Rabu, 03 Desember 2014

Halimah Sa'diyah : Wanita Yang Menyusui Rasulullah

Wanita mulia tersebut adalah Halimah bintu Abdullah bin Al-Harits As-Sa’diyah. Suaminya adalah Al-Harits bin Abdul Izzi bin Rifa’ah As-Sa’di. Anak-anaknya adalah Abdullah, Anisah dan Khadzdzamah. Anak-anak Al-Harits ini semuanya bertompel, mereka semua adalah saudara sepersusuan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Halimah juga menyusui Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Munthalib, anak paman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

MENCARI ANAK SUSUAN
Halimah As-Sa’diyah adalah wanita Arab yang sangat terkenal karena menjadi ibu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Halimah menceritakan tentang penyusuannya dengan penjelasan yang panjang lebar dan komprehensif. Ia mengatakan, “Suatu ketika aku keluar bersama para wanita bani Sa’ad untuk mencari anak susuan. Waktu itu adalah tahun yang sangat sulit (paceklik). Kami menegendarai keledai putih dan kurus. Kami membawa serta unta betina yang tidak mengandung air susu setetes pun. Kami semua tidak pernah tidur di malam hari karena bayi kami selalu menangis karena rasa lapar. Puting kami tidak lagi menyediakan apa yang mencukupinya. Unta betina kami tidak pula menyediakan apa-apa yang mengenyangkannya. Kami selalu mengharap hujan dan jalan keluar. Sampai kami sengaja datang ke Mekah. Setiap wanita yang diperlihatakan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam merasa enggan untuk mengasuhnya, setelah dikatakan bahwa dirinya adalah anak yatim, dikarenakan kami selalu menaruh harapan kebaikan dari ayah si anak asuh. Kami berkata, ” Ia yatim, apa gerangan yang akan diperbuat oleh ibu atau kakeknya? Oleh karena itu, kami tidak tertarik. Tidak ada dari wanita-wanita yang bersamaku mengambilnya, selain diriku. Ketika rombongan kami sepakat untuk pulang, aku berbicara kepada suamiku, “Demi Allah, sungguh aku tidak suka untuk pulang bersama kawan-kawan wanita yang lain, sebelum mendapatkan anak susuan. Demi Allah, aku pergi menuju anak susuan yang yatim itu, dan pasti aku akan mengambilnya. Ia berkata, “Lakukan itu, semoga Allah memberi kita berkah lantaran anak itu.” Aku pergi menuju anak itu dan mengambilnya.

BERKAH YANG MELIMPAH
Berkah yang melimpah kepada Halimah dan suaminya setelah mengambil Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Suatu hari, Halimah dan suaminya merasakan lapar dan haus. Namun, dari mana mereka mendapatkan makanan karena susu unta betinanya tidak berisi. Seketika mereka berdua lupa akan keadaan dirinya. Keadaan telah berubah dalam sekejap. Keadaan ini diriwayatkan sendiri oleh Halimah. Ia berkata, “Suamiku bangkit menuju unta betina milik kami. Ternyata susunya sangat penuh. Ia memerahnya untuk diminum bersamaku hingga kami puas dan kenyang, sehingga kami tertidur di malam yang sangat baik itu. Ketika pagi suamiku berkata, “Demi Allah ketahuilah wahai Halimah! Engkau telah mengambil orang yang penuh dengan berkah.”
Aku mengatakan, “Demi Allah, itulah yang kuharapkan.”
Kemudian kami serombongan bepergian dengan menunggang keledai. Kubawa serta anak itu. Demi Allah, jarak itu kutempuh dengan tungganganku jauh lebih cepat daripada keledai-keledai orang lain sehingga kawank-kawanku berkata kepadaku, “Wahai anak serigala, sial engkau! temani kami! Bukankah ini keledaimu yang dulu kau tunggangi saat bepergian?”
Kukatakan kepada mereka, : Ya, demi Allah benar. Keledai ini adalah keledai yang dulu itu.” Mereka mengatakan, “Demi Allah, sekarang keledaimu tidak seperti dulu!”
Rombongan tiba di daerah pedalaman bani Sa’ad yang terlihat bekas-bekas kekeringan di tahun itu. Halimah telah melihat berkah anak yatim itu. Kebaikan telah memancar kepadanya dari segala penjuru. Keberkahan meliputinya dalam segala hal. Kambing-kambingnya selalu keluar menuju ke tempat-tempat penggembalaan bersama kambing-kambing orang lain. Ketika kembali ke kandang selalu dengan susu yang penuh. Sedangkan kambing-kambing yang lain pulang dengan keadaan sebagaimana ketika pergi, sehingga kaumnya mencerca tukang gembala mereka. Demikianlah hari-hari Halimah hingga berjalan selama 2 tahun.

KEMBALI MENGASUH RASULULLAH
Setelah menyusuinya selam 2 tahun, Halimah harus membawanya kembali pulang ke pangkuan ibu kandungnya, Aminah, di Mekal Al-Mukarramah. Halimah membawanya kepada sang ibu, sekalipun sangat ingin agar anak asuhnya tetap bersamanya karena melihat besaranya berkah pada diri Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Aminah sangat berbahagia dengan anaknya yang mulia. Khususnya ketika melihatnya sedemikina suci dan tumbuh laksana anak berumur 4 tahun, padahal belum lebih dari 2 tahun. Halimah berbicara sangat lembut kepada Aminah, mengharap agar mengizinkan anaknya kembali ke pedalaman lagi. Aminah mengizinkannya. Halimah kembali ke pedalaman dengan anak asuhnya. Demikianlah, Nabi tinggal di tengah-tengah bani Sa’ad sampai berumur 4 atau 5 tahun dari hari lahirnya hingga terjadi peristiwa “pembelahan dada”. Setelah kejadian ini, Halimah merasa takut sehingga mengembalikan kepada ibu kandungnya. Halimah kembali ke daerah pedalaman. Dia tinggal di sana beberapa tahun. Selanjutnya ketika Allah mengutus Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada seluruh manusia, maka Halimah As-Sa’diyah masuk Islam bersama suami dan anak-anaknya.

KEDUDUKAN HALIMAH
Halimah berkedudukan mulia di sisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada kehormatan dan kelembutan yang lebih baik daraipada yang diberikan kepada ibu asuhnya, Halimah. Bukti sikap beliau yang sangat menghormati Halimah yaitu ketika menyambut kedatangan Halimah dengan berteriak, “Ibuku, Ibuku.” Lalu beliau membentangkan sorbannya untuk ibu asuhnya itu sebagai bukti bakti dan kebaikan beliau kepadanya.

WAFATNYA
Halimah masuk Isalam dan berhijrah. Ia meninggal di Madinah Munawwarah, lalu dimakamkan di Baqi’. Makam Halimah sangat dikenal di sana. Semoga Allah mengangkat derajatnya bersama pasa sahabat Nabi lainnya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ. فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ: نَعَمْ ,كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ

Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari Nabi bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi pun melainkan dirinya pasti pernah menggembala kambing”. Maka para Sahabat bertanya: ‘Apakah engkau juga wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Ya, Aku pernah mengembala kambing milik seorang penduduk Mekah dengan upah beberapa qirath
Kisah Rasullullah S.A.W dan gembala kambin 
Ketika Nabi Muhammad saw mengadakan pengepungan terhadap beberapa benteng Khaibar, datanglah seorang penggembala yang berwajah hitam bersama kambing-kambing gembalaannya. Dia adalah orang upahan yang bekerja pada orang-orang Yahudi di benteng itu untuk menggembala kambing mereka. Lalu dia berkata kepada Nabi Muhammad saw, “Wahai Muhammad, terangkan kepadaku apa itu Islam!” Beliau pun memaparkannya secara panjang lebar, hingga akhirnya orang itu tertarik dan masuk Islam.
Tatkala sudah masuk Islam, dia berkata, “Wahai Nabi Muhammad saw, sesungguhnya aku ini seorang upahan yang bekerja pada pemilik kambing-kambing ini sebagai amanat bagiku. Apa yang harus aku lakukan (terhadap kambing-kambing itu)?”
Beliau menjawab, “Lemparkan pasir ke wajah-wajahnya, supaya ia kembali lagi ke tuannya.” Maka, si penggembala berkulit hitam itu mengambil segenggam pasir, lalu melemparkannya ke arah wajah kambing-kambing tersebut seraya berkata, "Pulanglah ke tuan kalian, demi Allah, aku tidak akan pernah sudi lagi menemani kalian.” Maka kambing-kambing itu pun pergi secara bergerombolan seakan ada orang yang menggiringnya hingga semuanya masuk ke benteng itu. Setelah itu, si penggembala maju ke arah benteng itu untuk ikut serta berperang bersama kaum Muslimin namun dia terkena lemparan batu keras yang kemudian merenggut nyawanya, padahal dia belum sempat shalat walaupun satu rakaat.
Kemudian jenazahnya dibawa ke samping Nabi Muhammad saw, dalam kondisi tubuhnya tertutup dengan pakaian yang melilitnya. Lalu Nabi Muhammad saw yang ketika itu bersama sebagian para shahabatnya menoleh ke arahnya kemudian berpaling. Mereka lantas berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau berpaling darinya.?”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya dia sekarang bersama isterinya, bidadari cantik yang sedang menggerak-gerakkan badannya untuk menghilangkan debu yang menempel.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar