Kamis, 25 September 2014

Nama Muhammad dan Ahmad Kunci Al Qur'an

Rosululloh saw mempunyai nama MUHAMMAD, dalam al-Qur’an, digunakan sebagai nama surat ke 47 yang berjumlah 38 ayat. dan kata AHMAD berada dalam surat ke 61 ayat ke 6.

Berdasarkan tabel bilangan prima dapat kita peroleh 16 angka pertama sebagai berikut:
2 3 5 7 11 13 17 19 23 29 31 37 41 43 •47 •53.
Ternyata 2 angka terakhir adalah angka 47 dan 53.

Seperti diketahui al-Qur’an memiliki angka keramat 19, angka ini diperoleh berdasarkan kalimat Basmalah بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ yang bejumlah 19 huruf.

Jika kata MUHAMMAD dan AHMAD dihitung dengan huruf abajadun maka jumlah kata MUHAMMAD = 92 dan AHMAD = 53. Jika nominalnya ditambahkan maka = 9+2+5+3 = 19.

Mungkin anda akan bertanya mengapa angka keramat al-Qur’an 19 .?
Karena 19 merupakan awal angka 1 dan akhir angka 9. Angka yang terdiri dari 1-2-3-4-5-6-7-8-9.
Dan ini merupakan konsep Tuhan yang termaktub dalam al-Qur’an:

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Dhohir dan Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
[QS 57:3]

Nilai MUHAMMAD = 92
dan nilai AHMAD = 53
sehingga MUHAMMAD + AHMAD =
92+53 = 145.

Kata AHMAD berada di surah 61 ayat 6 yang jika digabung menjadi 616.
Gabungan 145 dan 616 menjadi 145.616 = 19 x 7664
Surat MUHAMMAD urutan surat ke 47, jumlah ayat 38, yang jika digabung menjadi angka 4738.
Surat As-Shof dimana kata AHMAD disebut, merupakan surat ke 61 dengan jumlah ayat 14 yang jika digabung menjadi 6114.
Jika digabungkan menjadi 47386114 = 19 x 2494006
Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tanggal 20 bulan 04 tahun 571 Masehi. Jika dijumlahkan 2+0+0+4+5+7+1 = 19.
Sedangkan beliau saw menerima wahyu selama 22 tahun dimana 92+22 =114 Jumlah surat-surat dalam al-Qur’an.

MENGENAL AHMAD MUHAMMAD SAW
Ketika Rosululloh saw belum dilahirkan, Nabi-nabi terdahulu, mulai Nabi Adam as sampai Nabi Isa as, telah memberi kabar kepada umatnya akan datangnya Nabi akhir zaman dengan ciri-ciri yang tertentu ..
Yaitu, dilahirkan di kota Makkah, hijrah ke kota Madinah dan wafat di kota Madinah .. dan kekuasaannya membentang sampai di kota Syam. Nama Rosululloh saw kalau di Kitab Injil adalah AHMAD ..
Alloh swt berfirman:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata:
“Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Alloh kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurot, dan memberi kabar gembira dengan -datangnya- seorang Rosul yang akan datang sesudahku, yang namanya AHMAD -Muhammad-.”
Maka tatkala Rosul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
“Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As-Shof [61]:6).

Perlu diketahui, bahwa nama AHMAD yang dikemukakan al-Qur’an itu bukan sekedar nama .. Akan tetapi merupakan pemberian “kekhususan” dari Alloh swt bagi Nabi Muhammad saw, yang ada ma’na hikmah terkandung didalamnya.

Di dalam nama AHMAD huruf Arab أحمد jika ditulis secara terpisah melambangkan simbol gerakan sholat ..
Huruf Alif أ menggambarkan orang yang sedang berdiri.
Huruf Ha ح menggambarkan orang yang sedang rukuk.
Huruf Mim م menggambarkan orang yang sedang sujud.
Huruf Dal د   menggambarkan orang yang sedang duduk tahiyat.
Selain ma’na tersebut, ada juga ma’na yang tersembunyi di balik nama AHMAD .. secara Gramatika Arab, kata AHMAD itu termasuk sighot mubalaghoh -bentuk yang mempunyai arti banyak- dari kata “Hamdu” -memuji- .. Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi AHMAD, nama dari Nabi MUHAMMAD saw mempunyai arti orang yang paling banyak memuji Alloh swt.
Nabi MUHAMMAD saw bersabda:
“Aku adalah AHMAD tanpa Mim م ”

AHMAD tanpa huruf Mim م akan mempunyai arti AHAD -Esa-, yang merupakan sifat Alloh yang sangat agung tempat bergantung.
Mim م yang merupakan simbol manusia -personifikasi- dan perwujudan bentuk dari sesuatu yang ghaib -manifestasi- ALLOH dalam diri Nabi MUHAMMAD saw .. pada hakikatnya adalah bayangan AHAD yang ada di alam semesta.
Mim م MUHAMMAD adalah wasilah antara makhluk dengan Kholiqnya .. Mim م MUHAMMAD adalah jembatan yang menghubungkan para kekasih ALLOH dengan sang kekasihnya yang mutlak .. dengan kata lain, Nabi MUHAMMAD saw merupakan mediator antara makhluk dengan ALLOH swt.
Menurut Dr Muhammad Iqbal seorang pemikir islam pakistan:
“MUHAMMAD benar-benar berfungsi “mim” yang  “membumikan” ALLOH dalam kehidupan manusia .. dialah “Dhohir”nya ALLOH .. dialah Syafi’ -yang memberikan syafa’at, pertolongan dan rekomendasi- antara makhluk dengan Tuhannya.
Ketika anda ingin merasakan kehadiran ALLOH dalam diri anda, hadirkan MUHAMMAD.
Ketika anda ingin disapa oleh ALLOH, sapalah MUHAMMAD ..
Ketika anda ingin dicintai ALLOH, cintailah MUHAMMAD ..”
“Apabila kamu benar-benar mencintai ALLOH, ikutilah AKU -Muhammad-, niscaya ALLOH cinta kepada kamu”
Kepada orang seperti inilah kita diwajibkan cinta, berkorban dan bermohon kepada ALLOH swt untuk selalu bersamanya, di dunia dan di akherat .. seperti kata beliau saw “Setiap orang akan senantiasa bersama orang yang dicintainya.”

Nama MUHAMMAD kalau ditinjau secara Gramatika Arab berstatus sebagai Isim Maf’ul -obyek- dari asal kata Hammada .. Menurut KH Ali Maksum rh, dalam kitab Amsilatut-Tasrifiyah menyebutkan bahwa penambahan tasdid pada huruf Mim mempunyai faedah Taksir -banyak- artinya adalah orang yang banyak dipuji .. Sejalan yang diperintahkan ALLOH swt dalam firman-Nya:
”Sesungguhnya ALLOH dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi -MUHAMMAD- ..
Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi -MUHAMMAD- dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]:56).
Disamping nama AHMAD yang mengandung simbol orang sholat .. Nama MUHAMMAD apabila ditulis dengan huruf Arab محمد juga berma’na .. menunjukan kerangka manusia ..
Huf Mim pertama م yang bundar menunjukan kepala manusia ..
Huruf Ha’ ح menunjukan dua tangan manusia.
Huruf Mim م yang kedua menunjukan tentang perut manusia.
Huruf dal د menunjukan kedua kaki manusia.

Nama MUHAMMAD yang melambangkan kerangka tersebut mengandung hikmah bahwa, kematian manusia akan menghancur lumatkan tulang-belulang dan seluruh jasadnya, akan tetapi kelak akan di susun kembali oleh ALLOH dalam bentuk semula seperti bentuk manusia .. Ini karena keagungan nama Nabi MUHAMMAD saw ..
Selain itu, ma’na-ma’na yang tersembunyi dalam kandungan setiap huruf-hurufnya kalimat nama محمد ..
Huruf Mim yang pertama mengandung ma’na Minnah -anugerah- .. ALLOH memberi anugerah kepada Nabi MUHAMMAD saw dengan anugerah yang sangat luar biasa melebihi apa yang telah diberikan kepada seluruh makhluk-NYA.
Huruf Ha’ mengandung ma’na Hubbun -cinta- .. ALLOH mencintai Nabi MUHAMMAD saw dan umatnya melebihi cintanya kepada Nabi-nabi yang lain beserta umatnya.
Huruf Mim yang kedua mengandung ma’na Maghfirah -ampunan- .. ALLOH mengampuni segala dosa yang dilakukan oleh Nabi MUHAMMAD saw, baik yang sudah lampau atau yang akan datang .. Nabi MUHAMMAD saw adalah Nabi yang ma’sum -terjaga dari melakukan dosa- .. Adapun umat beliau saw, bagi yang bertaubat, ALLOH mengampuni dosa-dosanya miskipun sebanyak butiran pasir dimuka bumi.
Huruf Dal mengandung ma’na Dawaamuddin -abadinya agama Islam- .. agama Islam akan tetap ada sampai akhir zaman, apabila agama Islam lenyap dari muka bumi, maka terjadilah kehancuran dunia -kiamat-.
Kesimpulannya adalah .. Sebagai ummat Nabi Muhammad saw yang mengaku pemeluk agama Islam .. hendaknya sekali-kali jangan meninggalkan sholat .. karena sholat merupakan tiang agama dan merupakan ajaran Nabi-nabi terdahulu yang disempurnakan oleh Nabi MUHAMMAD saw.
Apabila seseorang muslim sudah menjalankan sholat, zakat, puasa, haji -jika mampu- dan tuntunan Islam lainnya, maka dia termasuk orang yang beruntung yang dijanjikan ALLOH mendapatkan sorga ..

NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI USWATUN HASANAH
Pada tanggal 12 Robiul-awal tahun gajah atau tanggal 20 April 571 Masehi, 14 abad yang lalu telah lahir seorang manusia yang menjadi ROHMATAN LIL’ALAMIN dan menyandang derajat KETERPUJIAN yang tidak terukur ketinggian dan kesempurnaannya serta membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia.
Manusia tersebut adalah AHMAD yang kemudian menyandang nilai-nilai yang sangat tinggi sehingga beliau berhak menyandang gelar MUHAMMAD yang sangat terpuji dan selalu dipuja dan dipuji, yang menjadi ROHMATAN LIL’ALAMIN dan USWATUN HASANAH bagi seluruh makhluk yang ada di alam semesta raya ini.
Kata MUHAMMAD apabila kita renungkan lebih dalam lagi dapat diartikan secara lahiriah maupun secara batiniah.
MUHAMMAD secara lahiriah adalah menunjuk kepada satu sosok seorang manusia biasa yang mempunyai sifat terpuji dan diutus oleh ALLOH untuk menyampaikan seruan atau ajaran Tauhid kepada seluruh umat manusia.
Abbas Mahmud al-Aqqod dalam kitabnya “Abqoriyat Muhammad” menjelaskan:
“Ada empat tipe manusia yaitu 1.Pemikir 2.pekerja 3.Seniman dan 4.Yang jiwanya selalu larut dalam ibadah.
Jarang ditemukan satu pribadi yang berkumpul dalam dirinya dan dalam tingkat yang tinggi dua dari keempat kecenderungan atau tipe tersebut, dan mustahil keempatnya berkumpul dalam diri seseorang.
Namun yang mempelajari pribadi Nabi Muhammad saw akan menemukan bahwa keempatnya bergabung dalam peringkatnya yang tertinggi pada kepribadian beliau saw.”
Al-Qur’an telah menegaskan kemanusiaan Nabi Muhammad saw, diberbagai tempat dan Alloh memerintahkan menyampaikan hal itu kepada manusia dalam berbagai surat, antara lain:
قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا
Katakanlah, “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rosul .?” (QS. Al-Isro’ [17]: 93).
Ayat di atas menunjukkan bahwa beliau saw adalah manusia seperti manusia-manusia lainnya, tetapi dari segi risalah dan hidayah-Nya, maka beliau adalah cahaya Alloh dan pelita yang amat terang.
Alloh swt menyatakan hal itu dan berbicara kepada Nabi saw.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ فَضْلا كَبِيرًا
“Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan.
Untuk menjadi penyeru pada agama Alloh dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi.
Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang Mukmin, bahwa sesungguhnya, bagi mereka karunia yang besar dari Alloh.” (QS. Al-Ahzab [33]: 45-47).
Alloh swt berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ
“…Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Alloh, dan Kitab yang menerangkan.” (QS. Al-Maidah [5]: 15).
“Cahaya” dalam ayat ini adalah Rosululloh saw, sebagaimana al-Qur’an yang diturunkan kepada beliau saw adalah juga cahaya.
Alloh swt berfirman:
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul-Nya serta cahanya -al-Qur’an- yang telah Kami turunkan, dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
At-Taghobun [64]: 8).
Alloh swt juga menentukan tugasnya kepada Nabi Muhammad saw:
لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
“… Supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang…” (QS. Ibrohim [14]: 1).
هَذَا بَلاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
“-al-Qur’an- Ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya dan supaya mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan agar -Ulul-Albab- orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” – (QS. Ibrohim [14]: 52).
Nabi Muhammad saw. menegaskan ma’na kemanusiaannya dan penghambaannya
terhadap Alloh, dan mengajarkan agar seluruh umatnya mengikuti kebiasaan-kebiasaan beliau saw yang telah diwahyukan oleh Alloh swt.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku; bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Maha Esa.
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS Al-Kahfi [18]:110).

Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad saw merupakan pribadi manusia sempurna yang patut menjadi Uswatun Hasanah bagi seluruh umat manusia.
Sebutan “Manusia Sempurna” sering disalah artikan oleh sebagian besar umat Islam, yakni Manusia sempurna adalah sosok manusia yang serba bisa, serba tahu, serba baik dan lain sebagainya.
Padahal jika kita kaji dan renungkan kembali hakikat dari istilah “Sempurna” itu, mempunyai unsur keseimbangan, kesepadanan, kesesuaian dan keharmonisan dalam hal apapun.
Demikian dengan kita, diharapkan ketika dapat menyesuaikan diri dengan Nabi Muhammad, akan terjadi keserasian hubungan, maka akan menjadilah kita “Manusia Sempurna”.
Dalam kajian Tauhid, kesempurnaan yang paling sempurna pada hakikatnya adalah Alloh swt itu sendiri. Apa yang diciptakan Alloh di alam semesta ini merupakan ciptaan yang Maha Sempurna dan tidak ada yang sia-sia, sesuai dengan firman-Nya:
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah, sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang .?” (QS. Al-Mulk [67]:3).
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya -dan tentu tidak juga Kami menciptakan kamu semua- sia-sia tanpa hikmah, yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir.
-dan karenanya mereka berkata bahwa hidup akan berahir di dunia ini, tidak akan ada perhitungan, juga tidak ada sorga dan neraka-, maka celakalah orang-orang kafir -akibat dugaannya- itu, karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Shod [38]:27).
“Dan Kami tidak menciptaka langit dan bumi, dan segala apa yang ada diantara keduanya dengan main-main.” (QS. Ad-Dukhon [44]:38).
Alloh swt menciptakan langit dan bumi juga segala yang ada diantara keduanya dengan tata aturan yang demikian rapi, indah serta harmonis, ini menunjukkan bahwa Alloh tidak bermain-main, tidak menciptakannya secara sia-sia tanpa arah dan tujuan yang benar.
Karena hal itu bukan permainan, bukan juga tanpa tujuan, maka pasti Alloh Yang Maha Kuasa ini membedakan antara yang berbuat baik dan buruk, lalu memberi ganjaran balasan sesuai amal perbuatan masing-masing.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“…Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imron [3]:191).
Berdasarkan firman tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa apa yang terjadi dan apa yang dicipta di alam semesta ini adalah suatu kesempurna’an, baik sifat maupun bentuknya.
Misalnya seperti : baik-buruk, indah-jelek, terpuji-tercela, siang-malam, panas-dingin, panjang-pendek, siang-malam, pria-wanita, besar-kecil dan sebagainya.
Jadi suatu kesempurna’an adalah satu keseimbangan dan keharmonisan antara dua sifat atau unsur yang bertolak belakang, sebab apabila hanya ada satu sifat saja atau ada baik saja, atau ada siang saja, atau ada dingin saja, hal itu bukanlah suatu yang dapat disebut sempurna.
Nabi Muhammad saw, adalah sosok yang sangat sederhana dan sempurna, sehingga siapapun dan dari kalangan manapun akan mampu mencontoh setiap gerak dan diam beliau saw, karena beliau memang diciptaka sebagai teladan.
Bila yang meneladaninya dengan niat mengikuti beliau saw, maka niat meneladinya itu mendapat ganjaran dari Alloh swt.

