nabiyyullah Ibrahim AS Khalilullah.
 
Pada malam tanggal 6 Sayyidah Aminah melihat cahaya Rasulullah SAW memenuhi segala penjuru alam semesta.
 
Pada malam tanggal 7 Sayyidah Aminah melihat para malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira, sehingga kebahagiaan dan kedamaiannya semakin memuncak.
 
Pada malam tanggal 8 Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil dimana-mana, suara tersebut sangat jelas mengumandangkan….”Berbahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat saat kelahiran Nabi Agung Kekasih Allah SWT Pencipta alam semesta..”
 
Pada malam tanggal 9 Allah SWT semakin mengucurkan limpahan Belas Kasih Sayangnya kepada Sayyidah Aminah, sehingga tidak ada sedikitpun rasa sedih, susah atau sakit dalam diri dan jiwa Sayyidah Aminah.
 
Pada malam tanggal 10 Sayyidah Aminah melihat tanah Khoif dan Mina ikut bergembira ria menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW .
Pada malam tanggal 11 Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.
 
Maka, pada malam 12 Bulan Rabi’ul Awwal, langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun, saat itu Sayyid Abdul Muthalib sedang bermunajat kepada Allah SWT di sekitar Ka’bah, dan Sayyidah Aminah sendirian di rumah, tanpa ada seorangpun yang menemaninya, tiba-tiba Beliau Sayyidah Aminah melihat tiang rumahnya terbelah, dan perlahanan-lahan muncul empat wanita yang sangat anggun nan cantik jelita dan diliputi cahaya yang memancar berkemilauan serta semerbak harum wewangian memenuhi seluruh ruangan. Tiba-tiba wanita pertama datang dan berkata kepada Sayyidah Aminah;
 
………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung junjungan alam semesta Baginda Nabi Muhammad SAW. Kenalilah olehmu sesungguhnya aku ini adalah Hawwa’ Ibunda seluruh umat manusia. Aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu….
 
Kemudian Ibu Hawwa’ duduk di samping kanan Sayyidah Aminah. Dan mendekat lagi wanita yang kedua kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya;
………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Baginda Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi Agung yang dianugerahi Allah SWT kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya. Nabi Agung yang ilmunya sebagai sumber seluruh ilmunya para Nabi dan para kekasihnya Allah SWT. Nabi Agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan ketahuilah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku ini adalah Sarah istri Nabiyyullah Ibrahim As, aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu.”
 
Kemudian Sayyidah Sarah duduk di sebelah kiri Sayyidah Aminah. Maka, wanita ketigapun kemudian mendekat dan menyampaikan berita gembira kepadanya;
………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad SAW Kekasih Allah SWT yang paling agung, dan insan sempurna yang paling utama mendapati pujian dari Allah SWT dan dari seluruh makhuk-Nya. Perlu engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu”.
 
Kemudian sayyidah Asiyah binti Muzahim tersebut duduk di belakang Sayyidah Aminah. Sejenak Sayyidah Aminah semakin kagum, karena wanita yang ke empat adalah lebih anggun berwibawa dan memiliki kecantikan luar biasa. Kemudian mendekat kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira;
 
………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad SAW yang dianugerahi Allah SWT berbagai macam mukjizat yang sangat agung dan sangat luar biasa, Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk Beliau semata segala bentuk Sholawat (Rahmat Ta’dhim) Allah SWT dan Salam Sejahtera-Nya yang sempurna. Ketahuilah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam Ibunda Nabiyyullah Isa AS. Kami semua ditugaskan Allah SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
 
Kemudian Sayyidah Maryam Ibunda Nabiyyullah Isa AS duduk mendekatkan diri di depan Sayyidah Aminah. Maka, keempat wanita suci mulia nan agung di sisi Allah SWT tersebut kemudian merapat dan mengelilingi diri Ibunda Rasulullah Muhammad SAW Sayyidah Aminah Binti Wahab, sehingga Ibunda Rasulullah SAW semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan dalam jiwanya. Kebahagiaan dan keindahan yang dialami oleh Ibunda Rasulullah SAW saat itu, tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Dan peristiwa demi peristiwa yang sangat agung, semakin Allah SWT limpahkan demi penghormatan besar kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
 
Keajaiban berikutnya adalah Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya saling berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah Aminah dan mereka memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah SWT dengan berbagai macam bahasa yang berbeda-beda.
 
Detik berikutnya adalah Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh Beliau berbagai macam bintang-bintang di angkasa raya yang sangat indah berkilauan yang saling berterbangan di langit ke segenap penjuru angkasa yang sangat cerah dipenuhi cahaya.
 
Maka, detik berikutnya adalah Allah SWT perintahkan kepada Malaikat Ridlwan penjaga sorga agar mengomando semua bidadari sorga supaya berdandan rapi cantik jelita dan memakai segala macam bentuk perhiasan kain sutera dengan bermahkotakan emas, intan permata yang gemerlapan dan menebarkan wewangian sorga yang harum semerbak ke segala arah demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW.
 
Selanjutnya, Allah SWT limpahkan mandat khusus kepada Malaikat Jibril AS untuk mengemban tugas agung dalam momen yang paling agung dan bersejarah bagi seluruh makhluk Allah SWT, Firman Allah SWT kepadanya;
يا جبريل صف راح الأرواح في أقداح الشراب يا جبربل انشر سجادات القرب والوصال لصاحب النور والرفعة والإتصال يا جبريل مر مالكا أن يغلق أبواب النيران يا جبريل قل لرضوان أن يفتح أبواب الجنان يا جبريل البس حلة الرضوان يا جبريل اهبط إلى الأرض بالملائكة الصافين والمقربين والكروبيين والحافين يا جبريل ناد في السموات والأرض في طولها والعرض قد آن أوان اجتماع المحب بالمحبوب والطالب بالمطلوب
Yang artinya kurang lebih;
“Hai Jibril, serukanlah kepada seluruh arwah suci para Nabi, para Rasul dan para Wali agar berkumpul berbaris rapi menyambut kedatangan Nabi Agung Muhammad SAW. Hai Jibril, bentangkanlah hamparan kemuliaan dan keagungan derajat Al-Qurb dan Al-Wishal kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang memiliki Nur dan Maqam luhur di Sisi-Ku. Hai Jibril, perintahkanlah kepada Malik agar menutup semua pintu neraka. Hai Jibril, perintahkanlah kepada Ridlwan agar membuka seluruh pintu sorga. Hai Jibril, pakailah olehmu Hullah Ar-Ridlwan (pakaian khusus yang diliputi Keridloan-Ku) demi menyambut Kekasih-Ku Nabi Agung Muhammad SAW. Hai Jibril, turunlah ke bumi dengan membawa seluruh pasukan malaikat, para Malaikat Muqarrabin, para Malaikat Karubiyyin, para Malaikat yang selalu mengelilingi ‘Arasy, suruh mereka semua turun ke bumi dan berbaris rapi demi memuliakan dan mengagungkan kedatangan Kekasih-Ku Nabi Agung Muhammad SAW. Hai Jibril, kumandangkanlah seruan di seluruh penjuru langit hingga lapis ke tujuh dan di segenap penjuru bumi hingga lapisan paling dalam, beritakan kepada seluruh makhluk-Ku bahwa sesungguhnya …Sekarang telah tiba saatnya kedatangan Nabi akhir zaman, Nabi Agung kekasih Allah SWT, Baginda Nabi Muhammad SAW ………….
 
Kemudian seketika itu pula Malaikat Jibril AS secepat kilat langsung melaksanakan seluruh mandat khusus dan agung dari Allah SWT tersebut. Serentak Beliau bawa seluruh pasukan malaikat turun ke bumi hingga memenuhi seluruh gunung-gunung Makkah dan berbaris rapi meliputi seluruh tanah suci Makkah. Sayap-sayap mereka terlihat laksana mega-mega putih berkilauan memenuhi angkasa. Dan saat itu pula seluruh hewan-hewan yang ada di segenap penjuru di bumi, di lautan dan di angkasa bersuka cita demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW.
 
