Sabtu, 20 Desember 2014

Ketika nabi di tanya tentang orang tuanya

Pada suatu hari seseorang bertanya kepada القاضي ابو بكر ابن العربي ada seseorang lelaki yang mengatakan
Ayah nabi di dalam neraka...
Beliau menjawab lelaki itu ملعون dilaknat oleh allah, Kerna Allah berfirman ;

إن الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله ف الدنيا والآخرة و أعد لهم عذابا مهينا


Artinya: orang orang yang menyakiti Allah dan RasulNya meng laknat oleh Allah di dalam dunia dan akhirat
Dan Allah berjanji kepada mereka akan azab yg hina..
 

Dan tidak ada kepedihan yang lebih besar selain mengatakan ayahnya di dalam neraka
Bagai mana tidak padahal sungguh diriwayatkan oleh


 ابن منده وغيره عن أبي هريرة رضي الله عنه قال


Datang lah Sabi'ah binti Abu Lahab

 سبيعة بنت أبي لهب


kepada Rasulullah saw lalu dia berkata
 

"Ya rasul manusia berkata : bahwa sungguh engkau itu anak dari pada ahli neraka. Maka beliau berdiri
Dan beliau marah dan beliau berkata ; barang siapa yg menyakiti ku maka dia telah menyakiti Allah... "
 


Kaloe benar para wahabisme meng iktikad orang tua nabi masuk neraka Maka mereka telah menentang
Ayat-ayat Allah di dalam surat Al Ahzab


Mari renungkan hadits yang bertentangan dari hadits yang disampaikan Mykaana yang dijadikan alasan "pengkafiran" orang tua Nabi sehingga "masuk kedalam neraka"..
#pantaskah kita "mengkafirkan" ortu Nabi saw.,sedangkan Rasul saw MARAH ketika leluhurnya
dicap jahiliyah..
 

Imam Ath-Thobari menyebutkan hadits berikut yang telah ditakhrij oleh Abu Ali bin Syadzan dan juga terdapat dalam Musnad Al-Bazzar dari Ibu Abbas Ra, beliau berkata :
 

ﺩﺧﻞ ﻧﺎﺱ ﻣﻦ ﻗﺮﻳﺶ ﻋﻠﻰ ﺻﻔﻴﺔ ﺑﻨﺖ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ ﻓﺠﻌﻠﻮﺍ ﻳﺘﻔﺎﺧﺮﻭﻥ

ﻭﻳﺬﻛﺮﻭﻥ ﺍﻟﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ﻓﻘﺎﻟﺖ ﺻﻔﻴﺔ ﻣﻨﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ

ﺗﻨﺒﺖ ﺍﻟﻨﺨﻠﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﺍﻟﻜﺒﺎ ﻓﺬﻛﺮﺕ ﺫﻟﻚ ﺻﻔﻴﺔ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ

ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻐﻀﺐ ﻭﺃﻣﺮ ﺑﻼﻻ ﻓﻨﺎﺩﻯ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻘﺎﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﺒﺮ

ﻓﻘﺎﻝ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺃﻧﺎ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺃﻧﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺴﺒﻮﻧﻲ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ

ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ ﻗﺎﻝ ﻓﻤﺎ ﺑﺎﻝ ﺃﻗﻮﺍﻡ ﻳﻨﺰﻟﻮﻥ ﺃﺻﻠﻲ ﻓﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ

ﻷﻓﻀﻠﻬﻢ ﺃﺻﻼ ﻭﺧﻴﺮﻫﻢ ﻣﻮﺿﻌﺎ .

ﺩﺧﻞ ﻧﺎﺱ ﻣﻦ ﻗﺮﻳﺶ ﻋﻠﻰ ﺻﻔﻴﺔ ﺑﻨﺖ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ ﻓﺠﻌﻠﻮﺍ ﻳﺘﻔﺎﺧﺮﻭﻥ ﻭﻳﺬﻛﺮﻭﻥ ﺍﻟﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ﻓﻘﺎﻟﺖ ﺻﻔﻴﺔ ﻣﻨﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ﺗﻨﺒﺖ ﺍﻟﻨﺨﻠﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﺍﻟﻜﺒﺎ ﻓﺬﻛﺮﺕ ﺫﻟﻚ ﺻﻔﻴﺔ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻐﻀﺐ ﻭﺃﻣﺮ ﺑﻼﻻ ﻓﻨﺎﺩﻯ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻘﺎﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﺒﺮ ﻓﻘﺎﻝ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺃﻧﺎ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺃﻧﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺴﺒﻮﻧﻲ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ ﻗﺎﻝ ﻓﻤﺎ ﺑﺎﻝ ﺃﻗﻮﺍﻡ ﻳﻨﺰﻟﻮﻥ ﺃﺻﻠﻲ ﻓﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ ﻷﻓﻀﻠﻬﻢ ﺃﺻﻼ ﻭﺧﻴﺮﻫﻢ ﻣﻮﺿﻌﺎ

“ Beberapa orang dari Quraisy datang kepada Shofiyyah binti Abdil Muththalib, lalu mereka saling membangga-banggakan diri dan menyebutkan perihal jahiliyyah. Maka Shofiyyah berkata “ Dari kalangan kami lahir Rasulullah Saw “,lalu mereka menjawab “ Kurma atau pohon tumbuh di tempat kotor “. Kemudian Shofiyyah mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw marah dan memerintahkan Bilal berseru pada orang-orang untuk berkumpul, lalu Rasulullah Saw berdiri di atas mimbar dan bersabda “ Wahai manusia, siapakah aku ? mereka menjawab“ Engkau adalah utusan Allah. Kemudian Rasulullah bersabda lagi “ Sebutkanlah nasabku ! Mereka menjawab “ Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib “, maka Rasulullah Saw bersabda “ Ada apa satu kaum merendahkan nenek moyangku,
Maka demi Allah sesungguhnya nenek moyangku seutama-utamanya nenenk moyang dan sebaik-baik tempat (kelahiran).

Kita jauhkan sifat "memvonis" yang dapat menjadikan kita "kufri" terhadap apa yang kita voniskan.
Di dalam alqur'anulkarim dijelaskan..

 

ﻭَﻣَﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣُﻌَﺬِّﺑِﻲﻥَ ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﺒْﻌَﺚَ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ

“dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
 

Kedua orang tua Nabi wafat pada masa fatroh (kekosongan dari
seorang Nabi/Rosul). Berarti keduanya dinyatakan selamat. (ini jawaban paling aman).


  • عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأُمِّي فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي


    Dari Abi Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam : ”Sesungguhnya aku telah memohon ijin Rabb-ku untuk memintakan ampun ibuku, dan Ia tidak mengijinkanku. Namun Ia mengijinkan aku untuk menziarahi kuburnya” [HR. Muslim no. 976, Abu Dawud no. 3234, An-Nasa’i dalam Ash-Shughraa no. 2034, Ibnu Majah no. 1572, dan Ahmad no. 9686].
    Hadits tsb(yang anda sampaikan) diriwayatkan oleh Hammad.
    Bagaimana status Hammad sebagai perawi hadits?
    Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :


     “ ﺍِﻥَّ ﺍَﻋْﺮَﺍﺑِﻲﺍًّ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺮَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪ ﺍَﻳْﻦَ ﺍَﺑِﻲ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﻳْﻦَ ﺍَﺑُﻮْﻙَ ﻗَﺎﻝَ ﺣَﻴْﺜُﻤَﺎ ﻣَﺮَﺭْﺕَ ﺑِﻘَﺒْﺮِ ﻛَﺎﻓِﺮٍ ﻓَﺒَﺸِّّﺮْﻩُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺭِ ”

    Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah SAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka
    berilah kabar gembira dengan neraka “
     

    Riwayat di atas TANPA menyebutkan ayah Nabi di neraka.
    Ma’mar dan Baihaqi disepakati oleh ahli hadits lebih kuat dari
    Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan dari riwayat Hammad.
    #walloohu A'lam bishshowab
 

Ummu Aiman



Siapakah Ummu Aiman ?
Ummu Aiman adalah seorang budak dari Abdullah (ayah Nabi) yang berketurunan Habasyah. Nama aslinya adalah “Barakah”. Dia dipanggil dengan Ummu Aiman karena beliau adalah ibu dari sahabat Aiman ra. yaitu salah satu sahabat yang mengikuti Rasulullah saw. dalam berbagai peristiwa besar.

Peranan Ummu Aiman ketika Muhammad masih kecil
Ketika Abdullah (ayah Nabi) selamat dari pembunuhan dengan tebusan 100 unta, Abdul Mutholib (kakek Nabi) menikahkannya dengan seorang wanita bangsawan Mekkah yaitu Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab.
Suatu ketika ditengah perjalanan pulang dari berdagang di negeri Syam, Abdullah meninggal dan dimakamkan di Madina, perkampungan pamannya bani Adi bin Najar. Ketika itu Muhammad masih dalam kandungan ibunya yakni Aminah.
Selang beberapa tahun, Aminah (ibu Nabi) berniat berziarah ke makam suaminya yaitu Abdullah bin Abdul Mutholib di Madinah yang berjarak 500 Km dari Mekkah. Bersama Abdul Mutholib, Ummu Aiman, dan Muhammad kecil, mereka berangkat menuju Madinah.

Setelah sebulan lebih tinggal di Madinah, Aminah memutuskan untuk kembali ke Mekkah. Dalam perjalanan pulang, Aminah sakit keras hingga meninggal di desa Abwa’, perkampungan antara Madinah dan Mekkah.
Ditengah suasana sedih dan kebingungan inilah Ummu Aiman langsung memutuskan untuk membawa Muhammad kecil kembali ke Madinah dan mengasuhnya bersama Abdul Mutholib (kakek Nabi) dengan penuh kasih sayang sebagai pengganti kedua orang tuanya.

Keberkahan Muhammad kecil
Abdul Mutholib yang merasa dirinya sudah tua, memanggil Abu Thalib (putranya) dan berpesan kepadanya untuk mengasuh Muhammad kecil dengan penuh kasih sayang.
Sejak Muhammad kecil dibawah asuhan Abu Thalib berbagai keberkahan datang di keluarganya. Oleh karenanya Abu Thalib beserta istrinya (Fatimah binti Asad) dan juga Ummu Aiman mengasuh dan menjaga muhammad dengan penuh kasih sayang.
 
Saatnya Kebahagiaan Ummu Aiman
Keberadaan Ummu Aiman disamping Rasulullah saw. mulai beliau masih ada di dalam kandungan hingga Rasulullah saw. wafat menjadikan Ummu Aiman sebagai ibu ke dua dari Rasulullah saw.
Ketika Rasulullah saw. menikah dengan Khadijah, beliau memerdekakan Ummu Aiman yang saat itu statusnya sebagi budak yang diwarisi dari Abdullah (ayah Nabi).
Setelah menjadi wanita merdeka, ia menikah dengan Ubaid bin Harits Al-Khazraji dan dari keduanya dikaruniai seorang putra yang bernama Aiman.
Ummu Aiman adalah salah seorang yang pertama kali masuk Islam. Sejak mendengar bahwa Muhammad membawa ajaran Islam, ia pun langsung mengikutinya. Hanya saja langkah baiknya tidak diikuti oleh suaminya yang akhirnya Ummu Aiman harus berpisah dengan suaminya.
Setelah berpisah dengan Ubaid bin Harits Al-Khazraji, Allah SWT. memulikannya dengan memberi suami dari kalangan orang Islam yang dapat membimbingnya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Zaid bin Haritsah.

Bersama Zaid bin Haritsah, Ummu aiman dikaruniai putra yang bernama Usamah bin Zaid. Zaid dan Usamah adalah orang-orang yang disayang Rasulullah saw. Karena begitu sayangnya Rasulullah kepada Usamah sampai-sampai para sahabat menyebut Usamah sebagai “Kesayangan Putra Kesayangan”.
Abdullah bin Umar ra. pernah berkata, “Nabi mengirim satu pasukan dan mengangkat Usamah bin Zaid sebagai pemimpinnya. Beberapa orang meremehkan kepemimpinannya. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Jika kalian meremehkan kepemimpinannya, berarti kalian meremehkan kepemimpinan ayahnya sebelum ini. Demi Allah, dia diciptakan untuk menjadi pemimpin. Dia adalah orang yang paling aku suka, dan anaknya ini adalah orang yang paling aku suka setelah ayahnya.” HR. Bukhari (2730) Muslim (2426)
Aisyah ra. berkata, “Rasulullah tidak mengirim Zaid bin Haritsah dalam suatu pasukan kecuali beliau menjadikannya pemimpin pasukan itu. Jika Zaid tetap tinggal di Madinah, maka Rasulullah menjadikannya sebagai penggantinya.” HR. Ahmad (6/254) Hakim (3/218)
Begitulah kemuliaan keluarga Ummu Aiman yang memiliki tempat tersendiri di hati Rasulullah saw.

Ummu Aiman di medan pertempuran
Meskipun usianya sudah tua, namun semangat untuk membela panji-panji Islam begitu besar dihatinya. Cita-citanya yang ingin melihat bendera Islam berkibar dengan gagah mengalahkan bendera-bendera kekafiran berusaha ia wujudkan dengan tetap ikut berjihad bersama Rasulullah.
Ketika perang Uhud terjadi Ummu Aiman bersama kaum wanita lainnya juga ikut ambil bagian untuk berjihad meskipun tidak dengan mengangkat senjata. Tugasnya sebagai tim kesehatan dan penyediaan makanan tidak kalah mulianya dengan mereka yang mengangkat senjata.
Di perang Uhud ini pula Ummu Aiman menorehkan tinta emas dalam sejarah, yaitu ketika pasukan panah kaum muslimin tidak menghiraukan perintah Rasulullah saw. untuk tetap bertahan diatas bukit Uhud yang berakibat terbunuhnya puluhan pasukan kaum Muslimin. Dan sebagian kaum Muslimin lari mundur karena ketakutan. Disinilah Ummu Aiman mencoba mengembalikan keberanian kaum Muslimin dengan cara menghadang dan melemparkan pasir ke muka mereka seraya berkata, “Ini bedak yang pantas kalian terima. Ambil pedang kalian.”

Cobaan Ummu Aiman
Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang yang kuat imannya, lalu orang yang kuat imannya. Seseorang diberi cobaan sesuai kualitas agamanya. Jika agamanya kuat maka cobaannya berat. Jika agamanya lemah maka cobaannya sesuai dengan kualitas agamanya. Cobaan terus mengikuti seorang hamba hingga hamba tersebut berjalan di muka bumi dengan tidak membawa satu dosa pun.” HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah
Di perang Mut’ah, derita dan cobaan yang dialami Ummu aiman sangat berat. Zaid bin Haritsah (suaminya) terbunuh sebagai syahid. Saat itu Rasulullah saw. mengirim Zaid bin Haritsah sebagai panglimanya. Beliau berpesan, “Jika Zaid terbunuh maka Ja’far bin Abu Thalib sebagai penggantinya. Jika Ja’far terbunuh maka Abdullah bin Rawahah sebagai penggantinya.”
Ketika dua pasukan saling berhadapan. Dengan gagah berani Zaid bin Haritsah berperang dengan bendera di tangan, hingga ia gugur di ujung tombak pasukan musuh. Melihat hal itu Ja’far bin abu Thalib langsung menyambar bendera psukan Islam yang jatuh dari tangan Zaid. Ia kibarkan bendera dan berperang dengan gagah berani. Kuda pirang yang menjadi simbol dan kebanggaan pasukan musuh ia terjang dan menusuknya dengan pedang. Ia terus menerjang pasukan musuh dengan gagah berani hingga gugur sebagai syahid. Dan Ja’far adalah orang yang pertama kali membunuh kuda dalam perang. HR. Tabrani
Anas ra. berkata, “Nabi telah mengabarkan kematian Zaid, Ja’far dan Abdullah bin Rawahah, kepada kaum Muslimin, sebelum ketiganya mengetahui berita itu. Beliau bersabda, ‘Zaid memegang bendera lalu dia gugur, kemudian dipegang Ja’far lalu dia gugur, kemudian dipegang oleh abdullah bin Rawahah lalu dia gugur, (saat itu mata beliau meneteskan air mata), kemudian bendera dipegang oleh satu dari Pedang allah hingga Allah memberikan kemenangan untuk kaum Muslimin.’” HR. Bukhari (7/585)
Dan ketika berita kematian Zaid bin Haritsah sampai kepada Ummu Aiman, ia tetap tegar dan berharap agar suaminya diterima di sisi Allah SWT.
Tidak berselang lama dengan perang Mut’ah, berkobar perang Hunain. Di perang ini, Ummu Aiman tidak mau ketinggalan begitu juga dengan kedua putranya Usamah dan Aiman juga ikut berjuang bersama Rasulullah saw.
Ketika perang Hunain berkecamuk, pasukan kaum Muslimin sempat terdesak dan banyak tetara Islam yang mundur. Namun Aiman dan beberapa tentara Islam yang lain tetap tegar di barisan perang bersama Rasulullah yang akhirnya Aiman gugur sebagai syahid. Rasulullah saw. pun menjadikan Aiman sebagai simbol keberanian di Perang Hunain.
Mendengar berita kematian anaknya, Ummu Aiman pun bersedih namun ia tetap tegar seraya berdoa semoga anaknya diterima di sisi Allah SWT.

Ummu Aiman dan keluarga di mata Rasulullah saw.
Posisi Ummu Aiman di hati Rasulullah saw. tidak tergeser. Rasulullah tidak pernah lupa bahwa Ummu Aiman adalah ibu kedua beliau. Ibu keduanya itu rela berkorban apa saja demi keselamatan beliau. Dan ibu keduanya itu telah mencurahkan kasih sayangnya kepada beliau.
Aisyah ra. pernah bercerita, “Seorang ahli silsilah keturunan datang ke rumah kami. Saat itu Rasul ada di rumah, sedangkan Usamah bin Zaid dan Zaid bin Haritsah tidur-tiduran. Lalu orng itu berkata, “Kaki-kaki ini sama dan ada keterikatan.” Mendengar hal itu, Nabi sangat senang, dan mengungkapkan kekagumannya kepada orang tersebut. Lalu beliau memberitahukan hal itu kepada Aisyah ra.” HR. Bukhari (3731) Muslim (1459)
Bahkan, selain sangat sayang kepada Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah (ayah Usamah), dan Ummu Aiman (ibu Zaid), Rasul juga sayang kepada keturunan Ummu Aiman baik yang pernah bertemu dengan beliau maupun yang belum pernah bertemu.
Ketika Rasulullah saw. meninggal dunia, Ummu Aiman begitu sedih, dia hanya bisa berdiri kaku, dan air matanya terus berderai. Semua kenangan indah bersama Rasulullah hadir dimatanya. Sejak beliau kecil kemudian menjadi pemuda lalu menjadi nabi bagi umat terbaik. Dan sekarang…, dia pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Sungguh sebuah kondisi yang mengiris hati. Bukan air mata yang keluar dari tangisan, melainkan tetesan darah.
Karena begitu sedihnya Ummu Aiman pun meratap. Adapun ratapan dari Ummu Aiman ketika Rasulullah SAW meninggal menurut Thabaqat Ibnu Sa’ad (2/332-333) Minahul Madh, Ibnu Sayidinnaas (337) adalah sebagai berikut :
Duhai mata, bermurah hatilah
Cucurkan air mata
Sebagai pelipur lara
Menangislah… dan terus menangislah
Bencana di atas segala bencana
Ketika mendengar kematian Rasulullah
Duhai mata, menangislah
Meskipun perpisahan ini hanya di dunia
Menangislah… dan terus menangislah
Detik ini awal wahyu tiada
Alirkan sungai air mata
Mengenang Rasul tercinta
Penerang dunia
Rahmat bagi alam semesta
Nabi setelah para nabi mulia
Nabi penutup sampai akhir masa
Anas menceritakan bahwa selang beberapa waktu setelah wafatnya Rasulullah, Abu Bakar ra. berkata kepada Umar, “Mari kita kunjungi Ummu aiman, sebagaimana dulu Rasulullah mengunjunginya.”
Ketika sampai di rumah Ummu Aiman mereka melihat Ummu Aiman menangis. Mereka bertanya, “Apa yang membuat bunda menangis? Apa yang ada di sisi allah lebih baik bagi Rasulullah.” Ummu Aiman menjawab, “Aku menangis bukan karena aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah. Akan tetapi aku menangis karena sekarang tidak ada wahyu lagi.” Jawaban itu membuat keduanya turut menangis. Mereka pun larut dalam tangisan. HR Muslim (2454)
Umur panjang yang dikaruniakan kepada Ummu aiman sungguh sangat bermakna. Perannya terhadap perjuangan Islam tidak akan selalu tercatat dalam sejarah. Namun setiap manusia pasti akan mati, begitu juga dengan ibunda kita ini. Pada masa pemerintahan Utsman ra. allah memanggilnya untuk berkumpul dengan orang yang dicintainya (Rasulullah) di surga, yang nikmatnya tidak terkira.
Teriring doa, semoga Allah meridhai pengasuh Rasul-Nya. Dia-lah panutan sejati wanita dunia. Kejernihan hati, semangat perjuangan dan pengorbana untuk kebenaran, semuanya ada padanya.

Selasa, 16 Desember 2014

Dijuluki Abu Jahal "Bapak Kejahilan" apa sebabnya?

Paman Nabi Dijuluki Abu Jahal 'Bapak Kejahilan


Mengapa Paman Nabi Dijuluki Abu Jahal 'Bapak Kejahilan' ?
Amr bin Hisyam yang sempat populer dengan gelar Abul-Hakam, oleh Baginda Rasul Saw. justru dijuluki dengan Abu Jahl yang artinya: Bapak kejahilan! Kira-kira apa saja yang menyebabkan julukan itu ditujukan kepada sosok Amr bin Hisyam? Tiada lain karena ia memiliki lima sifat tercela yaitu :

1- لا يعلم
2- لا يريد أن يعلم
3- لا يريد لغيره أن يعلم
4- يدعي أنه يعلم
5- ينكر على من يعلم

1. Tidak tahu,
2. Tidak mau tahu (gengsi),
3. Tidak mau orang lain tahu (mencegah yang lain juga untuk tahu),
4. Mengaku diri tahu (sok tahu), dan
5. Ingkar (tidak percaya) kepada yang tahu (hanya membenarkan diri sendiri).


Bila kelima sifat itu terdapat pada diri seseorang maka ia bukan hanya jahil, akan tetapi kejahilan itu telah menjadi anaknya! Ia telah menjadi Abu Jahl, persis seperti Amr bin Hisyam!

Dengan demikian, maka untuk menjadi orang yang tidak jahil, kelima sifat di atas harus dihindari jauh-jauh, niscaya ilmu yang benar dapat dituntut dan diraih dengan semudah mungkin.

Terdapat empat sifat lagi yang harus dijauhi selama menuntut ilmu yang haq, yang mana keempat sifat ini apabila masih ada pada seorang murid, baik semua maupun salah satunya, maka ia takkan mampu menerima sebuah kebenaran (ilmu yang benar) walau dijelaskan berkali-kali oleh siapapun. Keempat sifat itu adalah :

1- المستكبر
2- المستغني
3- المستحي
4- المستنكف

1. Sombong (takabbur),
2. Gengsi, ragu-ragu atau suka menunda,
3. Malu-malu, dan
4. Merasa cukup.


Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Nuh ayat 7 :

" وإني كلما دعوتهم لتغفر لهم جعلوا أصابعهم في آذانهم واستغشوا ثيابهم وأصروا واستكبروا استكبارا "
“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinga (mustankif) dan menutupkan baju (mustahi) dan mereka tetap pada pendirian mereka (mustaghni) dan menyombongkan diri dengan sangat (mustakbir)”.

Mudah-mudahan kita jauh dari keempat sifat keji itu, Amin!

Diceritakan bahwasanya seorang ulama’ besar mendapat undangan buka puasa bersama di rumah seorang hukama’. Puluhan meja makan dengan sajian yang sama siap ditempati dan dinikmati oleh para tamu undangan.

Setiap meja memuat sekitar 6 orang, nampaknya hidangan yang disajikan sang hukama’ amat banyak, setiap kelompok mulai menyantap sambil berbincang-bincang di meja masing-masing. Sementara suasana meja makan yang ditempati ulama’ tersebut tampak berbeda dengan meja-meja yang lain, apa yang terjadi? Ulama’ itu bertanya kepada teman makannya: “Maukah kamu bila ilmumu semakin bertambah?” Ia menjawab: “Terima kasih, ilmu yang ada padaku sudah cukup!”.

Suasana kembali tenang dan sunyi dari kata-kata. Ulama’ itupun bertanya kepada teman makan berikutnya: “Ada pertanyaan?” Ia hanya berdiam dan tak menjawab sambil menundukkan kepala! Ditanyakannya lagi: “Ada pertanyaan?” Ia mulai menjawab: “Maaf pak ustadz, saya malu!”.

Suasana kembali tenang sejenak, sunyi dari kata-kata. Kemudian ulama’ itu mencoba lagi menanyakan teman makan selanjutnya demi mengamalkan sunnah (ngobrol bermanfaat sambil makan berjamaah), beliau bertanya: “Ada yang ingin ditanyakan atau didiskusikan agar suasana lebih ramai dan buka puasa lebih dinikmati?” Ia menjawab: “Iya, ada, tapi saya kan punya masa dan murid yang banyak, ilmu dan wawasanku tentang agama juga cukup luas, kan tidak baik alias memalukan kalau saya nanya ke anda!”

Secara langsung ulama’ itu bertanya kepada teman yang keempat: “Kalau saudara?” Ia ternyata menjawab: “Emangnya kamu itu siapa sih sampai aku harus nanya ke kamu? kamu kan lebih kecil dari aku, dan aku sudah baca semua buku dan memahaminya dengan benar, adapun yang belum aku fahami, aku yakin orang lain juga belum tentu faham!”

Ulama’ itu lalu diam penuh rasa heran! tidak ada satupun memberi jawaban yang enak didengar! Setelah berakhirnya acara buka puasa bersama dan para tamu mulai meninggalkan tempat, ulama’ tersebut ditanya oleh hukama’ (yang mengundang): “Mengapa anda hari ini? apa makanannya tidak enak?” Ulama’ itu menjawab: “Saya cuma heran dengan sikap keempat orang yang menemaniku makan tadi?”

Hukama’ itu menjawab: “Saya lebih heran lagi karena saya tidak pernah menduga kalau keempat sifat itu bisa kumpul di satu meja!” Ulama’ lalu bertanya: “Apa saja empat sifat itu?” Hukama’ itu menjawab: “Empat orang yang tidak akan pernah mendapat ilmu adalah; Mustankif (yang pertama), Mustahi (yang kedua), Mustaghni (yang ketiga) dan Mustakbir (yang ditanya terakhir kali)!”.

Semoga Allah Swt. menjauhkan kita dari kejahilan yang menyesatkan, Amin!

Penglihatan Mata Nabi Muhammad SAW

Penglihatan Mata Rasulullah SAW

MU'JIZAT PADA PENGLIHATAN RASULULLOH SHOLLALLOHU ALAIHI WASALLAM.
Dinukil dari kitab Al Khoshoisul Kubro Imam Suyuti
بَاب المعجزة والخصائص فِي عَيْنَيْهِ الشريفتين
قَالَ الله تَعَالَى
{مَا زاغ الْبَصَر وَمَا طَغى}

Allah ta'ala berfirman :
" Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya."
(an najm ayat 17)

أخرج ابْن عدي وَالْبَيْهَقِيّ وَابْن عَسَاكِر عَن عَائِشَة قَالَت كَانَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم يرى فِي الظلماء كَمَا يرى فِي الضَّوْء
dari 'aisyah berkata:
" adalah Rasululloh sholallohu alaihi wasallam bisa melihat dalam kegelapan sebagaimana beliau melihat dalam terang benderang."
(HR. imam ibnu 'adiy, al baihaqy dan ibnu asakir.)

وَأخرج الْبَيْهَقِيّ عَن ابْن عَبَّاس قَالَ كَانَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم يرى بِاللَّيْلِ فِي الظلمَة كَمَا يرى بِالنَّهَارِ فِي الضَّوْء
dari ibnu abbas berkata:
" adalah Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bisa melihat di kegelapan malam sebagaimana beliau melihat di terangnya siang."
(HR. imam al baihaqy.)

واخرج الشَّيْخَانِ عَن أبي هُرَيْرَة ان رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ هَل ترَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا فوَاللَّه مَا يخفى عَليّ ركوعكم وَلَا سُجُودكُمْ إِنِّي لأَرَاكُمْ من وَرَاء ظَهْري
dari abu hurairoh sesungguhnya Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:
" apakah kalian melihat kiblatku di sini, demi Allah tiadalah samar bagiku rukuk kalian dan tdk pula sujud kalian, sesungguhnya aku benar2 melihat kalian dari belakang punggungku."
(HR. imam bukhori dan muslim.)

وَأخرج مُسلم عَن انس ان رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ يَا أَيهَا النَّاس إِنِّي امامكم فَلَا تسبقوني بِالرُّكُوعِ وَلَا بِالسُّجُود فَإِنِّي أَرَاكُم من أَمَامِي وَمن خَلْفي
dari anas sesungguhnya Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
" wahai manusia, sesungguhnya aku adalah imam kalian maka janganlah kalian mendahuluiku dalam rukuk dan sujud , sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari depanku dan dari belakangku."
(HR. imam muslim.)

واخرج عبد الرَّزَّاق فِي جَامعه وَالْحَاكِم وَأَبُو نعيم عَن أبي هُرَيْرَة أَن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ إِنِّي لأنظر إِلَى مَا ورائي كَمَا انْظُر الى مَا بَين يَدي
dari abu hurairoh sesunguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda:
" sesungguhnya aku benar2 bisa melihat pada apa yg ada dibelakangku sebagaimana aku melihat apa yg ada di depanku."
(HR.Imam abdur rozak dalam kitab jami'nya, imam hakim dan juga abu nu'aim.)
 
وَأخرج ابو نعيم عَن ابي سعيد الْخُدْرِيّ قَالَ قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِنِّي اراكم من وَرَاء ظَهْري
dari abu sa'id berkata, Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:
" sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari belakang punggungku ."
(HR.imam abu nu'aim.)

واخرج الْحميدِي فِي مُسْنده وَابْن الْمُنْذر فِي تَفْسِيره وَالْبَيْهَقِيّ عَن مُجَاهِد فِي قَوْله {الَّذِي يراك حِين تقوم وتقلبك فِي الساجدين} قَالَ كَانَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم يرى من خَلفه من الصُّفُوف كَمَا يرى من بَين يَدَيْهِ
dari mujahid dalam firman Allah :
" Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang)
dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud."
(as syu'ara ayat 218-219)

beliau berkata : " adalah Rasululloh shollallohu alaihi wasallam melihat orang yg dibelakangnya yaitu barisan2 sholat, sebagaimana Rasululloh melihat orang yg didepannya."
( HR. Imam humaidi dlm musnadnya, ibnu mundzir dalam tafsirnya dan al baihaqy)

قَالَ الْعلمَاء هَذَا الإبصار إِدْرَاك حَقِيقِيّ خَاص بِهِ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم انخرقت لَهُ فِيهِ الْعَادة ثمَّ يجوز ان يكون بِرُؤْيَة عَيْنَيْهِ انخرقت لَهُ فِيهِ الْعَادة أَيْضا فَكَانَ يرى بهما من غير مُقَابلَة لِأَن الْحق عِنْد أهل السّنة ان الروية لَا يشْتَرط لَهَا الْمُقَابلَة عقلا وَلذَا حكمُوا بِجَوَاز روية الله تَعَالَى فِي الْآخِرَة
para ulama' berkata " penglihatan ini adalah penglihatan secara sebenarnya yg dikhususkan bagi Nabi shollallohu alaihi wasallam yg melampaui dari adat kebiasaan.
Dan boleh saja penglihatan ini dengan kedua mata beliau yg juga melampaui adat, jadi beliau melihat dengan kedua matanya dengan tanpa berhadap2 an, karena yg haq menurut ahlus sunah bahwa melihat itu tdk disyaratkan dengan menghadap secara akal, oleh sebab itulah mereka menghukumi bolehnya melihat Allah ta'ala di akherat,

وَقيل كَانَت لَهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم عين خلف ظَهره يرى بهَا من وَرَائه دَائِما وَقيل كَانَ بَين كَتفيهِ عينان مثل سم الْخياط يبصر بهما لَا يحجبهما ثوب وَلَا غَيره
 Dan dikatakan bahwa Rasul shollallohu alaihi wasallam mempunyai mata dibelakang punggungnya yg bisa melihat orang di belakangnya selamanya.
dikatakan pula bahwa di antara tulang belikat Nabi ada dua mata seukuran lobang jarum, beliau bisa melihat dengan keduanya, pakaian dan yg lainnya tdk bisa menghalangi kedua mata tsb.

wallhu a'lam.
الخصائص الكبرى
جلال الدين السيوطي
Semoga sholawat dan salam senantiasa terlimpah curahkan kepada beliau...
Aamiin....

Abu Tholib, orang paling ringan siksanya di Neraka

Abu Tholib, orang paling ringan siksanya di Neraka

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ، وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
”Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib. Dia diberi dua sandal yang menyebabkan otaknya mendidih.”

(HR. Ahmad 2636, Muslim 212, dan yang lainnya).

Jumat, 12 Desember 2014

313 NAMA RASUL ALLAH

Telah kita ketahui bersama bahwa nama-nama rasul yang wajib kita hafal dan ketahui ada 25. Sedangkan jumlah keseluruhan para rasul ada 313. Mungkin ini yang tidak banyak diketahui orang, yakni tentang nama-nama para rasul yang berjumlah 313.
Al-Alim al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani (kelahiran Tanara, Serang, Banten tahun 1813 M dan wafat di Mekkah tahun 1897 M), dalam kitabnya yang berjudul ats-Tsamaru al-Yani’ah fi Riyadh al-Badi’ah menjelaskan:
فمن كتب اسمائهم ووضعهم فى بيته او قراها اوحملها تعظيما لهم وتكريما لذواتهم واحتراما لنبوتهم واستمدادا من هممهم العالية واستغاثة بارواحهم المقدسة سهل عليه امورالدنيا والاخرة وفتح عليه ابواب الخيرات ونزول الرحمة والبركات ودفع عنه الشرور , وقال صلى الله عليه وسلم حياتهم ومماتهم سواء فهم متصرفون في الارض والسماء.
“Barangsiapa yang menulis nama-nama rasul dan meletakkannya di rumah atau membacanya atau membawanya dengan mengagungkan mereka, memuliakan keberadaan mereka, menghormati kenabian mereka, berharap dari keinginan mereka yang tinggi dan beristighatsah dengan ruh-ruh mereka yang suci, maka akan dimudahkan oleh Allah Swt. segala urusan di dunia dan akhirat. Dan akan dibukakan pintu-pintu kebaikan dan diturunkan rahmat, keberkahan serta menolak segala kejelekan. Rasulullah Saw. bersabda: “Hidup dan matinya mereka (para rasul) itu sama saja, tetap beraktivitas (hidup) di bumi dan di langit.”
والمشهور ان المرسلين ثلاثمائة وثلاثا عشر كما في حديث ابي ذر وهاهي اسماؤهم على ماروى عن انس : ادم , شيث, انوش, قيناق, مهيائيل, اختوخ, ادريس, متوشلخ, نوح, هود, عبهف, مرداريم, شارع, صالح, ارفخشذ, صفوان, حنظلة, لوط, عصان, ابراهيم, اسمعيل, اسحق, يعقوب, يوسف, شمائيل, شعيب, موسى, لوطان, يعوا, هرون, كليل, يوشع, دانيال, بونش, بليا, ارميا, يونس, الياس, سليمان, داود, اليسع, ايوب, اوس, ذانين, الهميع, ثابت, غابر, هميلان, ذوالكفل, عزير, عزقلان, عزان, الوون, زاين, عازم, هريد, شاذن, سعد, غالب, شماس, شمعون, فياض, قضا, سارم, عيناض, سايم, عوضون, بيوزر, كزول, باسل, باسان, لاخين, غلضات, رسوغ, رشعين, المون, لوغ,برسوا, الاظيم, رشاد, شريب, هيبل, ميلان, عمران, هرييب, جريت, شماع, صريخ, سفان, قبيل, ضعضع, عيصون, عيصف, صديف, برواء,حاصيم, هيان, عاصم, وجان, مصداع, عاريس, شرحبيل, خربيل, حزقيل, اشموئيل, غمصان, كببر, سباط, عباد بثلخ, ريهان, عمدان, مرقان, حنان, لوحنا, ولام, بعيول, بصاص, هبان, افليق, قازيم, نصير, اوريس, مضعس, جذيمة, شروحيل, معنائيل, مدرك, حارم, بارغ هرميل, جابد, زرقان, اصفون, برجاج, ناوى, هزرابن اشبيل, عطاف, مهيل, زنجيل, شمطان, القوم, حوبلد, صالح, سانوخ, راميل, زاميل, قاسم, باييل, بازل, كبلان, باتر, حاجم, جاوح, جامر, حاجن, راسل, واسم, رادن, سادم, شوشا, جازان, صاحد, صحبان, كلوان, صاعد,غفران, غاير, لاحون, بلدخ, هيدان, لاوى, هيراء, ناصى, حانك, حافيخ, كاشيخ, لافث, نايم, حاشم, هجام, ميزاد,اسيمان, رحيلا, لاطف, برطفون, ابان, عورائض, مهمتصر, عانين, نماخ, هندويل, مبصل, مضعتام, طميل, طابيح, مهمم حجرم, عدون, منبد, بارون, روان, معبن, مزاحم, يانيد, لامى, فردان,جابر, سالوم, عيص, هربان, جابوك, عابوج, مينات, قانوح, دربان, صاخم, حارض, حراض, حرقيا, نعمان, ازميل, مزحم, ميداس, يانوح, يونس, ساسان, فريم, فريوش, صحيب, ركن, عامر, سحنق, زاخون, حينيم, عياب, صباح, عرفون, مخلاد, مرحم, صانيد, غالب, عبدالله, ادرزين, عدسار, زهران, بايع, نظير, هورين, كايواشيم, فتوان, عابون, رباخ, صابح, مسلون, حجان, روبال, رابون, معيلا, سايعان, ارجيل, بيغين, متضح, رحين, محراس, ساخين, حرفان, مهمون, حوضان, البؤن, وعد, رخيول, بيغان, بتيحور, حوظبان, عامل, زحرام, عيس, صبيح, يطبع, جارح, صهيب, صبحان, كلمان, يوخى, سميون, عرضون, حوحر, يلبق, بارع, عائيل, كنعان, حفدون, حسمان, يسمع, عرفور, عرمين, فضحان, صفا, شمعون, رصاص, اقلبون, شاخم, خائيل, احيال, هياج, زكريا, يحيى, جرجيس, عيسى بن مريم, محمد صلى الله عليه وسلم عليهم اجمعين .
“Dan menurut pendapat yang masyhur, sesungguhnya para rasul itu berjumlah 313, seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dzar Ra. Dan inilah nama-nama rasul itu seperti yang diriwayatkan dari sahabat Anas Ra.:
1.      Adam As.
2.      Tsits As.
3.      Anuwsy As.
4.      Qiynaaq As.
5.      Mahyaa’iyl As.
6.      Akhnuwkh As.
7.      Idris As.
8.      Mutawatsilakh As.
9.      Nuh As.
10.  Hud As.
11.  Abhaf As.
12.  Murdaaziyman As.
13.  Tsari’ As.
14.  Sholeh As.
15.  Arfakhtsyad As.
16.  Shofwaan As.
17.  Handholah As.
18.  Luth As.
19.  Ishoon As.
20.  Ibrahim As.
21.  Isma’il As.
22.  Ishaq As.
23.  Ya’qub As.
24.  Yusuf As.
25.  Tsama’il As.
26.  Su’aib As.
27.  Musa As.
28.  Luthoon As.
29.  Ya’wa As.
30.  Harun As.
31.  Kaylun As.
32.  Yusya’ As.
33.  Daaniyaal As.
34.  Bunasy As.
35.  Balyaa As.
36.  Armiyaa As.
37.  Yunus As.
38.  Ilyas As.
39.  Sulaiman As.
40.  Daud As.
41.  Ilyasa’ As.
42.  Ayub As.
43.  Aus As.
44.  Dzanin As.
45.  Alhami’ As.
46.  Tsabits As.
47.  Ghobir As.
48.  Hamilan As.
49.  Dzulkifli As.
50.  Uzair As.
51.  Azkolan As.
52.  Izan As.
53.  Alwun As.
54.  Zayin As.
55.  Aazim As.
56.  Harbad As.
57.  Syadzun As.
58.  Sa’ad As.
59.  Gholib As.
60.  Syamaas As.
61.  Syam’un As.
62.  Fiyaadh As.
63.  Qidhon As.
64.  Saarom As.
65.  Ghinadh As.
66.  Saanim As.
67.  Ardhun As.
68.  Babuzir As.
69.  Kazkol As.
70.  Baasil As.
71.  Baasan As.
72.  Lakhin As.
73.  Ilshots As.
74.  Rasugh As.
75.  Rusy’in As.
76.  Alamun As.
77.  Lawqhun As.
78.  Barsuwa As.
79.  Al-‘Adzim As.
80.  Ratsaad As.
81.  Syarib As.
82.  Habil As.
83.  Mublan As.
84.  Imron As.
85.  Harib As.
86.  Jurits As.
87.  Tsima’ As.
88.  Dhorikh As.
89.  Sifaan As.
90.  Qubayl As.
91.  Dhofdho As.
92.  Ishoon As.
93.  Ishof As.
94.  Shodif As.
95.  Barwa’ As.
96.  Haashiim As.
97.  Hiyaan As.
98.  Aashim As.
99.  Wijaan As.
100.          Mishda’ As.
101.          Aaris As.
102.          Syarhabil As.
103.          Harbiil As.
104.          Hazqiil As.
105.          Asymu’il As.
106.          Imshon As.
107.          Kabiir As.
108.          Saabath As.
109.          Ibaad As.
110.          Basylakh As.
111.          Rihaan As.
112.          Imdan As.
113.          Mirqoon As.
114.          Hanaan As.
115.          Lawhaan As.
116.          Walum As.
117.          Ba’yul As.
118.          Bishosh As.
119.          Hibaan As.
120.          Afliq As.
121.          Qoozim As.
122.          Ludhoyr As.
123.          Wariisa As.
124.          Midh’as As.
125.          Hudzamah As.
126.          Syarwahil As.
127.          Ma’n’il As.
128.          Mudrik As.
129.          Hariim As.
130.          Baarigh As.
131.          Harmiil As.
132.          Jaabadz As.
133.          Dzarqon As.
134.          Ushfun As.
135.          Barjaaj As.
136.          Naawi As.
137.          Hazruyiin As.
138.          Isybiil As.
139.          Ithoof As.
140.          Mahiil As.
141.          Zanjiil As.
142.          Tsamithon As.
143.          Alqowm As.
144.          Hawbalad As.
145.          Solih As.
146.          Saanukh As.
147.          Raamiil As.
148.           Zaamiil As.
149.          Qoosim As.
150.          Baayil As.
151.          Yaazil As.
152.          Kablaan As.
153.          Baatir As.
154.          Haajim As.
155.          Jaawih As.
156.          Jaamir As.
157.          Haajin As.
158.          Raasil As.
159.          Waasim As.
160.          Raadan As.
161.          Saadim As.
162.          Syu’tsan As.
163.          Jaazaan As.
164.          Shoohid As.
165.          Shohban As.
166.          Kalwan As.
167.          Shoo’id As.
168.          Ghifron As.
169.          Ghooyir As.
170.          Lahuun As.
171.          Baldakh As.
172.          Haydaan As.
173.          Lawii As.
174.          Habro’a As.
175.          Naashii As.
176.          Haafik As.
177.          Khoofikh As.
178.          Kaashikh As.
179.          Laafats As.
180.          Naayim As.
181.          Haasyim As.
182.          Hajaam As.
183.          Miyzad As.
184.          Isyamaan As.
185.          Rahiilan As.
186.          Lathif As.
187.          Barthofun As.
188.          A’ban As.
189.          Awroidh As.
190.          Muhmuthshir As.
191.          Aaniin As.
192.          Namakh As.
193.          Hunudwal As.
194.          Mibshol As.
195.          Mudh’ataam As.
196.          Thomil As.
197.          Thoobikh As.
198.          Muhmam As.
199.          Hajrom As.
200.          Adawan As.
201.          Munbidz As.
202.          Baarun As.
203.          Raawan As.
204.          Mu’biin As.
205.          Muzaahiim As.
206.          Yaniidz As.
207.          Lamii As.
208.          Firdaan As.
209.          Jaabir As.
210.          Saalum As.
211.          Asyh As.
212.          Harooban As.
213.          Jaabuk As.
214.          Aabuj As.
215.          Miynats As.
216.          Qoonukh As.
217.          Dirbaan As.
218.          Shokhim As.
219.          Haaridh As.
220.          Haarodh As.
221.          Harqiil As.
222.          Nu’man As.
223.          Azmiil As.
224.          Murohhim As.
225.          Midaas As.
226.          Yanuuh As.
227.          Yunus As.
228.          Saasaan As.
229.          Furyum As.
230.          Farbusy As.
231.          Shohib As.
232.          Ruknu As.
233.          Aamir As.
234.          Sahnaq As.
235.          Zakhun As.
236.          Hiinyam As.
237.          Iyaab As.
238.          Shibah As.
239.          Arofun As.
240.          Mikhlad As.
241.          Marhum As.
242.          Shonid As.
243.          Gholib As.
244.          Abdullah As.
245.          Adruzin As.
246.          Idasaan As.
247.          Zahron As.
248.          Bayi’ As.
249.          Nudzoyr As.
250.          Hawziban As.
251.          Kaayiwuasyim As.
252.          Fatwan As.
253.          Aabun As.
254.          Rabakh As.
255.          Shoobih As.
256.          Musalun As.
257.          Hijaan As.
258.          Rawbal As.
259.          Rabuun As.
260.          Mu’iilan As.
261.          Saabi’an As.
262.          Arjiil As.
263.          Bayaghiin As.
264.          Mutadhih As.
265.          Rahiin As.
266.          Mihros As.
267.          Saahin As.
268.          Hirfaan As.
269.          Mahmuun As.
270.          Hawdhoon As.
271.          Alba’uts As.
272.          Wa’id As.
273.          Rahbul As.
274.          Biyghon As.
275.          Batiihun As.
276.          Hathobaan As.
277.          Aamil As.
278.          Zahirom As.
279.          Iysaa As.
280.          Shobiyh As.
281.          Yathbu’ As.
282.          Jaarih As.
283.          Shohiyb As.
284.          Shihats As.
285.          Kalamaan As.
286.          Bawumii As.
287.          Syumyawun As.
288.          Arodhun As.
289.          Hawkhor As.
290.          Yaliyq As.
291.          Bari’ As.
292.          Aa’iil As.
293.          Kan’aan As.
294.          Hifdun As.
295.          Hismaan As.
296.          Yasma’ As.
297.          Arifur As.
298.          Aromin As.
299.          Fadh’an As.
300.          Fadhhan As.
301.          Shoqhoon As.
302.          Syam’un As.
303.          Rishosh As.
304.          Aqlibuun As.
305.          Saakhim As.
306.          Khoo’iil As.
307.          Ikhyaal As.
308.          Hiyaaj As.
309.          Zakariya As.
310.          Yahya As.
311.          Jurhas As.
312.          Isa As.
313.          Muhammad Saw.
# Alhasil, menurut saya pribadi sesuai dengan konteks kekinian, kalau kita posting ataupun share status 313 nama-nama rasul ini insya Allah juga akan mendapatkan keutamaan sebagaimana mereka yang meletakkannya di rumah atau membacanya atau membawanya dengan mengagungkan mereka, memuliakan keberadaan mereka, menghormati kenabian mereka, berharap dari keinginan mereka yang tinggi dan beristighatsah dengan ruh-ruh mereka yang suci, sebagaiman disebutkan di atas. Aamiin.

Related Articles