Di dalam Al Qur’an, Alloh swt telah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw adalah contoh yang paling baik bagi ummat manusia pada saat ia masih hidup di atas dunia, yang menghendaki perjumpaan dengan Alloh swt kelak di hari akhir .. Hal ini sesuai dengan firman Alloh swt:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu, pada diri Rosululloh -Nabi Muhammad- itu suri tauladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang-orang yang senantiasa mengharapkan -rohmat kasih sayang- Alloh dan kebahagiaan Hari akhir dan berdzikir kepada Alloh sebanyak-banyaknya -baik dalam keadaan susah maupun senang-” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Ayat ini berbicara tentang `uswah` yang dirangkai dengan kata `Rosululloh`
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu, pada diri Rosululloh”.
Tidak mudah memisahkan atau memilah, mana pekerjaan mana ucapan yang bersumber dari kedudukan beliau sebagai Rosul dan mana pula kedudukan-kedudukan lainya .. misalanya sebagai pemimpin ummat, lingkungan, keluarga atau sebagai suami dari istri-istrinya dan ayah bagi anak-anaknya .. Maka timbul pertanya’an ..!

Jika kepribadian Nabi Muhammad saw secara totalitasnya adalah teladan .. maka pakah itu berarti bahwa segala sesuatu yang bersumber dari pribadi yang baik, benar dan lurus ini -diucapkan atau diperagakan- wajar diteladani mencakup dalam perinciannya-perinciannya ..?
Jawabannya .. Selaku pribadi, hal ini dapat dibagi dalam dua kategori.
Pertama, kekhususan-kekhususan beliau saw yang tidak boleh dan atau tidak harus diteladani, karena kekhususan tersebut berkaitan dengan fungsi beliau sebagai seorang Rosul.
Misalnya kebolehan menghimpun lebih dari empat orang istri dalam saat yang sama, atau kewajiban sholat malam, atau larangan menerima zakat dan lain-lain.
Kedua, sebagai manusia biasa -terlepas dari kerosulannya- segala sesuatu yang bersumber dari pribadi beliau saw – dari setiap gerak dan diamnya- wajar diteladani mencakup dalam perinciannya-perinciannya. Hal ini menunjukkan bahwa yang demikian dapat diikuti “mana yang kamu dapat mengikuti maka lakukanlah.” karena semua adalah Uswatun Hasanah -contoh yang paling baik-. Bila mengikutinya dengan meneladani Nabi Muhammad maka niat mengikutinya itu mendapat ganjaran dari Alloh swt.

DI DALAM DIRI MANUSIA ADA DIRI NABI MUHAMMAD SAW
Alloh swt berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam dirimu ada Rosululloh …” (QS. Al-Hujurot [49]:7).
Ayat ini bertujuan mendorong manusia untuk mawas diri dengan mengamati keagungan Rosul dan amal-amal beliau yang harus di tanam dalam hati dan diperagakan dalam kehidupnya dari waktu ke waktu, diantaranya yang memberi manfaat berupa rohmat kepada semua makhluk Alloh swt.
Alloh yang memiliki rohmat ta’terbatas, menjadikan Rosul “rohmatan lil’alamin” dan dalam diri manusia ada Rosul, ya’ni -unsur Muhammad ada dalam diri kita- maka sudah menjadi kelaziman bagi kita untuk memberikan rohmat itu kepada ummat Muhammad, khususnya saudara muslim kita .. karena “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya -sesama muslim- seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Alloh swt berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah -wahai Nabi Muhammad- :
“Jika kamu benar-benar mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali Imron [3]:31).
Nabi Muhammad saw adalah suatu anasir Yang Bersifat Terpuji, yang telah dimiliki oleh setiap manusia tanpa kecuali. Tetapi tidak semua umat manusia yang menyadari keberadaan anasir tersebut, apalagi menumbuhkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Sehingga tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang mengaku umat Nabi Muhammad saw atau umat yang sangat terpuji, justru banyak melakukan perbuatan tercela. Hal ini diakibatkan karena mereka belum dapat meneyerap Muhammad dalam arti nilai-nilai keterpujian dalam dirinya, di setiap aktivitas hidupnya dalam bermasyarakat. Padahal setiap harinya mereka selalu mengatakan : “Aku telah menyaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Alloh dan aku telah menyaksikan bahwa Muhammad adalah Utusan Alloh”.
Sesungguhnya kalimat Syahadat tersebut mempunyai ma’na yang sangat dalam sekali, yaitu “saksinya seorang pesaksi yang menyaksikan kepada siapa dia bersaksi.” Secara hakikat, ma’na simbolis dari “wa asyhadu anna Muhammad Rosululloh” adalah sebuah pengakuan bahwa setiap diri telah ditempati oleh anasir Terpuji yaitu Nur Muhammad, yang harus diimani dan diikuti sesuai dengan yang di firmankan Alloh swt :