Ibunda Rasulullah SAW Sayyidah Aminah berkata; Saat itu pula, dengan ijin Allah SWT, bisa terlihat jelas olehku gedung-gedung yang ada di Syiria dan Palestina. Aku juga melihat tiga pilar bendera yang dibawa oleh para malaikat. Yang satu ditancapkan di jagad timur, yang satu ditancapkan di jagad barat dan yang satunya lagi di atas Ka’bah Baitullah. Dalam keadaan yang dipenuhi oleh misteri segala keajaiban yang sedemikian rupa, seketika pula datang serombongan burung-burung bercahaya yang indah memenuhi ruanganku, datang silih berganti. Paruh dan sayapnya adalah berupa mutiara zamrud dan yaqut yang indah sekali. Burung-burung tersebut menebarkan berbagai macam mutiara dan permata yang beraneka ragam indahnya di ruanganku. Setelah itu mereka serentak memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah SWT. Dan aku lihat pula para malaikat datang bergerombolan dan silih berganti sambil membawa mabkharah (tempat dupa) berupa emas merah dan emas putih yang berisikan dupa-dupa wewangian sorga yang semerbak harum baunya memenuhi seluruh jagad raya, sambil bergemuruh suara mereka mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW. Seketika itu pula aku lihat bulan terbelah di atasku laksana qubah, dan bintang-bintang gemerlapan berjajar rapi di atas kepalaku laksana mata rantai emas intan permata. Dan tiba-tiba telah ada di sisiku secangkir minuman putih bening melebihi susu. Seketika aku meminumnya, dan terasa nikmat sekali, kelezatan manisnya melebihi gula dan madu, dan kesejukkannya melebihi salju (es). Maka seketika lepaslah segala dahagaku. Sangat terasa nikmat, segar dan lezat sekali yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Seketika cahaya yang luar biasa meliputi diriku. Kemudian, datanglah burung putih berkilauan cahaya mendekati dan mengusapkan sayapnya pada diriku. Saat itulah tanda-tanda kelahiran mulai aku rasakan dan aku bersandar pada para wanita yang ada di sekelilingku. Seketika lahirlah Nabi Agung akhir zaman, Kekasih Allah SWT yang sempurna, Rasulullah Muhammad SAW, dan saya tidak melihat kecuali hanya sinar cahaya yang sangat agung. Tidak lama kemudian, aku melihat putraku (Rasulullah Muhammad SAW) telah berada di sampingku terselimuti dengan sutera putih di atas hamparan sutera hijau dalam keadaan sujud mengiba ke hadirat Allah SWT dengan mengangkat jari telunjuknya. Dan saya mendengar Beliau Rasulullah SAW mengucapkan ;
 
ألله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
……….”Allah Maha Besar dengan segala Keagungan-Nya, Segala Puji bagi Allah atas segala anugerah-Nya, Maha Suci Allah kekal abadi selama-lamanya………”
 
Pada saat itulah semakin memuncak kegembiraan seluruh penghuni alam semesta. Para Malaikat, Para Nabi, Para Wali, Para bidadari sorga, seluruh makhluk-makhluk Allah SWT yang ada di daratan, di lautan di angkasa dan bahkan bumi, laut, udara, bintang-bintang, bulan, matahari, langit, kursiy dan Arasy, seluruhnya benar-benar meluapkan kegembiraan dan memuncakkan Sholawat Ta’dhim kepada Kekasih Allah SWT, Nabi Akhir Zaman, Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Dan bahkan Ka’bah Baitullah ikut bergetar selama 3 hari berturut-turut karena bahagia dan bangga menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.
 
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Maulid Ad-diba’iy Lil Imam Abdur Rahman Ad-Diba’iy hal 192 dan 193 ;
فاهتز العرش طربا واستبشارا وازداد الكرسي هيبة ووقارا وامتلأت السموات أنوارا وضجت الملائكة تهليلا وتمجيدا واستغفارا
Yang artinya kurang lebih;
“Sesungguhnya (pada saat kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW), ‘Arasy seketika gentar hebat luar biasa meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, dan Kursiy juga semakin tambah kewibawaan dan keagungannya, dan seluruh langit dipenuhi cahaya yang bersinar terang dan para malaikat seluruhnya serentak bergemuruh memanjatkan tahlil, tamjid dan istighfar kepada Allah SWT dengan mengucapkan;
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر أستغفر الله
Yang artinya kurang lebih;
“Maha Suci Allah, Segala puji bagi Allah, Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, saya beristighfar (memohon ampun) kepada Allah SWT..”
 
Sesungguhnya dengan keagungan Beliau Baginda Rasulullah Muhammad SAW di sisi Allah SWT, maka Allah SWT telah memerintahkan kepada para malaikat-Nya yang agung yakni Malaikat Jibril, Malaikat Muqarrabin, Malaikat Karubiyyin, Malaikat yang selalu mengelilingi Arasy dan lainnya agar serentak berdiri pada saat detik-detik kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW dengan memanjatkan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, dan Istighfar kepada Allah SWT.
 
Semua fenomena keajaiban-keajaiban agung yang terjadi pada saat detik-detik kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW yang diwujudkan oleh Allah SWT, semata-mata hanya menunjukkan kepada semua makhluk-makhluknya Allah SWT bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW adalah makhluk yang paling dicintai-Nya, makhluk yang paling agung dan mulia derajatnya di sisi-Nya.
Dan riwayat-riwayat semua yang tersebutkan di atas, bukan sekedar cerita belaka, namun telah kami nukil data-datanya dari kitab-kitab para ulama ahlussunnah waljama’ah yang sangat akurat dan otentik. Diantaranya adalah Kitab Al-Hawi Lil Fatawi yang dikarang oleh Al-Imam Asy-Syaikh Jalaluddin Abdur Rahman As-Suyuthi yang telah mengarang tidak kurang dari 600 kitab yang dijadikan marja’ (pedoman) bagi para ulama ahlussunnah waljama’ah dalam penetapan hukum-hukum syariat Islam. Bahkan para ulama ahlussunnah waljama’ah telah sepakat menjuluki Beliau dengan gelar ‘Jalaaluddiin’ yakni sebagai pilar keagungan agama Islam.
 
Bukan hanya dari kitab Beliau saja kami menukil, namun juga dari kitab-kitab para ulama ahlussunnah waljama’ah lainnya yang juga telah disepakati dan dijadikan sebagai sumber pedoman oleh para ulama. Diantaranya adalah Kitab Dalailun Nubuwwah Lil Imam Al-Baihaqi, Kitab Dalailun Nubuwwah Lil Imam Abu Na’im Al-Ashfahaniy, Kitab An-Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Aalam Lil Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami, Kitab Sabiilul Iddikar Lil Imam Quthbul Ghouts Wad-Da’wah Wal-Irsyad Al-Habib Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad, Kitab Al-Ghurar Lil Imam Al-Habib Muhammad bin Ali bin Alawiy Khird Ba Alawiy Al-Husainiy, Kitab Asy-Syifa’ Lil Imam Al-Qadli ‘Iyadl Abul Faidl Al-Yahshabiy, Kitab As-Siirah An-Nabawiyyah Lil Imam As-Sayyid Asy-Syaikh Ahmad bin Zaini Dahlan Al-Hasaniy, Kitab Hujjatullah ‘Alal ‘Aalamin Lis Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhaniy…dan kitab-kitab lainya yang mu’tamad dan mu’tabar (diakui dan dijadikan pedoman oleh para ulama).
Sumber: Kitab Nurul Musthofa Jilid 1, Habib Murtadho bin Abdullah bin Ahmad Al-Kaff

Aminah mengandung di datangi para Nabi tiap bulan

Nabi Muhammad saw bersabda tentang nasabnya:
“ALLOH telah memilih aku dari Kinanah, dan memilih Kinanah dari suku Quraisy bangsa Arab. Aku berasal dari keturunan orang-orang yang baik, dari orang-orang yang baik, dari orang-orang yang baik.”
Sabdanya lagi:
“ALLOH memindahkan aku dari sulbi-sulbi yang baik ke rahim-rahim yang suci secara terpilih dan terdidik. Tiadalah bercabang dua, melainkan aku di bahagian yang terbaik.”
Aminah binti Wahab. Ibu dari Nabi Muhammad saw yang diutus Alloh sebagai rohmat seluruh alam. Cukuplah baginya kemuliaan dan kebanggaan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa Alloh saw memilihnya sebagai ibu seorang Rosul mulia dan Nabi yang terakhir. Seorang ibu yang telah menganugerahkan anak tunggal yang mulia pembawa risalah yang lurus dan kekal, Rosul pembawa hidayah.
Dialah Aminah wanita pengukir sejarah. Kerana risalah yang dibawa putera tunggalnya sempurna, benar dan kekal sepanjang zaman. Suatu risalah yang bermaslahat bagi umat manusia. Berkatalah Ibnu Ishaq tentang Aminah : “Pada waktu itu ia merupakan gadis yang termulia nasab dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.”
Aminah binti Wahab merupakan bunga yang indah di kalangan Quraisy puteri dari pemimpin Bani Zuhroh. Pergaulannya senantiasa dalam penjagaan dan tertutup dari pandangan mata. Terlindung dari pergaulan bebas sehingga sukar untuk dapat mengetahui dengan jelas penampilannya atau gambaran fisikalnya. Para sejarawan hampir tidak mengetahui kehidupannya kecuali sebagai gadis Quraisy yang paling mulia nasab dan kedudukannya di kalangan Quraisy.
Meski tersembunyi, baunya yang harum semerbak keluar dari rumah Bani Zuhroh dan menyebar ke segala penjuru Makkah. Bau harumnya membangkitkan harapan mulia dalam jiwa para pemudanya yang menjauhi wanita-wanita lain yang terpandang dan dibicarakan orang.
Menurut penilaian Dr. Bint Syaati tentang Aminah ibunda Nabi Muhammad saw:
“Masa kecilnya dimulai dari lingkungan paling mulia, dan asal keturunannya pun paling baik. Ia memiliki kebaikan nasab dan ketinggian asal keturunan yang dibanggakan dalam masyarakat bangsawan yang sangat membanggakan kemuliaan nenek moyang dan keturunannya.”
Alloh swt memilih Aminah binti Wahab “Si Bunga Quraisy” sebagai isteri Abdulloh bin Abdul Mutholib di antara gadis lain yang cantik dan suci. Banyak gadis yang meminang Abdulloh sebagai suaminya seperti Ruqoyyah binti Naufal, Fathimah binti Murro, Laila al-Adawiyah, dan masih banyak wanita lain yang telah meminang Abdulloh.
Ibnu Ishaq menuturkan tentang Abdul Mutholib yang membimbing tangan Abdulloh anaknya setelah menebusnya dari penyembelihan. Lalu membawanya kepada Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhroh –yang waktu itu sebagai pemimpin bani Zuhroh– untuk dinikahkan dengan Aminah.
Cahaya yang semula memancar di dahi Abdulloh kini berpindah ke Aminah, padahal cahaya itulah yang membuat wanita-wanita Quraisy rela menawarkan diri sebagai calon isteri Abdulloh. Setelah berhasil menikahi Aminah, Abdulloh pernah bertanya kepada Ruqoyyah mengapa tidak menawarkan diri lagi sebagai suaminya. jawab Ruqoyyah : “Cahaya yang ada padamu dulu telah meninggalkanmu, dan kini aku tidak memerlukanmu lagi.”
Fathimah binti Murro yang ditanyai juga berkata, “Hai Abdulloh, aku bukan seorang wanita jahat, tetapi aku melihat cahaya di wajahmu, kerana itu aku ingin memilikimu. Namun Alloh tak mengizinkan kecuali memberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya.”
Jawaban serupa juga disampaikan oleh Laila al-Adawiyah. “Dulu aku melihat cahaya bersinar di antara kedua matamu kerana itu aku mengharapkanmu. Namun engkau menolak. Kini engkau telah mengawini Aminah, dan cahaya itu telah lenyap darimu.”
Memang “cahaya” itu telah berpindah dari Abdulloh kepada Aminah. Cahaya ini setelah berpindah-pindah dari sulbi-sulbi dan rahim-rahim lalu menetap pada Aminah yang melahirkan  Nabi Muhammad saw. Bagi Nabi Muhammad saw merupakan hasil dari do’a Nabi Ibrohim as bapaknya. Kelahirannya sebagai kabar gembira dari Nabi Isa saudaranya, dan merupakan hasil mimpi dari Aminah ibunya. Aminah pernah bermimpi seakan-akan sebuah cahaya keluar darinya menyinari istana-istana Syam. Dari suara gaib ia mendengar: “Engkau sedang mengandung pemimpin ummat.”
Dan Alloh telah mengabulkan do’a Nabi Ibrohim as, yang diabadikan dalam al-Qur’an :
“Tuhan kami. Utuslah bagi mereka seorang Rosul dari kalangan mereka.” (QS. Al-Baqoroh : 129).
Dan wujud kabar gembira dari Nabi Isa as:
“Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rosul yang akan datang sesudahku, namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. As-Shof : 6).
Benar pulalah tentang ramalan mimpi Aminah tentang cahaya yang keluar dari dirinya serta menerangi istana-istana Syam itu.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, ia berkata:
“Rosululloh saw memimpin kami dalam melaksanakan haji wada’. Kemudian Rosululloh (berziarah) lalu mendekat kubur ibunya sambil menangis. Maka aku pun ikut menangis karena tangisnya.”
Betapa harumnya nama Aminah, dan betapa kekalnya namanya nan abadi. Seorang ibu yang luhur dan agung sebagai ibu Nabi Muhammad saw manusia paling utama di dunia, paling sempurna di antara para Nabi, dan sebagai Rosul yang paling mulia. Aminah binti Wahab adalah ibu kandung pemimpin para Nabi dan Rosul yang mulia. Semoga Alloh memberkahinya.
Diriwayatkan dari Abdulloh bin Wahab, dari bibinya telah berkata:
“Sungguh ketika Aminan mengandung Rosululloh saw kami telah mendengar dia berkata:
“Aku tidak merasa akan kehamilanku dan aku tidak merasa (adanya beban) berat ataupun rasa sakit (karena kehamilanku) sebagaimana yang dirasakan oleh wanita-wanita (lain ketika mereka hamil), kecuali yang tidak aku akui (kalau aku masih bersuci untuk) mengangkat (hadats) haidl.
Dan telah datang kepadaku seorang laki-laki, sedangkan aku antara tidur dan jaga (dalam mimpi), lalu ia bertanya padaku:
“Apakah kamu merasa bahwa kamu hamil .?”
Lalu seolah-olah aku menjawab:
“Aku tidak tahu sama sekali.”
Lalu ia berkata (lagi):
“Sesungguhnya kamu telah mengandung (calon) pemimpin umat ini dan sebagai nabi mereka, yaitu (sang pemberi) petunjuk (sekaligus pembawa rohmat) bagi semesta alam (ini).”
Kejadian itu terjadi pada hari senin.
Aminah berkata:
“Kejadian itu adalah salah satu yang meyakinkan aku akan kehamilanku. Ketika dekat (waktu) persalinan, orang yang pernah datang itu datang lagi padaku seraya berkata: “Ucapkanlah olehmu  :
اعيذه بالواحد الصمد من شر كال ذى حسد
”Aku memohon perlindungan untuknya (anak ini) kepada (pemeliharaan) Dzat Yang Maha Esa, Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, dari kejahatan setiap (orang atau makhluk lainnya) yang memiliki (di hatinya ada) kedengkian (terhadapnya).”
Aminah berkata:
“Maka akupun mengucapkan (do’a) itu dan aku selalu mengulang-ulangnya.
Sebuah riwayat menyatakan:
“Ketika Alloh Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa hendak menampakkan sebaik-baik ciptaan-Nya yaitu Muhammad saw, Alloh memerintahkan Jibril untuk mengambil tanah dari tempat yang sangat mulia, maka iapun mengambilnya kemudian dibawa mengelilingi surga-surga an-Na’im dan dicelupkan dalam sungai-sungai sorga at-Tasnim, lalu dibawa menghadap kepada Alloh Yang Maha Tinggi lagi  Maha Agung. Dan (ketika berhadapan dengan Alloh) mengalirlah keringat dari (tanah) itu.
(pen: kata “thinah” kami artikan “tanah” menurut arti bahasanya, namun kami tidak tahu apa arti yang sebenarnya yang sesuai dengan kehendak pengarang kitab ini. Dan dalam riwayat lain diceritakan bahwa nur tersebut mengalirkan keringat karena gemetar dan sangat malu ketika berhadapan dengan Dzat Yang Maha Indah).
Maka Alloh menciptakan dari keringat itu nur semua Nabi yang mulia. (Jadi) Semua Nabi diciptakan (oleh Alloh) dari Nur Muhammad saw. Kemudian dititipkanlah tanah itu pada muka (wajah) Nabi Adam dan dimasukkan kedalamnya an-Nur yang telah terdahulu kemuliaannya dan terdepan, sebab itulah semua golongan malaikat al-muqarrobin sujud kepada Adam (alaihissalam). Kemudian Alloh membebankan kepada Adam perjanjian-perjanjian dan janji-janji yang harus ditepati saat (Alloh) menyuruh semua malaikat sujud kepadanya, (perjanjian itu yaitu:) Jangan sampai (Nabi Adam) menitipkan An-Nur itu, kecuali kepada ahlul karom wal jud (orang-orang mulia dan terpuji) yang suci dari kotoran dan kekufuran.
Maka berproseslah perpindahan An-Nur itu dari wajah orang-orang pilihan dan mulia kepada rahim-rahim wanita pilihan lagi mulia, sehingga sampailah pilihan dan kemulian ini kepada Abdulloh bin Abdul Mutholib bin Hasyim. Dan tibalah saatnya memenuhi perjanjian ini, akan terbit di jagad raya ini cahaya kebahagiaan yang akan menyebar ke seluruh penjuru alam semesta karena lahirnya penutup kenabian.
(Ketika Abdulloh mendapat titipan An-Nur di wajahnya) Terbukalah (terbelalak karena terpesona) semua mata (yang memandang) kepada Abdulloh, karena atasnya (darinya) telah terbit (pancaran) cahaya-cahaya (terindah, dan karena ia) dipakaikan (dihiasi dengan) pakaian terindah. (Kalau) ia berbicara (maka ia berbicara dengan gaya bahasa yang sangat indah) yaitu memenuhi kriteria (Ilmu) Bayan dan (Ilmu) Al Fashohah. Semua wanita mendambakannya dan berangan-angan sembari berkata: “Duhai Abdulloh, betapa beruntungnya wanita yang menerima titipan yang sangat berharga itu.”
Hanya rahim Aminah yang terpilih untuk menerima titipan tersebut yang terhindar serta suci  dari kotoran dan kekeruhan, dialah wanita terkemuka Bani Najjar.
Terkumpullah kesempurnaannya Abdulloh dengan kesempurnaannya Aminah, terhubunglah talinya dengan talinya, nampaklah kejernihan yakinnya Aminah, terhimpunlah rahim atas janinnya, bersinar terang harum dan wangilah Nur Nabi Muhammad saw di dahi dan keningnya Aminah.
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan bahwa ketika mengandung Nabi Muhammad saw disetiap bulan Aminah selalu dihadiri beberapa orang Nabi as, melalui mimpi dan menyampaikan salam serta kegembiraan atas anugerah Alloh atas akan hadirnya Nabi Agung penyelamat Manusia Al Musthofa saw.
–         Bulan pertama dari bulan-bulan kehamilannya telah datang dalam mimpinya Nabi Adam as dan memberitahukan bahwa ia mengandung (manusia) yang termulia di dunia.
–          Bulan kedua datang dalam mimpinya Nabi Idris as dan mengatakan akan kebesaran Nabi Muhammad saw dan eksistensinya yang sangat berharga.
–         Bulan ketiga datang dalam mimpinya Nabi Nuh as dan berkata padanya:
“Sesungguhnya engkau mengandung pemilik pertolongan dan kemenangan.”
–         Bulan keempat datang dalam mimpinya Nabi Ibrohim as yang mulia menyebutkan padanya keutamaan Nabi Muhammad saw dan kedudukannya yang sangat mulia.
–         Bulan kelima datang dalam mimpinya Nabi Isma’il as yang memberikan kabar gembira bahwa anaknya adalah pemilik kebesaran dan kemuliaan.
–         Bulan keenam datang dalam mimpinya Nabi Musa al-Kalim as dan memberitahukan kepadanya akan martabat Nabi Muhammad saw dan pangkat kehormatan kedudukannya yang sangat agung.
–         Bulan ketujuh datang dalam mimpinya Nabi Daud as yang memberitahukannya bahwa ia mengandung pemilik kedudukan yang terpuji, pemilik telaga surga (air yang mengalir dari tangan beliau saw, yang merupakan salah satu mu’jizatnya), pembawa panji aqidah kemulian dan kebaikan, dan mengabarkan bahwa anaknya adalah pemilik kedudukan yang terpuji.
–         Bulan kedelapan datang dalam mimpinya  Nabi Sulaiman as dan mengabarkan bahwa ia mengandung Nabi akhir zaman.
–         Bulan kesembilan datang dalam mimpinya Nabi Isa al-Masih as dan berkata padanya:
“Sesungguhnya engkau telah dikhususkan dengan (untuk melahirkan calon Rosul sebagai) penampakan agama yang benar (Islam) dan lisan yang fasih (al-Qur’an dan al-Hadits).
- Dan setiap Nabi as yang datang dalam mimpinya mengatakan kepadanya:
“Hai Aminah, apabila engkau telah melahirkan matahari kemenangan  dan cahaya petunjuk ini, maka namakanlah ia Muhammad.”
Ketika Aminah berusaha melepaskan persalinannya, tidak seorangpun dari manusia mengetahui apa yang terjadi padanya. Aminah tentunya sangat sedih atas keadaannya seorang diri yang tidak didampingi oleh orang-orang yang dicintainya, seperti suaminya yang sangat dicintainya yang telah meninggal di negri Syam karena sakit dalam rangka mencari sesuatu yang diinginkan Aminah waktu mengidam. Dan banyak lagi kesedihan-kesedihan dhohir dan bathin.
Pada saat itu ada banyak telapak tangan yang ditadahkan ke langit untuk (berdo’a) menyampaikan keluhan-keluhan Aminah
kepada Dzat Yang Maha Mengetahui rahasia dan kata-kata lirihnya yang diucapkan Aminah.
Telapak-telapak tangan itu adalah yang ditadahkan oleh Ibunda Hawa’ istri Nabi Adam as, Hajar istri Nabi Ibrohim as, Asiyah istri Fir’aun, Maryam putri Imron dan semua bidadari-bidadari cantik dari sorga firdaus yang telah menyinari tempat persalinan itu dengan kecantikan, keindahan dan keelokan mereka, sehingga sirnalah semua kesedihan  dan duka cita yang dialami oleh Aminah.
Malam yang dinantikan mahluk seluruh alam … pada detik detik kelahiran sucinya, Aminah tidak pernah merasa letih atau pun kepayahan. Malam yang menggembirakan bagi semesta telah tiba, inilah malam lahirnya Nabi Muhammad Paripurna yang kedatangannya dinantikan seluruh mahluk.
Seorang Ulama dalam kitab Maulid Ad-Diba’iy, Syaikh Abdurohman ad-Diba’iy mengisahkan:
“Sesungguhnya saat malam kelahiran Nabi Suci Muhammad saw, Arsy seketika bergetar hebat meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, Kursi Alloh swt bertambah kewibawaan dan keagungannya dan seluruh langit dipenuhi cahaya bersinar terang dan para malaikat seluruhnya bergemuruh mengucapkan pujian kepada Alloh swt.”
Aminah adalah wanita yang terpilih untuk melahirkan Nabi Muhammad saw yang pembawa risalah untuk umat manusia hingga akhir zaman. Saat menjelang wafatnya, Aminah berkata:
“Setiap yang hidup pasti mati, dan setiap yang baru pasti usang. Setiap orang yang tua akan binasa. Aku pun akan wafat tapi sebutanku akan kekal. Aku telah meninggalkan kebaikan dan melahirkan seorang bayi yang suci.”
اللّهُمَّ صّلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللهُمَّ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
“Ya, Alloh curahkanlah sholawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah mencurahkan sholawat kepada Nabi Ibrohim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Alloh, curahkanlah barokah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah mencurahkan barokah kepada Nabi Ibrohim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Wallohu a’lam bis-showab ….

Jumat, 26 September 2014

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ

Rincian :

عَطِّرِ اللَّهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْمَ * بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْمٍ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى مَشْهُوْرِ الْاَقْوَالِ الْمَرْضِيَّةْ *
Setelah beliau genap di kandung selama dua bulan menurut qoul masuhur yang di ridloi,

تُوُفِّيَ بِالْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ أَبُوْهُ عَبْدُ اللهْ *
di Almadinah Almunawwaroh abah beliau ( Sayid ‘Abdulloh ) di panggil pulang oleh Alloh SWT.
 
وَكَانَ قَدِ اجْتَازَ بِأَخْوَالِهِ بَنِيْ عَدِيٍّ مِنَ الطَّائِفَةِ النَّجَّارِيَّةْ *
Sebelum itu, beliau mampir lewat di paman- paman- nya, yaitu Bani ‘Ady ( suku kecil Bani Najjar ).

وَمَكَثَ فِيْهِمْ شَهْرًا سَقِيْمًا يُعَانُوْنَ سُقْمَهُ وَشَكْوَاهْ *
Beliau berada di tengah- tengah mereka selama satu bulan dalam keadaan sakit dan di rawat oleh mereka.

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ عَلَي الرَّاجِحِ تِسْعَةُ أَشْهُرٍ قَمَرِيَّةْ *
Dan setelah genap sembilan bulan qomariyyah menurut qoul yang rojih,

وَآنَ لِلزَّمَانِ أَنْ يَنْجَلِيَ عَنْهُ صَدَاهْ *
dan sudah saatnya zaman bersih dari karat,

حَضَرَ أُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِيْ نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيْرَةِ الْقُدْسِيَّةْ *
maka di malam kelahirannya ibunya di datangi oleh Asiyah ( istri ‘Fir’aun ) dan S. Maryam bersama rombongan para wanita yang suci.

وَأَخَذَهَا الْمَخَاضُ فَوَلَدَتْهُ صَلَّي الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُوْرًا يَتَلَأْلَأُ سَنَاهْ  
Dan ahirnya Ibu Aminah bersalin dan melahirkan- nya dalam keadaan bercahaya yang sangat bersinar dari atasnya.

وَمُحَيًّا كَالشَّمْسِ مِنْكَ مُضِئْ ُ* أَسْفَرَتْ عَنْهُ لَيْلَةٌ غَرَّاءُ 
Wajahmu bagaikan mentari berinar. Malam yan cerah semakin cerah.
 
لَيْلَةُ الْمَوْلِدِ الَّذِيْ كَانَ لِلدِّيـْ*ـنِ سُرُوْرٌ بِيَوْمِهِ وَازْدِهَاءُ 
Itulah malam kelahiran yang menjadikan agama menjadi gembira dan berseri.

يَوْمَ نَالَتْ بِوَضْعِهِ ابْنَةُ وَهْبِ * مِنْ فَخَارٍ مَا لَمْ تَنَلْهُ النِّسَاءُ 
Di hari itu, putri Wahab ( S. aminah ) mendapatkan keagungan yang tidak bisa di raih banyak wanita.
 
وَأَتَتْ قَوْمَهَا بِأَفْضَلَ مِمَّا * حَمَلَتْ قَبْلُ مَرْيَمُ الْعَذْرَاءُ 
Ia mendatangi kaumnya dengan membawa anak yang utamanya melebihi yang di kandung oleh S. Maryam ( ‘Isa AS ).
 
مَوْلِدٌ كَانَ مِنْهُ فِيْ طَالِعِ الْكُفْـ*ـرِ وَبَالٌ عَلَيْهِمُ وَوَبَاءُ 
Kelahiran yang membawa kerusakan dan musibah pada munculnya kekufuran.
 
وَتَوَالَتْ بُشْرَي الْهَوَاتِفِ أَنْ قَدْ * وُلِدَ الْمُصْطَفَي وَحَقَّ الْهَنَاءُ 
Suara- suara yang berisi kabar gembira terus berbunyi, demi memberi sambutan kelahiran Nabi yang terpilih SAW, dan tibalah keni’matan.
 
هَذَا، وَقَدِ اسْتَحْسَنَ الْقِيَامَ عِنْدَ ذِكْرِ مَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ أَئِمَّةٌ ذَوُوْ رِوَايَةٍ وَرَوِيَّةْ *
Camkan ini semua !. Di saat kita menyebutkan detik- detik kelahiran Beliau SAW, kita di sayugyakan berdiri oleh para Ulama’ yang kapabel dan ahli di bidang meriwayatkan hadits.

فَطُوْبَي ِلمَنْ كَانَ تَعْظِيْمُهُ صَلَّي الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَايَةَ مَرَامِهِ وَمَرْمَاهْ *
Maka, beruntunglah orang- orang yang meng- agungkan terhadap Nabi SAW menjadi tujuannya.

Puasa Sunah Tarwiyah dan Puasa Arafah di Bulan Dzulhijjah


Kali ini saya akan memposting seputar puasa yang di sunnah Nabi kita Muhammad saw. Bulan Dzulhijjah merupakan bulan di mana umat Islam menjalankan  rukun Islam ke-5 ditunaikan, bulan di mana umat Islam berkurban dengan hewan-hewan yang di tetapkan seperti domba, kambing, sapi, unta, kerbau, dan bulan di mana puasa di bulan itu sangat dianjurkan.

Beberapa keistimewaan di bulan Dzulhijjah, terdapat beberapa ibadah yang nanti akan saya ketengahkan yaitu Puasa  sunah untuk bulan Dzulhijjah,  dilaksanakan 2 hari  yaitu tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah sebelum tanggal 10 Dzulhijjah (Idul Adha). Di antara keutamaannya :

1. Puasa Tarwiyah dapat menghapus dosa satu tahun yang telah terlewati.
2. Sedangkan puasa hari 'Arafah dapat menghapus dosa dua tahun (1 tahun lalu dan 1 tahun yang akan datang).

Tanggal 8 Dzulhijah dinamakan puasa Tarwiyah dan tanggal 9 Dzulhijah dinamakan puasa Arafah. Puasa  Arafah  tanggal adalah hari di mana  jama'ah haji melakukan wukuf di padang Arafah. Kemudian Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan sebelum hari dilaksanakan wukuf. Di antara kedua puasa tersebut Imam Dailami meriwayatkan sebuah hadis dimana Rasululah SAW bersabda, "Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun." Hadis yang diriwayatkan oleh Dailami ini menurut sebagian ahli hadis mengatakan "Dloif" kendati demikian ulama' sepakat bahwa ini adalah merupakan ibadah yang mendatangkan sisi positif, tentu  disebut juga amal yang mengikuti dasar dari hadis Nabi saw. yang lain yaitu  termasuk di dalam puasa 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Berdasarkan hadis shahih dari Siti Hafshah r.a. ia berkata, "ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah Saw.: Puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 hari (di bulan Dzulhijjah), puasa 3 hari pada setiap bulan dan  salat dua rakaat sebelum salat subuh.”

Dibawah ini Niat kedua Puasa tersebut:

NIAT PUASA TARWIYAH;


نويت صوم ترويه سنة لله تعالى

Ejaan: Nawaitu Sauma Tarwiyata Sunnatal Lillahi Ta'ala
artinya: “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”

NIAT PUASA ARAFAH;

نويت صوم عرفة سنة لله تعالى

Ejaan: Nawaitu Sauma 'Arafata Sunnatal Lillahi Ta'ala
Artinya:“Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”

Kedua puasa tersebut memiliki dasar, maka  tidak perlu di perdebatkan lagi karena semua ada dasarnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Puasa sunah Tarwiyah dan Arafah sangat dianjurkan, agar kita dapat turut merasakan nikmatnya seperti yang dirasakan oleh para jama’ah haji.


Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni 8 Dzulhijjah, hari sebelum hari wukuf.
 
Puasa Arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu hari pada saat jama’ah haji melakukan wukuf dipadang Arafah.



KEUTAMAAN
Adapun keutamaan puasa sunah Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan ‘Arafah (9 Dzulhijjah) berdasarkan beberapa hadist adalah:

1. Puasa Tarwiyah dapat menghapus dosa satu tahun silam yang telah terlewati.

2. Sedangkan puasa hari ‘arafah memiliki keutamaan yaitu dapat menghapus dosa dua tahun (1 tahun lalu dan 1 tahun yang akan datang)

3. Dianugrahi oleh Allah SWT dengan 10 macam kemuliaan, yaitu:

Diberi keberkahan pada umumnya.
Bertambah harta.
Kehidupan rumah tangga akan terjamin.
Membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan yang telah lalu.
Amal dan ibadahnya akan dilipatgandakan.
Allah akan memudahkan kematiannya.
Allah akan menerangi kuburnya selama dialam Barzah.
Allah akan memberatkan timbangan amal baiknya di Padang Mahsyar.
Selamat dari kejatuhan kedudukan di dunia ini.
Martabatnya akan dinaikkan pada sisi Allah SWT.

Begitu banyaknya hikmah dari puasa Tarwiyah dan Arafah ini, mari segera persiapkan diri untuk menjalankan ibadah puasa pada tanggal 8 9 Dzulhijjah sebentar lagi

KEUTAMAAN PUASA ARAFAH

Di antara keutamaan hari Arofah (9 Dzulhijah) disebutkan dalam hadits berikut, “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arofah (yaitu untuk orang yang berada di Arofah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” [HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah]

Keutamaan yang lainnya, hari arofah adalah waktu mustajabnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah.” [ HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]

Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan. [Lihat Tuhfatul Ahwadziy, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Ala, 8/482, Mawqi’ Al Islam[] Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada Allah. Do’a ketika ini adalah do’a yang mustajab karena dilakukan pada waktu yang utama.

Jangan Tinggalkan Puasa Arofah
  Bagi orang yang tidak berhaji dianjurkan untuk menunaikan puasa Arofah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”[HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah]

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa Arofah lebih utama daripada puasa ‘Asyuro. Di antara alasannya, Puasa Asyuro berasal dari Nabi Musa, sedangkan puasa Arofah berasal dari Nabi kita Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. [ Lihat Fathul Bari, 6/286]

Keutamaan puasa Arofah adalah akan menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil. Atau bisa pula yang dimaksudkan di sini adalah diringankannya dosa besar atau ditinggikannya derajat. [ Lihat Syarh Muslim, An Nawawi, 4/179, Mawqi’ Al Islam[]

Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arofah. Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.” [HR. Tirmidzi no. 750. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau ditanya mengenai puasa hari Arofah di Arofah. Beliau mengatakan, “Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak menunaikan puasa pada hari Arofah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu. Begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arofah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang melakukannya.” [HR. Tirmidzi no. 751. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih]

Dari sini, yang lebih utama bagi orang yang sedang berhaji adalah tidak berpuasa ketika hari Arofah di Arofah dalam rangka meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafa’ur Rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman), juga agar lebih menguatkan diri dalam berdo’a dan berdzikir ketika wukuf di Arofah. Inilah pendapat mayoritas ulama. [Lihat Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik, 2/137, Al Maktabah At Taufiqiyah]

Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijah)
Ada riwayat yang menyebutkan, “Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.”Ibnul Jauzi [1], Asy Syaukani [2], dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah). [3]
Oleh karena itu, tidak perlu berniat khusus untuk berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah karena hadisnya dha’if (lemah). Namun jika berpuasa karena mengamalkan keumuman hadits shahih yang menjelaskan keutamaan berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, maka itu diperbolehkan.

Wallahu a’lam.

Jika Tanggal 9 Dzulhijah di Saudi Arabia Berbeda dengan Indonesia
Jika wukuf di Arofah lebih dulu dari tanggal 9 Dzulhijah di Indonesia, manakah yang harus diikuti dalam berpuasa Arofah?

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin mengatakan, “Dalam puasa hari Arofah, engkau tetap mengikuti negerimu.” Alasan beliau adalah kita tetap mengikuti hilal di negeri ini bukan mengikuti hilal Saudi Arabia. Jika kemunculan hilal Dzulhijjah di negara kita selang satu hari setelah ru’yah di Mekkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Mekkah itu baru tanggal 8 Dzulhijjah di negara kita, maka kita seharusnya kita berpuasa Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah meski hari tersebut bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Mekkah. Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal Ramadhan hendaklah kalian berpuasa dan jika kalian melihat hilal Syawal hendaknya kalian berhari raya” (HR. Bukhari dan Muslim).
[Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/25, Asy Syamilah]

Semoga Allah memudahkan kita beramal sholih dengan ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi-Nya.

Mohon penjelasan tentang hadits puasa tarwiyah setiap tanggal 8 Dzulhijjah yang artinya: "Barangsiapa berpuasa satu hari maka menghapus dosa satu tahun, dan barangsiapa yang berpuasa Arafah satu hari menghapus dosa 2 tahun." Bukankah hadits ini dho'if? Ada pendapat para ulama yang memperbolehkan mengamalkan hadits ini meskipun sebatas fadhailul a'mal, lantas bagaimana sikap yang paling bijak mengenai amalan ini?

Jawaban:

Ada sebuah hadits yang menerangkan tentang keutamaan puasa pada tanggal 8 Dzulhijjah. Hadits itu berbunyi sebagai berikut:

صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين
“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) merupakan penghapus dosa selama setahun dan puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) merupakan penghapus dosa selama dua tahun.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Asy Syaikh dan Ibnu An Najjar dari Abdullah Ibnu Abbas secara marfu’. Diriwayatkan pula oleh Ad Dailami di dalam kitab Musnad Al Firdaus (2/248) dari jalur Abu Asy Syaikh dari Ali bin Ali Al Himyari dari Al Kalbi dari Abu Shalih dari Abdullah bin Abbas.

Hadits ini adalah hadits palsu dikarenakan oleh dua sebab:

Pertama: Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Al Kalbi. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnus Saib. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Dia dituduh berdusta.” Bahkan Al Kalbi sendiri pernah berkata kepada Sufyan Ats Tsauri: “Setiap riwayat yang kusampaikan kepadamu dari Abu Shalih itu adalah dusta!” Dan hadits di atas merupakan salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Al Kalbi dari Abu Shalih.

Kedua: Perawi Ali bin Ali Al Himyari disebutkan biografinya oleh Ibnu Abi Hatim di dalam kitab Al Jarhu wat Ta’dil, namun beliau tidak menyebutkan penilaian berupa celaan atau pujian apapun terhadapnya. Ini menunjukkan bahwasanya Ali Al Himyari ini adalah orang yang tidak diketahui sifatnya.

Silakan melihat pembahasan lengkapnya di kitab Irwaul Ghalil (4/112) karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah ta’ala.

Sebagai tambahan, ada pula hadits lain yang menyebutkan tentang keutamaan berpuasa pada hari tarwiyah. Hadits itu berbunyi sebagai berikut:

من صام يوم التروية أعطاه الله مثل ثواب أيوب على بلائه وإن صام يوم عرفة أعطاه الله عز وجل مثل ثواب عيسى بن مريم
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari tarwiyah maka Allah akan memberikan kepadanya (pahala) seperti pahala (kesabaran) Ayyub terhadap cobaan hidupnya, dan barangsiapa yang berpuasa pada hari Arafah maka Allah akan memberikan kepadanya (pahala) seperti pahala Isa bin Maryam ‘alaihissalam.”

Hadits ini adalah hadits palsu atau sangat lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad Dailami dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu sebagaimana di dalam kitab Tanzihusy Syari’ah karya Abul Hasan Al Kannani. Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Hammad bin Umar, dan dia adalah seorang pendusta. Wallahu a’lam.

CATATAN:

Dikarenakan palsunya hadits yang menyatakan tentang keutamaan puasa pada hari kedelapan dari bulan Dzulhijjah, maka kita dilarang untuk mengkhususkan puasa pada hari tersebut karena mengamalkan dan mengharapkan keutamaan yang terkandung di dalam hadits di atas.

Namun apabila dia tidak mengkhususkannya atau mengharapkan fadhilah tersebut, dan dia berpuasa pada hari tersebut karena mengamalkan keumuman hadits yang menganjurkan kita untuk banyak beramal shalih pada sepuluh hari pertama dari bulan dzulhijjah maka hal ini tidaklah mengapa. Silakan melihat haditsnya di sini. Wallahu ta’ala a’lam.
- See more at: http://mzakihidayat.blogspot.com/2012/10/hadits-tentang-keutamaan-puasa-tarwiyah.html#sthash.IJyLDUGf.dpuf
Mohon penjelasan tentang hadits puasa tarwiyah setiap tanggal 8 Dzulhijjah yang artinya: "Barangsiapa berpuasa satu hari maka menghapus dosa satu tahun, dan barangsiapa yang berpuasa Arafah satu hari menghapus dosa 2 tahun." Bukankah hadits ini dho'if? Ada pendapat para ulama yang memperbolehkan mengamalkan hadits ini meskipun sebatas fadhailul a'mal, lantas bagaimana sikap yang paling bijak mengenai amalan ini?

Jawaban:

Ada sebuah hadits yang menerangkan tentang keutamaan puasa pada tanggal 8 Dzulhijjah. Hadits itu berbunyi sebagai berikut:

صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين

“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) merupakan penghapus dosa selama setahun dan puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) merupakan penghapus dosa selama dua tahun.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Asy Syaikh dan Ibnu An Najjar dari Abdullah Ibnu Abbas secara marfu’. Diriwayatkan pula oleh Ad Dailami di dalam kitab Musnad Al Firdaus (2/248) dari jalur Abu Asy Syaikh dari Ali bin Ali Al Himyari dari Al Kalbi dari Abu Shalih dari Abdullah bin Abbas.

Hadits ini adalah hadits palsu dikarenakan oleh dua sebab:

Pertama: Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Al Kalbi. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnus Saib. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Dia dituduh berdusta.” Bahkan Al Kalbi sendiri pernah berkata kepada Sufyan Ats Tsauri: “Setiap riwayat yang kusampaikan kepadamu dari Abu Shalih itu adalah dusta!” Dan hadits di atas merupakan salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Al Kalbi dari Abu Shalih.

Kedua: Perawi Ali bin Ali Al Himyari disebutkan biografinya oleh Ibnu Abi Hatim di dalam kitab Al Jarhu wat Ta’dil, namun beliau tidak menyebutkan penilaian berupa celaan atau pujian apapun terhadapnya. Ini menunjukkan bahwasanya Ali Al Himyari ini adalah orang yang tidak diketahui sifatnya.

Silakan melihat pembahasan lengkapnya di kitab Irwaul Ghalil (4/112) karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah ta’ala.

Sebagai tambahan, ada pula hadits lain yang menyebutkan tentang keutamaan berpuasa pada hari tarwiyah. Hadits itu berbunyi sebagai berikut:

من صام يوم التروية أعطاه الله مثل ثواب أيوب على بلائه وإن صام يوم عرفة أعطاه الله عز وجل مثل ثواب عيسى بن مريم

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari tarwiyah maka Allah akan memberikan kepadanya (pahala) seperti pahala (kesabaran) Ayyub terhadap cobaan hidupnya, dan barangsiapa yang berpuasa pada hari Arafah maka Allah akan memberikan kepadanya (pahala) seperti pahala Isa bin Maryam ‘alaihissalam.”

Hadits ini adalah hadits palsu atau sangat lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad Dailami dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu sebagaimana di dalam kitab Tanzihusy Syari’ah karya Abul Hasan Al Kannani. Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Hammad bin Umar, dan dia adalah seorang pendusta. Wallahu a’lam.

CATATAN:

Dikarenakan palsunya hadits yang menyatakan tentang keutamaan puasa pada hari kedelapan dari bulan Dzulhijjah, maka kita dilarang untuk mengkhususkan puasa pada hari tersebut karena mengamalkan dan mengharapkan keutamaan yang terkandung di dalam hadits di atas.

Namun apabila dia tidak mengkhususkannya atau mengharapkan fadhilah tersebut, dan dia berpuasa pada hari tersebut karena mengamalkan keumuman hadits yang menganjurkan kita untuk banyak beramal shalih pada sepuluh hari pertama dari bulan dzulhijjah maka hal ini tidaklah mengapa.

Hukum Puasa pada Tanggal 1 Hingga 9 Dzulhijjah
بسم الله الرحمن الرحيم

Pertanyaan:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Apakah ada dalil yang shohih tentang keutamaan puasa tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah? Atas jawabannya saya ucapkan syukran jazakallahu khairan.

Jawaban:

Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu wamaghfiratuhu.

Jawabannya adalah ada. Haditsnya datang dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام ـ يعني أيام العشر، قالوا: يارسول الله ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشىء

“Tidak ada hari-hari yang amalan shalih itu lebih disukai oleh Allah daripada hari-hari sekarang ini - yaitu sepuluh hari awal Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, tidak pula berjihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab: “Tidak pula berjihad di jalan Allah. Kecuali seseorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan membawa jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali dengan membawa apapun.”
[HR Abu Daud (2438). Hadits shahih.]

Hadits ini menunjukkan bahwa segala amalan shalih yang dilakukan pada jangka waktu tersebut sangatlah dicintai oleh Allah ta'la. Di antara bentuk amalan shalih adalah amalan puasa.

Adapun hadits Aisyah radhiallahu ‘anha yang berbunyi sebagai berikut:

ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم صائما في العشر قط

“Saya sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpuasa pada hari yang sepuluh (dari awal Dzulhijjah).” [HR Muslim (1176)]

Hadits ini -sebagaimana dikatakan oleh Imam An Nawawi yang menukil pendapat para ulama- termasuk hadits yang ditakwilkan maknanya karena berpuasa pada sembilan hari pertama dari bulan Dzulhijjah hukumnya sangat dianjurkan, terutama pada hari yang kesembilan yaitu hari Arafah. Di dalam sebuah hadits dari Abu Qatadah radhiallahu 'anhu, dia berkata:

وسئل عن صوم يوم عرفة ؟ فقال يكفر السنة الماضية والباقية

“Nabi ditanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah. Beliau menjawab: Dapat mengampuni dosa setahun yang lalu dan yang setahun yang akan datang.” [HR Muslim (1162)]

Adapun perkataan Aisyah yang tidak pernah melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpuasa pada hari yang sepuluh kemungkinan beliau tidak berpuasa karena ada halangan tertentu seperti sakit, perjalanan, atau yang lainnya.

Demikian ringkasan dari penjelasan yang disebutkan oleh Imam An Nawawi di dalam kitab Al Minhaj Syarhu Shahihi Muslim. Wallahu a’lam.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ubudiyah 
Fadhilah Puasa Arafah
MELURUSKAN pemahaman dari sekelompok orang yang mengatakan bahwa PUASA AROFAH itu
Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah dan Puasa Arafah 9 Dzulhijjah
 
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni tanggal 9 Dzulhijah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji. Adapun teknis pelaksanaannya mirip dengan puasa-puasa lainnya.

Keutamaan puasa Arafah ini seperti diriwayatkan dari Abu Qatadah Rahimahullah. Rasulullah SAW bersabda:

صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية
Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas. (HR. Muslim)

Sementara puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan hadits ini dloif (kurang kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla'ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.

Lagi pula hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام يعني أيام العشر قالوا: يا رسول الله! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك شيء
Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari)

Puasa Arafah dan tarwiyah sangat dianjurkan untuk turut merasakan nikmat yang sedang dirasakan oleh para jemaah haji sedang menjalankan ibadah di tanah suci.

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun. (HR Bukhari Muslim). (***Anam)

Amalan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhidjah

Ada beberapa do’a dan Dzikir yang biasa diamalkan oleh para Ulama pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhidjjah. Diantaranya bacaan berikut ini, yang dibaca setiap harinya sepuluh kali selama sepuluh hari dari tanggal 1-10. Yaitu :
﴿ لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الَّليَالِيْ وَالدُّهُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ اْلأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ.لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَضْعَافِ اْلأُجُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَوْرَاقِ الشَّجَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الشَّعْرِ وَالْوَبَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الرَّمْلِ وَالْحَجَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الزَّهْرِ وَالثَّمَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَنْفَاسِ الْبَشَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ مَاكَانَ وَمَايَكُوْنُ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ تَعَالَى عَمَّايُشْرِكُوْنَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ فِى الَّليْلِ إِذَا عَسْعَسَ.لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ فِى الصُّبْحِ إِذَاتَنَفَّسَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الرِّيَاحِ فِى الْبَرَارِيْ وَالصُّخُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ خَلْقِهِ أَجْمَعِيْنَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ﴿10×﴾

Sumber NU Online

HARUS mengikuti Jamaah Haji yang sedang berkumpul di Padang Arofah.Selasa, 02/12/2008 12:41
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni tanggal 9 bulan Dzulhijah pada kalender Islam Qamariyah/Hijriyah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi kaum Muslimin yang tidak menjalankan ibadah haji.

Kesunnahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wukuf di Arafah oleh jamaah haji, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Maka bisa jadi hari Arafah di Indonesia tidak sama dengan di Saudi Arabia yang hanya berlainan waktu 4-5 jam. Ini tentu berbeda dengan kelompok umat Islam yang menghendaki adanya ‘rukyat global’, atau kelompok yang ingin mendirikan khilafah islamiyah, dimana penanggalan Islam disamaratakan seluruh dunia, dan Saudi Arabia menjadi acuan utamanya.

Keinginan menyamaratakan penanggalan Islam itu sangat bagus dalam rangka menyatukan hari raya umat Islam, namun menurut ahli falak, keinginan ini tidak sesuai dengan kehendak alam atau prinsip-prinsip keilmuan. Rukyatul hilal atau observasi bulan sabit yang dilakukan untuk menentukan awal bulan Qamariyah atau Hijriyah berlaku secara nasional, yakni rukyat yang diselenggarakan di dalam negeri masing-masing dan berlaku satu wilayah hukum. Ini juga berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW sendiri. (Lebih lanjut tentang hal ini silakan klik di rubrik Syari’ah dan Iptek)

Penentuan hari arafah itu juga ditegaskan dalam Bahtsul Masa’il Diniyah Maudluiyyah pada Muktamar Nahdlatul Ulama XXX di Pondok Pesantren Lirboyo, akhir 1999. Ditegaskan bahwa yaumu arafah atau hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat yang berdasarkan pada rukyatul hilal.

Adapun tentang fadhilah atau keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:

صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً

Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang telah lewat
. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)

Para ulama menambahkan adanya kesunnahan puasa Tarwiyah yang dilaksanakan pada hari Tarwiyah, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits lain, bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan bahwa hadits ini dloif (tidak kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla'ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.

Selain itu, memang pada hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa untuk menjalankan ibadah seperti puasa. Abnu Abbas RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ أيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِيْ أَياَّمُ اْلعُشْرِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهُ فَلَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ

Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau menjadi syahid.
(HR Bukhari)

Puasa Arafah dan Tarwiyah sangat dianjurkan bagi yang tidak menjalankan ibadah haji di tanah suci. Adapun teknis pelaksanaannya mirip dengan puasa Ramadhan.

Bagi kaum Muslimin yang mempunyai tanggungan puasa Ramadhan juga disarankan untuk mengerjakannya pada hari Arafah ini, atau hari-hari lain yang disunnahkan untuk berpuasa. Maka ia akan mendapatkan dua pahala sekaligus, yakni pahala puasa wajib (qadha puasa Ramadhan) dan pahala puasa sunnah. Demikian ini seperti pernah dibahas dalam Muktamar NU X di Surakarta tahun 1935, dengan mengutip fatwa dari kitab Fatawa al-Kubra pada bab tentang puasa:

يُعْلَمُ أَنَّ اْلأَفْضَلَ لِمُرِيْدِ التََطَوُّعِ أَنْ يَنْوِيَ اْلوَاجِبَ إِنْ كَانَ عَلَيْهِ وَإِلَّا فَالتَّطَوُّعِ لِيَحْصُلَ لَهُ مَا عَلَيْهِ

Diketahui bahwa bagi orang yang ingin berniat puasa sunnah, lebih baik ia juga berniat melakukan puasa wajib jika memang ia mempunyai tanggungan puasa, tapi jika ia tidak mempunyai tanggungan (atau jika ia ragu-ragu apakah punya tanggungan atau tidak) ia cukup berniat puasa sunnah saja, maka ia akan memperoleh apa yang diniatkannya. (A Khoirul Anam)

MELURUSKAN pemahaman dari sekelompok orang yang mengatakan bahwa PUASA AROFAH itu HARUS mengikuti Jamaah Haji yang sedang berkumpul di Padang Arofah.


Bagi anda yang masih bingung PUASA AROFAH itu harus mengikuti Pemerintah Arab Saudi atau Pemerintah Indonesia, berikut ini dijelaskan mengenai PUASA AROFAH serta MELURUSKAN pemahaman dari sekelompok orang yang mengatakan bahwa PUASA AROFAH itu HARUS mengikuti Jamaah Haji yang sedang berkumpul di Padang Arofah.

1. Wukuf di Arofah dan Puasa Arofah merupakan dua Syari'at yang BERBEDA. Wukuf di Arofah adalah salah-satu diantara pekerjaan-pekerjaan haji, sedangkan Puasa Arofah bukan salah satu bagian dari Ibadah haji, dan sama sekali bukan karena wukufnya para jamaah haji di padang Arafah.

Penamaan Arofah dari sisi historis bukan karena jamaah haji berkumpul di Arofah tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkannya diantaranya Hari tersebut dinamakan Arafah berkaitan dengan peristiwa mimpinya Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih anaknya pada pagi harinya .

Menurut Imam ar-Raghib, al-Baghawi, dan al-Kirmani Arafah adalah
إِسْمٌ لِلْيَوْمِالتَّاسِعِ مِنْ ذِي الحِجَّةِ
Nama hari ke-9 dari bulan Dzulhijjah.

فَعَرَفَ أَنَّهُ مِنَاللهِ فَسُمِّيَ يَوْمَ عَرَفَةَ
“Maka ia mengenal/mengetahui bahwa mimpi itu benar-benar (datang) dari Allah. Maka (hariitu) dinamakan hari Arafah”. Lihat, al-Mughni, III:58

Selain itu kenapa tempat itu dinamakan Arofah disebabkan karena tempat itu merupakan tempat PERTEMUAN ( Ta'aruf ) antara Nabi Adam AS dengan Siti Hawa, sebagaimana dijelaskan Ibnu Abbas ra
وَتَعَارَفَا بِعَرَفَاتِ فَلِذلِكَسُمِّيَتْ عَرَفَاتِ
Dan keduanya ta’aruf di Arafat, karena itu dinamai‘Arafat. (Lihat, al-Kamil fit Tarikh, I:12).

Keterangan Ibnu Abas itu dijadikan pijakan oleh para ulama, antara lain Yaqut bin Abdullah al-Hamuwidalam Mu’jam al-Buldan (IV:104), Ahmad bin Yahya bin al-Murtadha, dalam at-Tajal-Madzhab li Ahkam al-Madzhab, (II:89); ar-Raghib al-Ashfahani dalam al-Mufradatfi Gharibil Quran (hal. 969)
Dari sini saja SUDAH TERLIHAT JELAS bahwa Hari AROFAH itu semata BUKAN KARENA BERKUMPULNYA JAMAAH HAJI DI PADANG AROFAH.

2. Waktu pelaksanaan PUASA AROFAH itu dalam berbagai literatur hadits penekanan utamanya adalah TANGGAL SEMBILAN DZULHIJJAH.nya bukan satu-satunya karena berkumpulnya jamaah haji di Padang Arofah.

Hal ini dikarenakan penentuan tanggal 1 Dzulhijjah tahun Qomariyyah SETIAP NEGARA berpotensi berbeda-beda. Ini juga DISUNNAHKAN oleh Rasulullah SAW melalui Hadits Shahih Riwayat Imam Muslim dari Sahabat Kuraib yang berada di Syam (sekarang sekitar Negara Irak) melihat hilai Malam Jum'at kemudian berhari raya Hari Jum'at, ketika Kuraib kembali ke Madinah bertemu Sahabat Abdullah bin Abbas ra ternyata di Madinah melihat hilal Malam Sabtu dan berhari Raya Hari Sabtu. Riwayat ini yang kemudian di-QIYAS-kan oleh mayoritas ulama di dunia untuk penentuan tanggal 1 setiap bulan untuk Tahun Hijriyyah.

Jadi ini berarti MEMBANTAH konsep RUKYAT GLOBAL. Kalo kita Orang Indonesia mengikuti Rukyat Global dan waktunya harus disesuaikan dengan Saudi Arabia, berarti kalo di Indonesia orang sedang berpuasa Arofah kemudian berbuka puasa jam 18.00 WIB maka PUASANYA BATAL DONK karena di Saudi Arabia masih 14.00 siang.

Sekalian saja Sholat fardhu-nya ikut Saudi Arabia, contohnya ketika SHOLAT MAGHRIB di Indonesia pukul 18.00 WIB maka itu berarti masih SHOLAT DZUHUR karena di Saudi Arabia masih jam 14.00 Waktu Saudi.

Dijelaskan lebih lanjut dalam sebuah Hadits menyebutkan SHAUM TIS'A DZULHIJJAH ( Puasa Tanggal 9 Dzulhijjah )
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِالنَّبِيِّ r قَالَتْ كَانَرَسُولُ اللهِ r يَصُومُ تِسْعَ ذِيالْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ– رواهأبو داود وأحمد والبيهقي -
Dari sebagian istri Nabi saw., ia berkata, “Rasulullahsaw. shaum tis’a Dzilhijjah, hari Asyura, tiga hari setiap bulan” H.r. Abu Daud, Sunan Abu Daud, Juz VI:418, No. 2081; Ahmad, Musnad Ahmad,45:311, No. 21302, 53:424. No. 25263, dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra,IV:285, Syu’abul Iman, VIII:268

3. Berdasarkan pengamatan hilal di negara-negara seluruh dunia pada hari Rabu, 24 September 2014 / 29 Dzulqo'dah 1435 H hampir di semua negara di seluruh dunia TIDAK DAPAT MELIHAT HILAL bahkan di semua negara di benua Afrika dan benua Eropa yang wilayahnya LEBIH BARAT dari Negara Saudi Arabia SEMUANYA TIDAK DAPAT MELIHAT HILAL karena ketinggian hilal masih di bawah 1 derajat.
Maka penentuan 1 Dzulhijjah 1435 H oleh Pemerintah Arab Saudi diproyeksikan BUKAN KARENA PENGAMATAN HILAL LANGSUNG di lapangan, karena dari sisi astronomis Hilal di bawah ketinggian 1 derajat TIDAK MUNGKIN TERLIHAT, dan itu MENJADI FAKTA di wilayah benua Eropa dan Afrika Hari Rabu sore, 24 September 2014 kemarin.
Tetapi kita WAJIB MENGHORMATI keputusan Pemerintah Saudi Arabia karena perbedaan dari sudut pandang FIQH. Dan juga kita TIDAK BOLEH MEMAKSA untuk harus ikut Pemerintah Saudi Arabia atau harus ikut Pemerintah Republik Indonesia.
Terakhir sebagai pengingat saja bahwa Pemerintah Republik Indonesia menetapkan 1 Dzulhijjah 1435 H jatuh hari Jum'at, 26 September 2014 SEHINGGA Puasa Arofah hari Sabtu, 4 Oktober 2014 dan Idul Adha hari Minggu, 5 Oktober 2014.
Sementara Saudi Arabia menetapkan 1 Dzulhijjah 1435 H jatuh hari Kamis, 25 September 2014 SEHINGGA Puasa Arofah untuk wilayah Saudi Arabia hari Jum'at, 3 Oktober 2014 dan Idul Adha hari Sabtu, 4 Oktober 2014.
Monggo Mau pilih yang mana ???
Selamat mengisi hari-hari di Bulan Dzulhijjah dengan memperbanyak ibadah.


Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah dan Puasa Arafah 9 Dzulhijjah
 
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni tanggal 9 Dzulhijah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji. Adapun teknis pelaksanaannya mirip dengan puasa-puasa lainnya.

Keutamaan puasa Arafah ini seperti diriwayatkan dari Abu Qatadah Rahimahullah. Rasulullah SAW bersabda:

صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية
Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas. (HR. Muslim)

Sementara puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan hadits ini dloif (kurang kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla'ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.

Lagi pula hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام يعني أيام العشر قالوا: يا رسول الله! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك شيء
Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari)

Puasa Arafah dan tarwiyah sangat dianjurkan untuk turut merasakan nikmat yang sedang dirasakan oleh para jemaah haji sedang menjalankan ibadah di tanah suci.

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun. (HR Bukhari Muslim). (***Anam)

Amalan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhidjah

Ada beberapa do’a dan Dzikir yang biasa diamalkan oleh para Ulama pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhidjjah. Diantaranya bacaan berikut ini, yang dibaca setiap harinya sepuluh kali selama sepuluh hari dari tanggal 1-10. Yaitu :

﴿ لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الَّليَالِيْ وَالدُّهُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ اْلأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ.لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَضْعَافِ اْلأُجُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَوْرَاقِ الشَّجَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الشَّعْرِ وَالْوَبَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الرَّمْلِ وَالْحَجَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الزَّهْرِ وَالثَّمَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ أَنْفَاسِ الْبَشَرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ مَاكَانَ وَمَايَكُوْنُ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ تَعَالَى عَمَّايُشْرِكُوْنَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ فِى الَّليْلِ إِذَا عَسْعَسَ.لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ فِى الصُّبْحِ إِذَاتَنَفَّسَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ الرِّيَاحِ فِى الْبَرَارِيْ وَالصُّخُوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ عَدَدَ خَلْقِهِ أَجْمَعِيْنَ. لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ﴿10×﴾

Sumber NU Online