Senin, 15 September 2014

Sejarah Nabi - 9 - Penggalian kembali Sumur Zamzam

Telah kita ketahui bahwa sumur Zam-zam telah di sumbat atau di tutup oleh Qobila Jurhum atas kekelahanya terhadap serangan dari Qobilah Huza'ah.
Ini terjadi sudah bertahun-tahun,
Kakek Abdul Mutholib seorang pemimpin Mekah dari Bani Qurays sehingga beliau bertanggung jawab atas kelangsungan kesejahteraan Mekah. Baik dalam pengairan, pangan dan penyambutan para jema'ah yang akan berkunjung ke Ka'bah.

Oleh karena di Mekah selalu kekurangan air maka beliau senantiasa memanjatkan do'a dana memohon kepada Allah SWT untuk di karuniakan sumber Air.
Hingga pada suatu saat
Ketika Abdul Muththalib (kakek Nabi Muhammad) tidur di Hijir Ismail, ia bermimpi diperintah untuk menggali sumur Zamzam. Abdul Muththalib menuturkan kisahnya. Begini kisahnya:

“Ketika aku sedang tidur di Hijir Ismail, tiba-tiba dalam mimpi aku didatangi oleh seseorang dan berkata kepadaku: “ Ihdir Thiibah, (Galilah Thiibah!)” artinya Bagus

“Apa itu Thiibah?” kataku. Kemudian orang itu menghilang!

Keesokan harinya aku kembali tidur di tempat semula. Dalm tidur aku kembali bermimpi didatangi seseorang dan berkata, “Galilah Barroh!” artinya bagus.

“Apa itu Barroh?” kataku. Kemudian orang itu menghilang!



Keesokan harinya aku kembali tidur di tempat semula. Dalm tidur aku kembali bermimpi didatangi seseorang dan berkata, “Galilah Madhhuunah!” artinya perkara yang baik dan bermanfaat.

“Apa itu Madhuunah?” kataku. Ornag itu kembali menghilang.

Esoknya aku kembali tidur di situ. Dalam tidur aku bermimpi seperti malam kemarin. Seseorang datang kepadaku dan berkata, “Galilah Zamzam!”

“Apa itu Zamzam?” kataku.

“Yaitu sumur yang tiada terkuras habis dan tiada mengering, memberi minum para jama’ah haji yang datang berduyun-duyun. Letaknya di antara kotoran dan tanah[1], dekat patukan gagak a’sham[2],”sahutnya.

Lalu diceritakan:

Setelah jelas baginya lokasi sumur Zamzam itu dan ia yakini itulah tempatnya, ia pun keluar dengan membawa peralatan dibantu oleh putranya bernama Al-Harits. Saat itu putranya baru seorang. Begitu tampak baginya batu penutup sumur ia pun bertakbir, sehingga orang-orang Quraisy mengetahui bahwa ia telah berhasil menemukannya.

Mereka pun berangkat menemui Abdul Muththalib, lalu berkata, “Wahai Abdul Muththalib! Itu adalah sumur bapak kita, Ismail. Berilah bagian untuk kami karena kami pun punya hak di dalamnya!”

Abdul Muththalib menjawab: “Tidak! Sumur ini khusus bagiku! Tidak untuk kalian!”

“Bersikap adillah, sebab kami takkan membiarkanmu begitu saja memilikinya! Kami akan menggugatmu dan memusuhimu!” tantang mereka.

“Kalau begitu Tunjukilah seorang hakim hingga aku dapat mengajukan tuntutanmu padanya!” jawab Abdul Muththalib.

Mereka menjawab,”Kami menunjuk Hudzaim, seorang dukun(ahli Nujum) wanita dari Bani Sa’ad sebagai hakimnya.”

“Baiklah kalau begitu!” jawabnya.

Hudzaim ini tinggal di sebuah dataran tinggi di negeri Syam. Abdul Muththalib disertai beberapa orang Bani Abdi Manaf berangkat bersama para utusan Quraisy. Masing-masing kabilah mengutus satu orang.

Medan yang mereka lalui ketika itu berupa padang sahara yang tandus. Ketika mereka tiba di salah satu padang sahara Mafazah yaitu Tempat antara Hijaz dan Syam, Abdul Muththalib dan rombongannya kehabisan air. Karena rasa haus dan dahaga, mereka hampir-hampir mati. Mereka lalu meminta air kepada rombongan utusan kabilah Quraisy, tetapi ditolak. Mereka berkata, “Kami sekarang ini berada di padang sahara yang tandus. Kami khawatir kehabisan air seperti kalian!”

Melihat sikap mereka seperti itu dan menimbang kondisi dirinya dan rekan-rekannya yang sangat mengkhawatirkan, Abdul Muththalib berkata kepada rekannya, “Bagaimana pendapat kalian?”

“Kami mengikut saja apa katamu dan Kami akan mengikuti perintahmu!” jawab mereka.

“Menurut hematku, masing-masing kita menggali lubang (kubur) nya sendiri dengan sisa kekuatan yang ada. Bila nanti salah seorang dari kita menjumpai ajalnya, maka rekan-rekan yang lain tinggal memasukkannya ke dalam lubang itu dan menguburnya. Hingga nanti tinggallah satu orang, perbekalan untuk satu orang tentu lebih ringan daripada perbekalan satu rombongan!” tegas Abdul Muththalib.

“Bagus sekali saranmu itu!” sambut mereka.

Maka mereka pun mulai menggali lubang masing-masing. Kemudian mereka duduk menunggu ajal dalam keadaan dahaga dan kelaparan. 
Setelah selang beberapa lama mereka duduk termenung dan menunggu, Kemudian Abdul Muththalib berkata kepada rekan-rekannya, “Demi Allah, sikap pasrah kita seperti ini, menunggu kematian tanpa berusaha mencari air dan mencari pertolongan bagi diri kita adalah sikap yang lemah! Semoga Allah memberi kita air di tempat lain! Ayo, kita pergi dari sini!”
Mereka pun bergegas pergi dari situ. Namun tidak juga mendapat apa-apa. 

Sementara rombongan utusan kabilah Quraisy menyaksikan apa yang mereka lakukan. 

Abdul Muththalib bangkit menuju kendaraannya. Baru saja hewan tunggangannya melangkah, tiba-tiba memancar air tawar yang segar dari bawah kaki tunggangannya. Melihat keajaiban itu, bertakbirlah Abdul Muththalib diikuti rekan-rekannya " Allahu Akbar ", Mereka pun turun dari kendaraan dan ramai-ramai meminumnya. Mereka isi wadah-wadah air hingga penuh. 

Kemudian ketika  rombongan utusan kabilah Quraisy kehabisan air perbekalan mereka, maka mereka pun meminta air kepada Abdul Mutholib, " Wahai Abdul Mutholib, sudikah kiranya enggkau memberikan air kepada kami".
Beliau pun mempersilahka seraya berseru, “Mari minum di mata air ini. Allah telah memberi kami air! Minum dan ambillah airnya!”

Mereka pun datang meminumnya dan memenuhi wadah air mereka masing-masing. 
Kemudian mereka berkata, “Demi Allah, wahai Abdul Muththalib, engkau telah memenangkan perkara ini. Kami tidak akan menggugatmu lagi tentang sumur Zamzam selama-lamanya. Sesungguhnya Yang telah memberimu air di padang sahara yang tandus ini adalah Dia yang memberimu sumur Zamzam. Kembalilah dan tanganilah sumur Zamzam itu dengan baik.”

Mereka semua kembali tanpa sempat bertemu dengan dukun (ahli Nujum) tersebut dan tidak lagi menghiraukan hal itu.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
 [1] Konon riwayatnya, ketika Abdul Muththalib hendak memulai menggalinya, ia melihat ciri ciri yang disebutkan dalam mimpinya, yaitu rumah dan patukan gagak. Namun ia belum melihat kotoran dan darah. Ketika ia sedang memikirkannya, tiba-tiba seekor sapi lepas dari tukang jagal. Mereka baru berhasil menangkapnya kembali di dalam Masjidil Haram. Lalu si tukang jagal menyembelihnya di situ. Maka mengalirlah darah dan kotorannya di tempat itu. Mengertilah Abdul Muththalib bahwa itulah tempat yang disebutkan dalam mimpinya. Ia pun menggali sumur Zamzam di situ.
[2] A’sham adalah burung gagak yang terdapat bercak putih pada sayapnya
 
Sumber: Tahdziib Sirah Ibnu Hisyaam, Abd As-Salam Harun
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
 

Sudah beberapa tahun belakangan Abdul Muthalib kewalahan dalam menyediakan bahan makanan dan minuman bagi jamaah haji dan orang orang yang berziarah ke Mekkah. Terutama dalam hal minuman, ia sudah hampir kewalahan karena persediaan air semakin hari semakin menipis dan ia tidak rela bila para tamu Allah menderita kehausan saat berziarah untuk beribadah disekitar kakbah.
 

Selaku orang yang paling bertanggung jawab atas bait Allah Kakbah maka ia hendak menggali kembali mendalamkan sumur zam zam yang telah lama tertimbun(dangkal). 
Menyadari bahwa ini adalah pekerjaan yang sangat sulit maka ia berharap kepada para penduduk daerah hijaz untuk membantunya tapi mereka enggan semua sedangkan ia baru memiliki anak hanya seorang yaitu Harits
 
Untuk melaksanakan rencana tersebut Abdul Muthalib senantiasa berthawaf di kakbah dan berdoa agar diberi anak yang banyak. Tidak cukup hanya itu bahkan ia bernadzar akan menyembelih salah seorang anaknya untuk kurban bila doanya dikabulkan. 
Karena pada waktu itu beliau baru mempunyai satu anak yaitu  Al Haarits bin Abdul Muthalib anak tertua.
Allah pun mengabulkan doanya dan beberapa tahun kemudian lahirlah anak-anaknya.

Anak-anak dari Abdul Mutholib

Abdul Muthalib yang merupankan seorang tokoh terkemuka Quraisy dari bani Hasyim memiliki beberapa putra dan putri, diantaranya:
   
1. Al Haarits bin Abdul Muthalib, anak tertua beliau dan wafat dimasa hidup Abdul Muthalib. Dari anak-anak Al Harits yang masuk Islam adalah Ubaidah terbunuh di parang badar, Rabi’ah, Abu Sufyaan dan Abdullah.
    

2. Az Zubair bin Abdul Muthalib, saudara kandung Abdullah (ayahanda Rasulullah), ia adalah penglima bani 

3. Hasyim dan bani Al Muthalib dalam perang Fijaar, seorang terhormat dan penyair, namun tidak menjumpai masa-masa Islam. Diantara anaknya yang masuk Islam adalah Abdullah terbunuh dalam perang Ajnadain, 

4. Dhuba’ah, Majl, Shafiyah dan ‘Atikah.
    

5. Hamzah bin Abdul Muthalib, paman sekaligus saudara sesusuan Rasulullah yang masuk Islam dan menjadi pahlawan islam di perang Badar dan Uhud. Beliau terbunuh syahid di perang Uhud.
    

6. Al Abaas bin Abdul Muthalib, yang masuk islam dan menjadi pembela Rasulullah dalam memperjuangkan Islam. Beliau dilahirkan tiga tahun sebelum perang gajah dan meninggal tahun 32 H dalam usia 86 tahun.
    

7. Abu Lahab bin Abdul Muthalib, musuh besar dan penentang keras dakwah Rasululloh, sampai Allah turunkan firmanNya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. (QS. 111:1-4) Ia mati setelah perang Badar. Diantara putra-putranya ‘Utaibah yang mati diterkam binatang buas, Utbah dan Mu’tib keduanya masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah.
    

8. Abu Thalib Abdul Manaf bin Abdul Muthalib, paman Nabi yang memelihara dan membela beliau dalam penyebaran dakwah Islam, namun tidak mau masuk islam lantaran takut dicela kaumnya.
    

9. Al Baidha’ Ummu Hakiem bintu Abdul Muthalib, yang menikah dengan Kurz bin Rabi’ah bin Habieb bin Abdus Syams. Ia memiliki dua anak yang bernma Amir dan Arwa’, lalu Arwa ini menikah dengan Affaan bin Abu Al ‘Ash dan melahirkan Utsman bin Affan khalifah Rasyidin yang ketiga. Arwa’ ibunya Utsman bin Affaan ini hidup sampai masa kekhilafahan anaknya.
    

10. Barrah binti Abdul Muthalib, ibu sahabat Abu Salamah bin Abdul Aswad Al Makhzumi
    

11. Shafiyah bintu Abdul Muthalib, ibu sahabat Al Zubair bin Al Awaam, beliau menikah pertama kali dengan Al Haarits bin Harb, lalu ditinggal mati dan menikah lagi dengan Al ‘Awam dan melahirkan Al Zubair. Beliau masuk islam dan ikut berhijrah. Beliau wafat tahun 20 H di Madinah dan dimakamkan di Baqi’
    

12. Arwa’, ibu dari keluarga Jahsy yang memiliki anak-anak diantaranya: Abdullah, Abu Ahmad, Ubaidillah, Zainab dan Hamnah.
   

13. Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

Demikianlah anak-anak Abdul Muthalib yang disebutkan para ulama sejarah islam.


Setelah putra putranya itu tumbuh remaja dan telah terkumpul tenaga tenaga yang mencukupi maka Abdul Muthalib dengan mengucap bismillah kembali menggali timbunan pasir dan bebatuan yang mengubur sumur zam zam. Panas terik tidak membuat mereka kendur hati untuk melaksanakan tugas mulia ini. Ini adalah salah satu bentuk pengkhidmatan/ pelayanan tinggi bagi Allah karena tamu tamu yang tiap tahun melakukan ziarah dan ibadah haji akan sangat terbantu dengan melimpahnya air untuk keperluan jamaah.
 
Inilah yang menjadikan kedudukan Abdul Muthalib makin dihormati penduduk hijaz. Ia merupakan orang yang pertama diminta tolong(mendo'akan) bila ada orang dalam keadaan susah. Ia juga yang menjadi juru damai bila perselisihan terjadi diantara suku suku yang bertikai. Sering pula orang yang bepergian jauh ke luar hijaz untuk keperluan berdagang atau lawatan lainnya maka mereka akan menitipkan harta bendanya kepada Abdul Muthalib. Inilah banyak keistimewaan yang dimiliki oleh kakek Rasulullah SAW.
 
Setelah beberapa minggu menggali kedalaman, maka sudah mulai nampak hasil jerih payah mereka. 
Air zam zam mulai dan kini Abdul Muthalib sudah dapat bernafas lega tidak akan kesusahan lagi menyediakan air minum bagi para jamaah haji tahun depan.
 
Setelah penggalian sumur selesai dan sukses, Abdul Muthalib berniat melaksanakan nadzarnya, yaitu menyembelih salah seorang putranya sebagai kurban. Dengan disaksikan banyak orang, Abdul Muthalib membawa anak-anaknya ke dekat Kakbah, lalu diundi siapa yang akan dijadikan kurban. Dari undian itu ditentukan bahwa Abdullah yang akan dikurbankan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di lanjutkan kisash Nadzar Abdul Mutholib pada Kisah selanjutnya............!!!!!!!!!!

Abdul Muthalib kemudian membawa Abdullah ke tempat penyembelihan di dekat sumur zam-zam, dan bersiap-siap untuk menyembelih Abdullah. Masyarakat menentang rencana Abdul Muthalib. Mereka menyarankan agar menghubungi perempuan ahli nujum di Yatsrib. Di hadapan wanita ini dilakukan undian lagi, yang akhirnya Abdullah tidak jadi disembelih. Sebagai gantinya disembelih 100 ekor unta. Peristiwa ini menjadikan nama Abdul Muthalib dan Abdullah terkenal di seluruh tanah Arab. Tidak lama kemudian Abdullah menikah dengan Aminah dan tinggal di Mekkah.

Khasiat Air Zam-zam

 حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُؤَمَّلِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا الزُّبَيْرِ يَقُولُ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ[1]

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar; telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim berkata; Abdullah bin Mu`ammal berkata; bahwa ia mendengar Abu Az Zubair berkata; Aku mendengar Jabir bin Abdullah radliallahu ‘anhu, ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Air Zam-zam (berkhasiat) sesuai dengan niat (tujuan) diminum (oleh penggunanya)’.”
 
زمزم : اسم بئر مكة شرفها الله تعالى[2]

زمزم : بئر عند الكعبة[3]

Musnad Ahmad  hadits no. 3053 dalam kitab Sunan Ibnu Majah, Musnad Jabir bin Abdullah Radliyallahu ta’ala ‘anhu
 
Hadis no. 2772 dalam Sunan al-Daruquthni, Kitab al-Hajj, Bab al-Mawaqit dengan redaksi sebagai berikut:

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ عَلِىٍّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هِشَامِ بْنِ عَلِىٍّ الْمَرْوَزِىُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَبِيبٍ الْجَارُودِىُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنِ ابْنِ أَبِى نَجِيحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ إِنْ شَرِبْتَهُ تَسْتَشْفِى بِهِ شَفَاكَ اللَّهُ وَإِنْ شَرِبْتَهُ لِشِبَعِكَ أَشْبَعَكَ اللَّهُ بِهِ وَإِنْ شَرِبْتَهُ لِقَطْعِ ظَمَئِكَ قَطَعَهُ وَهِىَ هَزْمَةُ جِبْرِيلَ وَسُقْيَا اللَّهِ إِسْمَاعِيلَ »[4].

Artinya: “Air zam-zam, (orang dapat memohon sesuatu) untuk setiap air yang diminumnya, jika kamu meminumnya untuk (maksud) berobat dengannya, maka Allah akan menyembuhkanmu; jika kamu meminumnya untuk (maksud) membuat kenyang kamu, maka Allah akan mengenyangkanmu dengannya; jika kamu meminumnya untuk (maksud) menghilangkan rasa hausmu, maka Allah akan menghilangkannya, dan ia (air zam-zam) adalah (berasal dari) pukulan kuat jibril dan sumber air (minum) Allah untuk Isma’il

Sejarah Air Zam Zam Dan Keistimewaannya

Air Zam-Zam bukanlah air yang asing bagi kaum Muslimin. Air ini mempunyai keutamaan yang sangat banyak. Rasulullah telah menjelaskan kegunaan air tersebut. Beliau bersabda,”Sebaik-baik air yang ada di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.” Apa rahasia dibalik air yang banyak memiliki khasiat dan penuh barakah ini?
Makna Zam Zam
Kata Zam-Zam dalam bahasa Arab berarti, yang banyak atau melimpah. Adapun air Zam-Zam yang dimaksud oleh syari’at, yaitu air yang berasal dari sumur Zam-Zam. Letaknya dengan Ka’bah, berjarak sekitar 38 hasta.
Dinamakan Zam-Zam, sesuai dengan artinya, karena memang air dari sumur tersebut sangat banyak dan berlimpah. Tidak habis walau sudah diambil dan dibawa setiap harinya ke seluruh penjuru dunia oleh kaum Muslimin.
Dinamakan dengan Zam-Zam, bisa juga diambil dari perbuatan Hajar. Ketika air Zam-Zam terpancar, ia segera mengumpulkan dan membendungnya. Atau diambil dari galian Malaikat Jibril dan perkataannya, ketika ia berkata kepada Hajar.
Disebutkan juga, bahwa nama Zam-Zam adalah ‘alam, atau nama asal yang berdiri sendiri, bukan berasal dari kalimat atau kata lain. Atau juga diambil dari suara air Zam-Zam tersebut, karena zamzamatul ma` adalah, suara air itu sendiri.

Nama lain Zam-Zam,

sebagaimana telah diketahui, antara lain ia disebut barrah (kebaikan), madhmunah (yang berharga), taktumu (yang tersembunyi), hazmah Jibril (galian Jibril), syifa` suqim (obat penyakit), tha’amu tu’im (makanan), syarabul abrar (minuman orang-orang baik), thayyibah (yang baik)

Sejarah Munculnya Air Zam Zam

Disebutkan oleh Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, dari hadits Ibnu ‘Abbas. Suatu saat, ketika berada di Mekkah, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di sekitar Ka`bah, di suatu pohon besar yang berada di atas sumur Zam-Zam. Waktu itu, tidak ada seorangpun di Mekkah, melainkan mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam meletakkan kantong berisi kurma dan air, iapun beranjak pergi. Namun Hajar mengikutinya seraya mengatakan,”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain, atau yang lainnya?”
Pertanyaan itu ia ulangi terus, tetapi Nabi Ibrahim tidak menengok kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru kepadanya,”Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?”
“Ya,” jawab Nabi Ibrahim.
“Kalau begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami,” seru Hajar. Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di Tsaniyah -jalan bebukitan, arah jalan ke Kada`. Rasulullah ketika memasuki Mekkah juga melewati jalan tersebut- dan keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” [Ibrahim/14 : 37]

Ibunda Ismail menyusui anaknya dan meminum dari kantong air tersebut. Hingga akhirnya air itupun habis, dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, karena terus menangis. Dia pun pergi untuk mencari sumber air, karena tidak tega melihat anaknya kehausan.
Pergilah dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa, dan berdiri di atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, barangkali ada orang disana. Akan tetapi, ternyata tidak ada.
Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwa. Berdiri di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana? Tetapi, ternyata tidak juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.
Ketika berada di atas bukit Marwa, dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Diam!” Setelah diperhatikannya ternyata memang benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata, “Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”
Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibril, yang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka keluarlah darinya pancaran air.
Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diciduknya air itu dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air. Setelah diciduk, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun minum air tersebut dan juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu Malaikat Jibril berkata kepadanya, “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hambanya.”
Beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun di lembah Makkah. Mereka turun karena melihat burung -burung yang berputar-putar. Mereka berkata,”Burung ini berputar-putar di sekitar air. Kami yakin di lembah ini ada air,” lalu mereka mengirim utusan, dan ternyata benar mereka mendapatkan air. Utusan itupun kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang adanya air. Merekapun kemudian mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail, bahwa mereka akan mampir ke sana. Ummu Ismailpun mempersilahkan dengan syarat, bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, dan kabilah Jurhum inipun setuju.

Penemuan Kembali Air Zam Zam

Ketika Abdul Muthalib sedang tidur di Hijr Ismail, dia mendengar suara yang menyuruhnya menggali tanah.
“Galilah thayyibah (yang baik)!”
“Yang baik yang mana?” tanyanya.
Esoknya, ketika tidur di tempat yang sama, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali barrah (yang baik)?”
Dia bertanya, “Benda yang baik yang mana?” Lalu dia pergi.
Keesokan harinya, ketika tidur di tempat yang sama di Hijr Ismail, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali madhmunah (sesuatu yang berharga).
Dia bertanya,” Benda yang baik yang mana?”
Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya : “Galilah Zam-Zam!”
Dia bertanya,”Apa itu Zam-Zam?”
Dia mendapat jawaban : “Air yang tidak kering dan tidak meluap, yang dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di antara tahi binatang dan darah. Berada di patukan gagak yang hitam, berada di sarang semut”.

Sesaat Abdul Muthalib bingung dengan tempatnya tersebut, sampai akhirnya ada kejelasan dengan melihat kejadian yang diisyaratkan kepadanya. Kemudian iapun bergegas menggalinya.
Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya,”Apa yang engkau kerjakan, hai Abdul Muthalib?
Dia menjawab,”Aku diperintahkan menggali Zam-Zam,” sampai akhirnya ia beserta anaknya, Harits mendapatkan apa yang diisyaratkan dalam mimpinya, menggali kembali sumur Zam-Zam yang telah lama dikubur dengan sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota Mekkah Qobilah Huza'ah.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keutamaan Dan Khasiat Air Zam Zam

Dari penjelasan Rasulullah dan para ulama dapat diketahui, bahwa air Zam-Zam memiliki barakah dan keutamaan. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan air Zam-Zam dapat disebutkan sebagai berikut.

عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ (أخرجه أحمد وابن ماجه)
“Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.”
Ibnu Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam).”

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ إِنْ شَرِبْتَهُ تَسْتَشْفِي شَفاَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِشَبْعِكَ أَشْبَعَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِقَطْعِ ظَمْئِكَ قَطَعَهُ اللهُ وَهِيَ هَزْمَةُ جِبْرَائِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَسُقْيَا اللهِ إسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
رواه الدارقطني والحاكم وقال صحيح الإسناد
“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail.”

وَعَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ كُنَّا نُسَمِّيْهَا شَبَّاعَةً يَعْنِيْ زَمْزَمَ وَكُنَّا نَجِدُهَا نِعْمَ الْعَوْنُ عَلَى الْعِيَالِ (رواه الطبراني في الكبير)
“Dari Abi Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda,”Kami menyebut air Zam-Zam dengan syuba’ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam-Zam adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas kemiskinanan)”. [HR Tabrani]

إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِسِجِلٍّ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ فَشَرِبَ مِنْهُ وَتَوَضَّأَ) رواه أحمد)
“Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air Zam-Zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya” [HR Ahmad]

كَانَ يَحْمِلُ مَاءَ زَمْزَمَ ( فِيْ الأَدَاوِيْ وَالْقِرَبِ وَكَانَ يَصُبُّ عَلىَ الْمَرْضَى وَيَسْقِيهِمْ ) ] . ( حديث صحيح)
“Disebutkan dalam Silsilah Shahihah, adalah Rasululllah membawa air Zam-Zam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sedang sakit”.

إِنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حِيْنَ رَكَضَ زَمْزَمَ بِعَقِبِهِ جَعَلَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ تَجْمَعُ الْبَطْحَاءَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَحِمَ اللهُ هَاجِراً وَأُمَّ إِسْمَاعِيْلَ لَوْ تَرَكَتْهَا كاَنَتْ عَيْنًا مَعِيْنًا.
( صحيح )
Tatkala Jibril memukul Zam-Zam dengan tumit kakinya, Ummi Ismail segera mengumpulkan luapan air. Nabi berkata,”Semoga Allah merahmati Hajar dan Ummu Ismail. Andai ia membiarkannya, maka akan menjadi mata air yang menggenangi (seluruh permukaan tanah).”

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله – صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامُ الطَّعْمِ، وَشِفَاءُ السَّقْمِ”،
“Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.”
Abu Dzar al Ghifari berkata,”Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.”

: كُنْتُ أُجَالِسُ ابْنَ عَبَّاسٍ بِمَكَّةَ فَأَخَذَتْنِيْ الحْمُىَ فَقَالَ أَبْرِدْهَا عَنْكَ بِمَاءِ زَمْزَمَ فإَِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ( الْحُمَى مِنْ فيَحْ ِجَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ أَوْ قاَلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ ) .
“Dari Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : “Aku duduk bersama Ibnu ‘Abbas di Mekkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu ‘Abbas mengatakan, dinginkanlah dengan air Zam-Zam, karena Rasulullah mengatakan, sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan air atau air Zam-Zam” [15]

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّهَا كَانَتْ تَحْمِلُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ وَتُخْبِرُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ كاَنَ يَحْمِلُهُ
Dari ‘Aisyah, ia membawa air Zam-Zam. Ia mengkabarkan, sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya (sebagai bekal-Pen.).

Ibnul Qayyim berkata,”Aku dan selain diriku telah megalami perkara yang ajaib tatkala berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin Allah, aku telah sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga menyaksikan seseorang yang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanan selama beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Ia tidak mendapatkan rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang lain. Ia telah memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti itu selama empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima’, berpuasa dan melaksanakan thawaf “.
Beliau rahimahullah berkata,”Ketika berada di Mekkah, aku mengalami sakit dan tidak ada tabib dan obat (yang dapat menyembuhkannya). Akupun mengobatinya dengan meminum air Zam-Zam dan membacakan atasnya berulangkali (dengan al Fatihah), kemudian aku meminumnya. Aku mendapatkan kesembuhan yang sempurna. Akupun menjadikannya untuk bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku benar-benar banyak mengambil manfaat darinya.”

Demikian penjelasan singkat tentang air Zam-Zam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita dan membenarkan khasiat dan keutamaan air yang tak pernah kering tersebut, meskipun setiap hari diambil oleh banyak manusia. Dengan mengetahui secara sepintas air Zam-Zam ini, maka hendaknya dapat meningkatkan dan memperkuat sandaran dan ketergantungan kita kepada Allah. Dia-lah yang Maha Penguasa mengatur segala yang Ia kehendaki.
Wallahu a’lam.

Catatan :

Abu Thalib bin Abdul Muthalib memiliki empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, yaitu

    Thalib bin Abu Thalib
    Ja'far bin Abu Thalib
    Ali bin Abu Thalib
    Aqil bin Abu Thalib
    Fakhtihah binti Abu Thalib
    Jumanah binti Abu Thalib (Ummi Hani)

NAMA SUMUR ZAMZAM
Air zamzam mempunyai banyak keistimewaan dan keutamaan, karenanya sumur zamzam mempunyai nama lain, yaitu :
1. Hazmatu Jibril (Galian Malaikat)
2. Saqyallah Ismail (Minuman Ismail
3. Barokah (Berkah)
4. Sayyidah (Yang dimuliakan)
5. Nafi’ah (Yang bermanfaat)
6. Madhnunah (Yang dipertahankan)
7. Shofiyah (Jernih)
8. Barrah (Banyak kebajikan)
9. Afiyah (Selamat atau sehat)
10. Mughziyah (Pemberi makan)
11. Thohiroh (Suci)
12. Haromiyah (Sumur suci)
13. Mu’nisah (Yang menenteramkan)
14. Tho’am tho’m (Makanan lezat)
15. Syifa Saqm (Penyembuh penyakit)
16. Sabiqoh (Sumur kuno)
17. Zhobyah (Kijang)
18. Taktum (Rahasia)
19. Syuba’ah (Pengenyang)
20. Ishol (Penyambung)
21. Syarobul Abror (Minuman Orang Sholeh)
22. Qoryatun-Naml (Sarang semut)
23. Hazmatu Ismail (Galian Ismail)
24. Hafrotul ‘Abbas (Galian Abbas)
25. Nuqrotul Ghurob (Patukan gagak)
KANDUNGAN UNSUR KIMIA AIR ZAMZAM
Air zamzam dipercaya dan diyakini mempunyai khasiat bagi kesehatan. Keyakinan ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW, ‘… bahwa air zamzam dapat menyembuhkan penyakit dan dapat membawa berkah sesuai dengan doa yang dipanjatkan pada waktu meminumnya’ (HR Ibnu Majah).
Ibnu Abbas, sahabat Nabi periwayat hadits mensyaratkan bagi orang yang meminum zamzam agar menghadap ka’bah, menyebut nama Allah SWT, bernafas 3 kali dan mengucapkan hamdalah setelah minum.
Di balik itu semua, ternyata air zamzam mempunyai kandungan unsure kimia lebih baik disbanding dengan air lainnya.
UNSUR KIMIA AIR ZAMZAM
UNSUR KIMIA
ZAMZAM (Mg/l)
AIR MINERAL
Klorida (Cl)
159,75
30
Sulfat (SO24)
140
27
Nitrat (NO3)
-
15
Nitrit (NO2)
0,045
-
Bikarbonat (HCO3)
398,22
32
Fluor (F)
-
0,7
Besi (Fe3+)
Tidak terdeteksi
0
Mangan (Mg)
0,014
-
Natrium (Na+)
318,0
20
Kalium (K+)
182,2
3
Kalsium (Ca2+)
158,58
20
Zat Padat Terlarut (TDS)
858
170
Magnesium (Mg2+)
6,86
5
Zat Organik
2,79
-
Jlh Mikroorganisme (TPK)
30 koloni / ml
-
pH
7,3
7,2


fffffffffff

Tidak ada komentar:

Posting Komentar