NABI MUHAMMAD SAW ADALAH “AYAH” YANG SANGAT CINTA KEPADA ANAK-ANAKNYA
Alloh swt berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki -dewasa- di antara kamu tetapi dia adalah Rosululloh -bapak ummat yang membimbing mereka dan yang harus di agungkan serta dihormati- dan penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Alloh Maha Mengetahui segalanya.” (QS. Al-Ahzab [33]:40).
Ayat diatas menyebut “laki-laki” akan tetapi disusul dengan kalimat “Rosululloh” tidak lain untuk mengisyaratkan bahwa bukan berarti hubungan dengan wanita terputus. Nabi Muhammad saw, buat mereka adalah bapak ruhani, pembimbing, pemberi petunjuk, pelindung, dan penanggung jawab, dan pastinya beliau pula yang paling wajar mendapat penghormatan dan keta’atan dari anak-anaknya. Sungguh kasih sayangnya kepada ummat melebihi cinta dan kasih sayang orang tua kandung.
Ayat diatas merupakan penyempurnaan dan ketinggian beliau saw, sekaligus sebagai isyarat bahwa ketiadaan anak-anak beliau saw, merupakan hikmah yang telah ditetapkan Alloh swt, ya’ni agar beliau menjadi bapak teladan bagi ummatnya yang betakwa.
Siapakah yang lebih mencintai kita dari Alloh dan Rosul-Nya .. siapakah yang lebih menginginkan kebaikan untuk kita yang baginya sangat berat dan menderita demi menanggung kita ..
Demi Alloh .. hanyalah Rosululloh saw tercinta .. tidak ada yang beliau saw harapkan kecuali kebaikan bagi umatnya ..
Dan tidak ada yang beliau hiraukan kecuali keselamatan kita di dunia dan akhirat ..
Dikala malaikat maut menjemputnya bukan harta atau keluarga yang membuat gundah hati dan fikirannya .. tetapi kita ummatnya .. manusia-manusia yang tidak pernah dijumpainya ..
Lalu apakah gerangan yang ia risaukan dari diri kita .. Apakah kekurangan harta .. atau  pula derita dunia .. bukan, bukan itu .. akan tetapi ketersesatan dan fitnah di dalam agama yang beliau saw risaukan dan beliau pun memberikan solusinya bagi kita ..
sehingga pada suatu saat beliau bersabda:
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara apabila kalian berpegang teguh pada keduanya niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya .. Kitab Alloh dan sunah Rosul-Nya.”
Tidak ada yang beliau saw inginkan dari kita sebagai ummatnya kecuali agar kita selalu berpegang dengan sunahnya yang disucikan ..
Bukan untuk kebahagiaannya .. bukan pula untuk keselamatannya .. tidak sepeserpun uang yang beliau saw minta dari kita karena harta dunia terlalu remeh baginya ..
Yang beliau inginkan hanyalah keselamatan dan kebahagian kita semua sebagai ummatnya .. lalu masihkah kita ragu untuk mengikuti jejaknya ..?
Beliau saw bersabda :
“Aku bagaikan seorang yang menyalakan api, setelah menyala menerangi sekeliling, laron mengitarinya dan terjerumus ke dalam api itu .. Kalian seperti itu, tetapi aku menghalangi kalian terjerumus ke api, tetapi sebagian kalian terjerumus juga.”
Beliau juga bersabda :
“Aku memegang ikat pinggang kalian, tetapi sebagian kalian terlepas dari pinggangku.”
Demikian Rosul saw mengilustrasikan diri beliau sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim melalui Abu Huroiroh ra.
Kalaulah beliau saw bersikap tegas agar mematuhi hukum-hukumnya, atau ada tuntunan yang sepintas terlihat sangat berat, maka ini tidak lain hanya untuk kemaslahatan ummatnya jua.
Sebenarnya hati beliau saw lebih dahulu teriris-iris melihat kesulitan dan penderitaan yang kita alami ..
Alloh swt berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Demi -kebesaran dan keagungan Tuhan- sesungguhnya telah datang kepada kamu -wahai seluruh manusia- seorang Rosul -pesuruh Alloh- dari diri kamu sendiri -yang mengenal kamu dan kamu mengenal dia, sangat- berat terasa olehnya apa yang telah menderitakan kamu -baik lahir maupun batin-,
Sangat menginginkan -keselamatan, kebaikan bahkan segala sesuatu yang membahagiakan- bagi kamu semua, baik mukmin maupun kafir , dan- terhadap orang mukmin amat belas kasih lagi penyayang -buat mereka yang diharapkan suatu ketika akan beriman, bahkan kepada seluruh alam.
Jika mereka -memaksakan diri menentang fitrah mereka, sehingga- berpaling lagi enggan mengikuti tuntunanmu wahai Nabi Muhammad- maka katakanlah kepada mereka dan kepada selain mereka, sambil bermohon kepada Alloh-:
“Cukuplah -untuk segala urusanku- Alloh -Yang Maha Kuasa- bagiku.
-Dan yang akan membela dan menganugrahkan kepadaku kebutuhan dan harapanku-.
Tidak ada Tuhan yang menguasai alam raya, tumpuan semua makhluk serta wajib disembah- selain Dia.
Hanya kepada-Nya -bukan kepada yang selain-Nya- aku bertawakkal -berserah diri setelah aku berusaha sekuat kemampuanku-.
dan Dia adalah Tuhan Pemilik -Pencipta dan pengatur- ‘Arsy yang agung.”
(QS. At-Taubah [9]: 128-129).
Kata ANFUSAKUM memberi kesan bahwa Rosul adalah sejiwa dengan kamu, mengetahui detak-detik jantung kamu .. merasakan getaran jiwamu serta menyukai kamu sebagaimana apa yang disukainya ..
Demikian kesan yang terkandung dalam kalimat “seorang Rosul dari diri kamu sendiri” .. keberadaan Nabi Muhammad saw begitu dekat hadir dalam jiwa kamu ya’ni anak-anaknya, hususnya yang istiqomah meneruskan perjuangan beliau saw, merohmati kaum yang beriman.
Hal ini sejalan dengan fitrah kejadian manusia. Alloh swt berfirman:
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ
“-Dialah- Yang membuat sebaik baiknya segala sesuatu yang Dia ciptakan -sehingga semua berpotensi berfungsi sebaik mungkin sesuai dengan tujuan penciptaan-.
Dan Dia telah memulai penciptaan manusia -Adam as- dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari -sedikit- saripati air mani yang diremehkan -lemah tidak berdaya karena sedikitnya bila dilihat kadarnya atau menjijikkan bila dipandang-.
Kemudian -yang lebih hebat dari itu- Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam -tubuh-nya, ruh -dari-Nya,
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran -agar kamu dapat mendengar kebenaran-, dan penglihatan -agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran-Nya- dan hati -agar kamu dapat berfikir dan beriman-, -tetapi- sedikit sekali kamu bersyukur.
Namun banyak diantara kamu yang kufur, tidak memfungsikan anugrah-anugrah itu sebagaimana yang Alloh kehedaki, tetapi memfungsikannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya-.” – (QS. As-Sajadah[32]:7-9).
Kata AHSAN berarti membuat sesuatu menjadi baik .. Kebaikan sesuatu itu diukur pada potensi dan kesiapannya secara sempurna mengemban fungsi yang dituntut dari sesuatu itu .. contoh :
Pisau yang baik adalah yang tajam, karena dia diciptakan untuk memotong .. Kursi yang baik adalah yang dapat diduduki dengan nyaman .. kendaraan yang baik adalah yang dapat mengantar pada tujuan .. Demikian seterusnya.
Ayat diatas menyatakan bahwa Alloh swt, telah menciptakan semua ciptaan-Nya dalam keadaan baik .. diciptakan-Nya secara sempurna agar masing-masing dapat berfungsi sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Malaikat diciptakan Alloh swt sebagai makhluk sempurna untuk tugas-tugas yang seharusnya mereka emban.
Masing-masing binatang telah diciptakan Alloh swt dengan sempurna untuk tujuan penciptaannya .. ada yang dapat dimakan, ada juga yang tidak .. ada yang jinak ada pula yang liar dan buas .. ada pula yang untuk keindahan dan hiburan,
Semua diciptakan sebaik-baiknya dan sempurna.
Manusia dan jin pun demikian .. hanya saja untuk makhluk mukallaf ini, Alloh swt memberi mereka tugas, dengan potensi sempurna untuk menyukseskan tugas masing-masing .. tetapi dalam saat yang sama, mereka diuji .. dan untuk ujian itu mereka pun diberi potensi, sehingga pada akhirnya manusia dan jin berpotensi untuk menjadi baik dan buruk.
Manusia dan jin yang mengabaikan potensi baiknya dan mengikuti potensi buruk, akan gagal dalam ujian dan itulah yang menjadi setan .. Sebaliknya adalah manusia yang ahsan yang berhasil lulus dalam ujian.
Demikian Alloh swt menciptakan semua makhluk dalam keadaan sempurna sesuai dengan tujuan dan fungsi yang diembannya.
Dengan demikian tidaklah benar jika dikatakan bahwa manusia adalah makluk yang paling sempurna sebelum ia menjadi pemberi rohmat kepada makhluk-makhluk Alloh swt.
Semua makhluk-Nya sempurna, manusia adalah makhluk yang ditundukkan kepadanya alam raya, sebagai sarana untuk mengemban tugasnya.
Manusia telah dimuliakan Alloh swt, tetapi bukan makhluk manusia ini yang termulia .. dalam kontek ini Alloh swt berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
“Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, dan Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan dari siapa yang telah kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” – (QS. Al-Isro’ [17]:70).
Perhatikan ayat ini, tidak menyatakan: “melebihkan atas semua” tetapi “melibihkan atas kebanyakan” artinya manusia tertentu dari kebanyakan manusia yang di lebihkan oleh Alloh dengan sempurna.
Kata MIN RUCHIHI dari ruh-Nya, ya’ni ruh Alloh. ini bukan berarti ada “bagian” ruh Ilahi yang dianugrahkan kepada manusia .. karena Alloh tidak terbagi, tidak juga terdiri unsur-unsur .. DIA adalah SHOMAD Esa/Tunggal, tidak terbagi dan tidak berbilang .. yang dimaksud adalah ruh ciptaan-Nya .. Penisbahan ruh itu kepada Alloh adalah penisbahan PEMULIAAN DAN PENGHORMATAN ayat ini bagaikan berkata: “Dia meniupkan kedalam tubuh manusia, ruh yang mulia dan terhormat dari ciptaan-Nya”
“Manusia terdiri dari tanah dan ruh Ilahi”
Karena tanah, manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam .. sama halnya dengan makhluk-makhluk hidup di bumi lainnya .. ia butuh makan, minum, tidur, jaga, hubungan sex dll.
Dengan ruh, ia meningkat dari dimensi kebutuhan tanah itu .. walupun ia tidak dapat bahkan tidak boleh melepaskannya, karena tanah adalah bagian dari substansi kejadiannya .. Ruh pun memiliki kebutuhan-kebutuhan, agar dapat terus menghiasi manusia.
Dengan ruh manusia diantar menuju tujuan non materi yang tidak dapat diukur di laboratorium, tidak juga dikenal oleh alam materi .. dimensi spiritual inilah yang mengantar manusia untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan dll.
Itulah yang mengantar manusia menuju suatu realitas Yang Maha Sempurna, tanpa cacat, tanpa batas, dan tanpa akhir.
“Sesungguhnya kepada Tuhanmu lah kembalinya segala sesuatu.” (QS.96:8).
“Hai manusia sesungguhnya engkau bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti engkau akan menemui-Nya.” (QS.84:6).
Demikian manusia yang diciptakan Alloh swt, disempurnakan ciptaan-Nya dan dihembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya.
Dengan gabungan unsur kejadiannya itu, manusia akan berada dalam satu alam yang hidup dan berma’na, yang dimensinya melebar keluar melampaui dimensi tanah dan dimensi matreal.
NABI MUHAMMAD SAW ROHMAT SEMESTA ALAM RAYA
Alloh swt berfirman:
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu -wahai Nabi Muhammad- melainkan untuk -menjadi- rohmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107).
Ayat ini sangat singkat, tetapi mengandung ma’na yang sangat luas.
Hanya dengan 5 -lima- kata .. Terdiri dari 25 -dua puluh lima- huruf.
Ayat ini menyebut 4 -empat- hal pokok :
1. Rosul -utusan Alloh- dalam hal ini Nabi Muhammad saw.
2. Yang mengutus Nabi Muhammad saw, dalam hal ini Alloh swt.
3. Yang diutus kepada mereka -al-’alamin-.
4. Risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, ya’ni “rohmat” yang sifatnya sangat besar.
Nabi Muhammad saw adalah rohmat .. bukan saja kedatangan beliau membawa ajaran agama, tetapi sosok dan kepribadian beliau adalah cerminan rohmat ALLOH yang bersifat AR-ROHMAN dan ARROHIM yang dianugerahkan Alloh swt kepada beliau saw.
Ayat ini tidak menyatakan bahwa:
“Kami tidak mengutus engkau untuk membawa rohmat, tetapi sebaga rohmat atau angkau menjadi rohmat bagi seluruh alam”
Firman Alloh swt dalam surat Ali Imron 159
“Maka disebabkan rohmat dari Alloh-lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka.”
Penggalan ayat ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa Alloh swt sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw.
Sebagaimana sabda beliau saw:
“Aku dididik oleh Tuhanku, maka sungguh baik hasil pendidikan-Nya.”
Kepribadian Nabi Muhammad saw dibentuk sehingga bukan hanya pengetahuan yang Alloh limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu al-Qur’an, tetapi juga hati beliau disinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan rohmat bagi seluruh alam.
Sebagaimana pengakuan beliau saw adalah “rohmatun-muhdab” -rohmat yang dihadiahkan oleh Alloh kepada seluruh alam-.
Pemnbentukan kepribadian Nabi Muhammad saw, menjadikan sikap, ucapan, perbuatan, gerak dan diam, bahkan seluruh totalitas beliau adalah rohmat, bertujuan mempersamakan totalitas beliau dengan ajaran islam yang beliau sampaikan, karena itu pula Nabi Muhammad adalah penjelmaan konkret dari akhlak al-Qur’an sebagaimana dilukiskan oleh Sayyidah ‘Aisyah ra.
Kata “alam” dalam arti kumpulan sejenis makhluk Alloh yang hidup, baik hidup sempurna maupun terbatas .. Jadi ada alam manusia, alam malaikat, alam jin, alam hewan, alam tumbuhan dan bintang-bintang -planet-. Semua itu memperoleh rohmat dengan kehadiran Nabi Muhammad saw.
Dengan rohmat itu terpenuhilah hajat batin manusia untuk meraih ketenangan, ketentraman, serta pengakuan atas wujud, hak, bakat dan fitrahnya, sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan besar, menyangkut bimbingan, perlindungan dan pengawasan serta saling pengertian dan penghormatan.
Jangankan manusia .. binatang dan tumbuhan pun memperoleh rohmat beliau saw.
Sebelum bangsa Eropa mengenal organesasi pecinta binatang, Nabi Muhammad saw telah mengajarkan perlunya mengasihi binatang.
Banyak sekali pesan beliau saw, menyagkut hal ini, dimulai dari perintah mengasah pisau terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menyembeleh -HR Muslim-.
Beliau saw juga memperingatkan bahwa ada seorang wanita masuk neraka karena mengurung seekor kucing hingga akhirnya mati tanpa memberinya makan, dan tidak pula melepaskannya untuk mencari makan sendiri. -HR Bukhori Muslim-.
Dalam ajaran Nabi Muhammad saw sebagai Rohmat itu, terlarang memetik bunga sebelum mekar, atau buah sebelum matang, karena tugas manusia adalah mengantar semua makhluk menuju tujuan penciptaan. .. … …. ….. …… ……. …….. ………
Kembang diciptakan antara lain agar mekar sehingga lebah datang menghisap sarinya dan mata menjadi senang memandangnya, disamping lebah menghasilkan madu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan perkembangan pengobatan.
Bahkan benda-benda tak bernyawa pun mendapat kasih sayang beliau saw. Antara lain terlihat ketika beliau memnberi nama-nama bagi benda-benda husus beliau.
Pedang beliau saw diberi nama : dzul-fiqor
Perisai beliau saw diberi nama : dzul-fadhul
Pelana beliau saw diberi nama : ad-daj
Tikar beliau saw diberi nama : al-kuz
Cermin beliau saw diberi nama : al-midallah
Gelas minum beliau saw diberi nama : al-mamsyuk, dan lain-lain.
itu semua untuk mengesankan bahwa benda-benda tak bernyawa itu bagaikan memiliki kepribadian yang juga membutuhkan rohmat kasih sayang dan persahabatan.
TUGAS “ANAK” SEBAGAI PENERUS NABI MUHAMMAD SAW DENGAN MEMBERI ROHMAT KASIH SAYANG KEPADA SAUDARA MUKMIN
Alloh swt berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
“Dan HAMBA-HAMBA ARROHMAN yang baik itu, -ialah- orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan lemah-lembut -dan rendah hati-.
Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, MEREKA MENGUCAPKAN SALAM -kata-kata yang mengandung keselamatan-.”
– (QS.25:63).
Mereka yang disifati sebagai hamba-hamba ar-Rohman adalah yang ta’at dan dipilih Alloh swt, yaitu yang ikhlas dan sabar serta berdzikir dan bersyukur dengan memberikan rohmat kasih sayang kepada saudara mukmin.
Salah satu dari sifat kelemah-lembutan dan kerendahan hati mereka adalah terhadap orang-orang jahil. “dan apabila ornag-orang jahil menyapa mereka” dengan sapaan tidak wajar atau yang mengandung amarah atau yang membuat sakit hati, “mereka berucap salam” ya’ni mereka membiarkan dan meninggalkannya, bahkan mereka berdo’a untuk keselamatan semua pihak.
Menurut Hujjatul-islam al-Ghozali:
Buah yang dihasilkan oleh peneladanan sifat ar-Rohman pada diri seseorang akan menjadikannya memercikkan rohmat dan kasih sayang kepada hamba-hamba Alloh yang lengah, dan ini mengantarnya mengalihkan mereka dari jalan kelengahan menuju Alloh secara lemah lembut, tidak dengan kekerasan.
Dia akan memandang orang-orang berdosa dengan pandangan kasih sayang -rohmat- serta menilai setiap kedurhakaan yang terjadi di alam raya bagaikan kedurhakaan terhadap dirinya, sehingga dia dalam pertaubatannya tidak menyisihkan sedikit pun upaya memohonkan ampunan bagi orang lain seperti bagi dirinya sendiri.
“Mereka itulah orang-orang yang akan dibalas dengan martabat yang sangat tinggi karena kesabaran mereka” – (QS.25:75).
Seseorang yang menghayati bahwa Alloh adalah ar-Rohman -pemberi rohmat kepada makhluk-makhluk-Nya dalam kehidupan dunia- dan ar-Rohim -pemberi rohmat kepada makhluk-makhluk-Nya dalam kehidupan akhirat- akan berusaha memantapkan dirinya sifat rohmat dan kasih sayang sehingga menjadi ciri kepribadiannya.
Dia tidak akan ragu atau segan mencurahkan rohmat kasih sayang itu kepada sesama manusia tanpa membedakan suku, bangsa, ras maupun tingkat keimanan, dengan memberi rohmat kasih sayang, baik yang hidup maupun yang mati.
Dia akan menjadi bagai matahari yang tidak kikir atau bosan memancarkan cahaya dan kehangatannya, kepada siapapun dan dimanapun.
Kata SALAMAN terambil dari akar kata SALIMA yang ma’nanya berkisar pada KESELAMATAN dan keterhindaran dari segala yang tercela.
Keselamatan adalah batas antara keharmonisan, kedekatan dengan perpisahan serta rohmat dengan siksaan.
Ciri sifat kepribadian mereka yang kedua adalah:
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
“Dan orang-orang yang -penuh rohmat juga mereka yang senantiasa- memasuki malam hari -beribadah secara tulus-, demi untuk Tuhan -pemelihara- mereka -tanpa pamrih- dalam bersujud dan berdiri -sholat-.” – (QS.25:64).
Ayat diatas menyatakan betapa pentingnya mendekatkan diri kepada Alloh swt dengan melakukan sholat malam, dalam satu riwayat dinyatakan bahwa siapa yang sholat sunnah dua roka’at setelah sholat isya’, maka telah dapat dinilai melaksanakan kandungan ayat ini.
Quraisy Syihab mengatakan bahwa, sifat pertama yang disandang oleh hamba-hamba Alloh itu yang disebut oleh ayat 63 adalah sifat mereka yang berkaitan dengan makhluk, sedang di ayat 64 ini adalah yang berkaitan dengan al-Kholiq. Ini mengisyaratkan pentingnya interaksi antar sesama makhluk serta pelunya mendahulukan kepentingan mereka dari pada ketaatan kepada Alloh yang bersifat sunnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar