Jumat, 19 September 2014

Sejarah Nabi - 10 - Nadzar Abdul Mutholib

Setelah Qusay bin Kilab, tampuk pemerintahan diberikan kepada Abdul Muthalib yang diberi julukan Abu Harits, sementara nama aslinya adalah Syaibah Al-Hamd dan Amir. Anak-anaknya adalah Abu Thalib, Abdullah, Abbas, Hamzah, Abu Jahal dan Harits.
Abdul Muthalib adalah orang yang mempunyai derajat dan kedudukan yang paling tinggi di kalangan suku Quraisy, dan dia adalah orang yang beragama Hanif.
Dia telah melarang penyembahan terhadap patung-patung dan mengajak untuk menyembah Allah yang satu.
Di masa jahiliyah, dia telah membuat sunah-sunah yang baik yang telah ditetapkan oleh Rasulullah sebagai sunah dalam Islam. Seperti memenuhi nazar dan janji, membayar humus (20%), melarang menikahi mahram (sedarah), memotong tangan pencuri, melarang penguburan hidup-hidup anak perempuan, dan menghukum orang yang berzina.
Dalam sebuah hadis Nabi bersabda, “Allah akan mengumpulkan kakekku Abdul Muthalib di Mahsyar, sedang dalam dirinya ada tanda-tanda para nabi dan keagungan raja-raja.”
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/pernik-haji/pemimpin-masjidil-haram-pra-islam-abdul-muthalib/#sthash.cGKbcMbX.dpuf
Setelah Qusay bin Kilab, tampuk pemerintahan diberikan kepada Abdul Muthalib yang diberi julukan Abu Harits, sementara nama aslinya adalah Syaibah Al-Hamd dan Amir. Anak-anaknya adalah Abu Thalib, Abdullah, Abbas, Hamzah, Abu Jahal dan Harits.
Abdul Muthalib adalah orang yang mempunyai derajat dan kedudukan yang paling tinggi di kalangan suku Quraisy, dan dia adalah orang yang beragama Hanif.
Dia telah melarang penyembahan terhadap patung-patung dan mengajak untuk menyembah Allah yang satu.
Di masa jahiliyah, dia telah membuat sunah-sunah yang baik yang telah ditetapkan oleh Rasulullah sebagai sunah dalam Islam. Seperti memenuhi nazar dan janji, membayar humus (20%), melarang menikahi mahram (sedarah), memotong tangan pencuri, melarang penguburan hidup-hidup anak perempuan, dan menghukum orang yang berzina.
Dalam sebuah hadis Nabi bersabda, “Allah akan mengumpulkan kakekku Abdul Muthalib di Mahsyar, sedang dalam dirinya ada tanda-tanda para nabi dan keagungan raja-raja.”
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/pernik-haji/pemimpin-masjidil-haram-pra-islam-abdul-muthalib/#sthash.cGKbcMbX.dpuf
Setelah Qusay bin Kilab, tampuk pemerintahan diberikan kepada Abdul Muthalib yang diberi julukan Abu Harits, Sementara nama aslinya adalah Syaibah Al-Hamd dan Amir.
Anak-anaknya adalah Abu Thalib, Abdullah, Abbas, Hamzah, Abu Jahal dan Harits dll.

Abdul Muthalib adalah orang yang mempunyai derajat dan kedudukan yang paling tinggi di kalangan suku Quraisy, dan dia adalah orang yang beragama Hanif.

Dia telah melarang penyembahan terhadap patung-patung dan mengajak untuk menyembah Allah yang satu.

Di masa jahiliyah, dia telah membuat sunah-sunah yang baik yang telah ditetapkan oleh Rasulullah sebagai sunah dalam Islam. Seperti memenuhi nazar dan janji, membayar humus (20%), melarang menikahi mahram (sedarah), memotong tangan pencuri, melarang penguburan hidup-hidup anak perempuan, dan menghukum orang yang berzina.

Dalam sebuah hadis Nabi bersabda, “Allah akan mengumpulkan kakekku Abdul Muthalib di Mahsyar, sedang dalam dirinya ada tanda-tanda para nabi dan keagungan raja-raja.”
Setelah Qusay bin Kilab, tampuk pemerintahan diberikan kepada Abdul Muthalib yang diberi julukan Abu Harits, sementara nama aslinya adalah Syaibah Al-Hamd dan Amir. Anak-anaknya adalah Abu Thalib, Abdullah, Abbas, Hamzah, Abu Jahal dan Harits.
Abdul Muthalib adalah orang yang mempunyai derajat dan kedudukan yang paling tinggi di kalangan suku Quraisy, dan dia adalah orang yang beragama Hanif.
Dia telah melarang penyembahan terhadap patung-patung dan mengajak untuk menyembah Allah yang satu.
Di masa jahiliyah, dia telah membuat sunah-sunah yang baik yang telah ditetapkan oleh Rasulullah sebagai sunah dalam Islam. Seperti memenuhi nazar dan janji, membayar humus (20%), melarang menikahi mahram (sedarah), memotong tangan pencuri, melarang penguburan hidup-hidup anak perempuan, dan menghukum orang yang berzina.
Dalam sebuah hadis Nabi bersabda, “Allah akan mengumpulkan kakekku Abdul Muthalib di Mahsyar, sedang dalam dirinya ada tanda-tanda para nabi dan keagungan raja-raja.”
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/pernik-haji/pemimpin-masjidil-haram-pra-islam-abdul-muthalib/#sthash.cGKbcMbX.dpuf

Abdul Muthalib Telah bernadzar karena Allah Azza Wajalla ketika diperintah menggali sumur zam zam. jika telah selesai menggali sumur zam zam dengan sempurna, dan dia mempunyai sepuluh anak laki-laki maka dia akan menyembelih salah satunya karena Allah Azza Wajalla. maka Allah menambah kemulyaannya dan kemulyaan anaknya, maka dilahirkan untuknya sepuluh anak laki-laki dari enam istri yaitu :

1) Al Harits,
2) Abdullah,
3) Abu tholib,
4) Az Zubair,
5) Al Abbas, 6) Dhiror,
7) Abu Lahab, Nama asli Abdul 'Uzza
8) Al Ghoidaq,
9) Hamzah,
10) Al Muqowwam,

Ketika sempurna anak laki-lakinya yang berjumlah sepuluh, maka beliau teringat akan nadzarnya yaitu akan menyembelih salah satu dari ananknya sebagai Korban. Lalu beliau mengumpulkan seluruh anak laki-lakinya. dan mengundi anak-anaknya, siapa yang harus disembelih.
Abdul Mutholib berkata, "Wahai anak-anakku dulu bapak pernah bernazar kepada Allah jika telah diberikan anak laki-laki sebanyak 10, akan memyembelih satu, Oleh karena sekarang ayah kumpulkan kalian untuk memikirkan masalah ini ".
Mereka pun berkata, " Wahai ayah, kalau ini merupakan nadzar yang telah ayah ucapkan, kami sebagai anak siap menjalankan perintah.
Maka berundinglah mereka untuk menentukan siapa yang akan di sembelih. Lalu di sepakati oleh 10 anak tersebut untuk menbuat undian yaitu dengan cara menulis di kertas tiap nama di masukkan kedalam gelas untuk di kocok. Setelah sepakat lalu di laporkan kepada sang ayah.
Abu Tholib pun menyetujui dan dikocoklah undian tersebut dengan di saksikan anank-anaknya. Dan ketika di kocok gelas undian tersebut, maka keluarlah dalam undian itu Nama Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wasallam.

Lantas berdirilah Abdul Muthalib untuk menyembelih Abdullah, putra kesayangannya, dan berdiri pula paman-paman dari pihak ibunya dari Bani Makhzum, dan pembesar-pembesar Quraisy lainnya serta orang-orang yang berpikiran cemerlang di antara mereka. mereka berkata,”Kamu jangan menyembelih putramu itu, karena jika kamu lakukan akan menjadi kebiasaan orang-orang Arab”, dan berdiri pula anak-anaknya bersama-sama orang Quraisy tentang itu.
Maka berkatalah orang-orang Quraisy kepada Abdul Muthalib,”Sesungguhnya di tanah Hijaz ada seorang dukun(ahli nujum) yang mempunyai pengikut jin, maka bertanyalah kamu kepadanya, maka kamu harus tetap di atas urusanmu. jika dukun itu menyuruhmu untuk menyembelihnya, maka sembelihlah. Dan jika dukun itu memberi jalan keluar lainnya, maka terimalah.”

Perlu di ketahui bahwa seluruh penduduk Mekah sengat suka kepada Abdullah, antara lain Para pemimpin, para penduduk baik pria maupun wanita, tua maupun muda  karena kejujuran, kesopanan, ketampanan dan budi pekerti yang luhur.

Maka dilakukanlah undian atas sepuluh anaknya, lalu keluarlah nama anaknya yang paling kecil, Abdullah. Ketika nama Abdullah keluar dalam undian, maka orang yang ada di sekitarnya berusaha menolak, mereka mengatakan tidak akan membiarkan Abdullah disembelih. Abdullah saat itu terkenal sebagai seorang yang bersih, tidak pernah menyakiti siapa pun. Senyuman khas Abdullah terkenal sebagai senyuman yang paling lembut di kawasan jazirah Arab. Muatan rohaninya demikian jernih, dan hatinya yang mulia seolah taman bunga di tengah gurun sahara yang tandus. Sungguh Abdullah telah menarik simpati masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu, semua manusia datang kepadanya dan menentang usaha penyembelihannya. Para pembesar Quraisy berkata, “Lebih baik kami menyembelih anak-anak kami sebagai tebusan baginya, daripada ia yang harus disembelih. Tidak ada yang lebih baik dari dia. Pertimbangkanlah kembali masalah ini, dan biarkan kami bertanya kepada Kahin (Peramal-dukun)”.

Berangkatlah mereka kepada dukun Hijaz untuk menanyakannya, dan berceritalah Abdul Muthalib tentang nadzarnya. Berkatalah si dukun,”Pulanglah kalian pada hari ini sehingga datanglah padaku jin yang mengikuti aku, maka aku akan bertanya kepadanya.” Maka pulanglah mereka semuanya hingga hari esok. Kemudian mereka berpagi-pagian datang kepada si dukun, maka berkatalah dia,”Ya, telah datang padaku kabarnya. Berapakah denda di antara kalian?”
Mereka menjawab,”Sepuluh onta”
 Image
Berkatalah si dukun,”Pulanglah ke negaramu dan berkurbanlah sepuluh onta, buatlah panah undi nasib di atas onta dan di atas temanmu (Abdullah). Maka jika yang keluar itu onta, maka sembelihlah onta itu. Dan jika yang keluar undiannya itu temanmu, maka tambahlah sepuluh onta lagi kemudian buatlah panah undi nasib atas keduanya. Sehingga ridho Tuhan kalian, jika yang keluar itu onta, maka sembelihlah onta-onta itu. Maka sungguh telah ridho Tuhan kalian dan selamat teman kalian”

Maka pulanglah orang-orang Quraisy ke Mekkah, lantas Abdul Muthalib mengundi atas Abdullah dan atas sepuluh onta, ternyata undiannya yang keluar adalah Abdullah. Orang-orang Quraisy pun berkata,”Wahai Abdul Muthalib, tambahlah untuk untuk Tuhanmu hingga ridho”. Maka tidak henti-hentinya ditambah sepuluh onta, tetapi undian yang keluar tetap Abdullah.Orang-orang Quraisy pun berkata,”Tambahlah untuk Tuhanmu sampai Dia ridho”. maka Abdul Muthalib terus melakukannya sampai seratus onta. Maka keluarlah undian itu atas seratus onta.Berkata orang-orang Quraisy atas Abdul Muthalib,”Sembelihlah! sesungguhnya Tuhanmu telah ridho.”

Dia berkata,”Kalau begitu aku tidak adil kepada tuhanku sampai keluar undian tiga kali”. Maka Abdul Muthalib mengundi lagi atas Abdullah dan atas seratus onta, maka tiap-tiap diulang, ternyata yang keluar adalah onta. Ketika undian tiga kali berturut-turut keluar seratus onta, maka Abdul Muthalib menyembelih onta-onta itu di dalam jurang-jurang, di lereng-lereng, dan di puncak-puncak gunung. Tidak dihalangi daripadanya manusia, burung dan binatang-binatang buas. Maka tertarik orang-orang desa di sekitar Mekkah untuk mengambil daging-daging diyat, dan binatang-binatang pun saling berebut sisa-sisa yang masih tertinggal, sedangkan Abdul Muthalib dan anak-anaknya tidak seorang pun yang ikut memakan onta-onta yang disembelihnya sebagai diyat, dan sejak saat itulah berlaku bahwa diyat itu seratus onta. Kemudian datang Islam menetapkan bahwa diyat adalah seratus onta.

Ketika Abdul Muthalib pulang menuju rumahnya, dia bertemu dengan Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilab yang sedang duduk di Masjidil Harom. Wahb adalah seorang bangsawan Quraisy yang paling mulia di kota Mekkah waktu itu. Maka (terjadilah kesepakatan) Wahb menikahkan putrinya yang bernama Aminah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah dari Rosulillah Sholallohu ‘alaihi Wasallam.

Di dalam riwayat lain secara ringkas diriwayatkan oleh Al Azroqi: Sehingga memungkinkan bagi Abdul Muthalib untuk menggali sumur zam zam dan sangat berat sakitnya (dalam mengerjakannya). Maka Abdul Muthalib bernadzar jika Allah memberi anak laki-laki kepadanya sepuluh orang, maka salah satunya akan disembelih. Kemudian Abdul Muthalib menikah dengan beberapa perempuan lantas dilahirkan baginya sepuluh anak laki-laki. Ketika diadakan undian maka keluarlah undiannya kepada Abdullah bin Abdul Muthalib, anak yang paling disayanginya. Maka berdoalah dia,”Ya Allah, apakah dia yang lebih Engkau senangi ataukah seratus onta?”. Kemudian Abdul Muthalib mengundi lagi antara Abdullah dan seratus onta, maka keluarlah undian atas seratus onta. Oleh sebab itu, maka Abdul Muthalib menyembelih seratus onta sebagai diyat.atau Tebusan.

Demikianlah apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidaklah akan terjadi. Allah Ta’ala telah memelihara ayah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wasallam dari penyembelihan dan ditebus dengan seratus onta. Supaya menjadi kenyataan kehendak Allah yang akan menjadikan Abdullah bin Abdul Muthalib menjadi perantara lahirnya seorang Nabi yang mulia yaitu Nabi Muhammad Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wasallam, yang menjadi pemimpin dunia dan menjadi rohmat bagi seluruh alam.

1 komentar:

  1. Maaf, mau tanya. Apa zaman dulu sudah ada kertas digulung lalu dikocok dalam gelas, ya? Terima kasih. Salam santun.

    BalasHapus