Kamis, 25 September 2014

Arti Nama Muhammada SAW

Alloh swt berfirman:

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ ۚ يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
”Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bershalowat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab :56).

Ketika Rosululloh saw belum dilahirkan, Nabi-Nabi terdahulu, mulai Nabi Adam as sampai Nabi Isa as telah memberi kabar kepada ummatnya akan datangnya Nabi akhir zaman dengan ciri-ciri tertentu. Yaitu, dilahirkan di kota Makkah, hijrah di kota Madinah dan wafatnya juga di kota Madinah, dan kekuasaannya membentang sampai di kota Syam.

Nama Rosululloh saw kalau di Kitab Injil adalah Ahmad. Alloh swt berfirman:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata:
“Hai Bani Isra’il, Sesungguhnya Aku adalah utusan Alloh kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurot, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rosul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
Maka tatkala Rosul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”
(QS. As-Shof : 6).

Perlu diketahui, bahwa nama yang dikemukam oleh Nabi Isa tadi, itu bukan sekedar nama. Akan tetapi merupakan pemberian dari Alloh swt yang tentunya ada ma’na yang terkandung didalamnya.
Nama Ahmad jika ditulis dengan huruf Arab tanpa dipisah-pisah ada filosof tentang adanya gerakan dalam sholat.
Huruf alif (ا) menunjukan simbol tentang orang yang berdiri.
Huruf cha’ (ح) menggambarkan tentang orang yang sedang rukuk.
Huruf mim (م) menggambarkan tentang orang yang sedang sujud.
Huruf dal (د)  menunjukan gambaran orang yang sedang duduk tahiyat sholat.
Selain ma’na tersebut, ada juga ma’na yang tersembunyi di balik nama Ahmad. Yaitu, secara Gramatika Arab, kata Ahmad itu termasuk sighot mubalaghoh (bentuk yang mempunyai arti banyak), dari kata Hamdu (memuji). Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi Ahmad saw, nama dari Nabi Muhammad saw mempunyai arti orang yang paling banyak memuji Alloh swt.
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Aku adalah Ahmad tanpa mim (م)”
Ahmad tanpa mim (م) akan mempunyai arti Ahad (Esa), yang merupakan sifat Alloh swt yang sangat unik.
Mim (م) yang merupakan simbol personafikasi dan manifestasi Alloh swt dalam diri Nabi Muhammad saw pada hakikatnya adalah bayangan Ahad yang ada di alam semesta.
Mim adalah wasilah antara makhluk dengan Kholiqnya. Mim adalah jembatan yang menghubungkan para kekasih Alloh swt dengan sang kekasihnya yang mutlak.
Dengan kata lain, Nabi Muhammad saw merupakan mediator antara makhluk dengan Kholiq (Yang Maha Pencipta).
Menurut Iqbal seorang ulama pakistan mengatakan:
“Muhammad benar-benar berfungsi “mim” yang  “membumikan” Alloh swt dalam kehidupan manusia. Dialah “dhohir”nya Alloh; dialah Syafi’ (yang memberikan syafaat, pertolongan dan rekomendasi) antara makhluk dengan Kholiqnya.
Ketika anda ingin merasakan kehadiran Alloh dalam diri anda, hadirkan Muhammad ketika anda ingin disapa oleh Alloh, sapalah Muhammad ketika anda ingin dicintai Alloh, cintailah Muhammad “Apabila kalian cinta kepada Alloh maka ikutilah aku (Muhammad) Alloh akan cinta kepada kalian.”
Kepada orang seperti inilah kita diwajibkan cinta, berkorban dan bermohon untuk selalu bersamanya, di dunia dan akhirat. Seperti kata Nabi saw: “Setiap orang akan senantiasa bersama orang yang dicintainya.”
Selain nama Ahmad saw, Rosululloh saw juga mempunyai nama Muhammad saw. Nama ini pemberian dari Alloh swt yang dibisikkan malaikat Jibril as kepada Aminah ibunda Nabi saw.
Adapun nama tersebut kalau ditinjau secara Gramatika Arab berstatus sebagai Isim Maf’ul (obyek) dari asal kata Hammada. Menurut kiai Ali Maksum Krapyak Yogya dalam kitab Amsilatut-Tasrifiyah menyebutkan bahwa penambahan tasdid mempunyai faidah Taksir (banyak). Jadi, artinya adalah orang yang banyak dipuji. Sebab semua makhluk di dunia ini memuji Rosululloh saw dengan membaca sholawat untuknya.
Nama Muhammad apabila ditulis dengan hurup Arab menunjukan kerangka manusia. Sebab, mim (م) yang bundar dari kata Muhammad (محمد) itu menunjukan kepala manusia, karena kepala manusia itu bundar. Huruf  cha’ (ح) kalau kita dobelkan menjadi dua akan menunjukan dua tangan manusia. Huruf  mim (م) yang kedua menunjukan tentang perut manusia. Huruf dal (د) menunjukan kedua kaki manusia.
Selain itu, ada juga ma’na-ma’na yang tersembunyi lagi. Yaitu:
Huruf mim menunjukan kata “Minnah” (anugerah). Alloh swt memberi anugerah kepada Rosululloh saw dengan anugerah yang sangat luar biasa melebihi apa yang telah diberikan kepada yang lainnya.
Huruf cha’ menunjukan kata “Hubbun” (cinta). Alloh swt mencintai Nabi Muhammad saw dan ummatnya melebihi cintanya kepada Nabi dan Rosul yang lain beserta ummatnya.
Huruf mim yang kedua menunjukan kata “Maghfiroh” (ampunan). Alloh swt mengampuni segala dosa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, baik yang sudah lampau atau yang akan datang. Nabi Muhammad saw adalah Nabi yang maksum (terjaga dari melakukan dosa). Adapun jika disandarkan untuk ummatnya, maka  Alloh swt akan mengampuni dosa-dosa ummat Nabi Muhammad saw jikalau mereka mau bertaubat. Tidak seperti ummat-ummat terdahulu yang apabila melakukan dosa langsung mendapat siksa dan teguran dari Alloh swt.
Huruf dal menunjukan kata “Dawaamuddin” (abadinya agama Islam). Sebab, agama Islam akan tetap ada sampai akhir zaman. Apabila agama Islam sudah lenyap karena ditinggal oleh manusia, maka tunggulah kehancuran dunia ini.
Kesimpulan dari semua ini, kalau orang itu sudah mengaku agamanya Islam, maka kerjakanlah sholat. Sebab, sholat merupakan tiang agama dan merupakan ajaran Nabi-Nabi terdahulu yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad saw.
Jika seseorang sudah menjalankan sholat dan ajaran Islam yang lainnya, maka dia termasuk orang yang bertaqwa yang akan mendapatkan anugrah rohmat dan dimasukkannya oleh Alloh swt ke dalam sorga-Nya. Karena ummat Nabi Muhammad saw yang masuk ke sorga itu akan dirupakan manusia. Mengapa demikian .?
Ini kembalinya kepada keagungan nama Nabi Muhammad saw yang menunjukkan kerangka manusia. Apabila  manusia masih berbentuk manusia, maka dia tidak akan masuk neraka.
IKHLAS SHOLAT
Sebuah pengalaman Spiritual dalam iman seorang guru besar mengatakan bahwasanya di dalam setiap ibadah yang kita kerjakan harus bisa menyentuh dan memasuki dimensi spritual. Dimensi spiritual itu tidak lain adalah ihsan:
“An ta’budalloh ka annaka taroohu waillam yakun taroohu fainnahu yarooka”. Kita beribadah kepada Alloh seakan kita melihat-Nya, apabila kita tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat kita”.
Ulama-ulama dahulu sering berdebat seputar masalah “MELIHAT ALLOH” di akhirat nanti.
Menurut paham sebagian besar ulama, di akhirat nanti Alloh swt dapat dilihat, “yang tak dapat terlihat itu hanyalah yang tak mempunyai wujud”. Yang mempunyai wujud mesti dapat dilihat. Sedangkan Alloh swt “mempunyai wujud”.
Sementara argumen ulama yang lain, “Alloh swt tidak dapat dilihat” Argumen mereka, dikatakan “Alloh swt tak mengambil tempat dan dengan demikian tidak dapat dilihat karena yang dapat dilihat hanya yang mengambil tempat.”
Kedua paham yang saling bertolak belakang ini pun memakai dalil-dalil Al-Qur’an untuk menegaskan pendapatnya, di antaranya surat al-Qiyamah ayat 22-23 :
“Wajah-wajah orang mukmin pada waktu itu berseri-seri. Kepada Tuhan-nyalah mereka nadhirah (melihat).”
Menurut paham ulama yang pertama kata nadhirah dalam ayat itu harus diartikan melihat, bukan berpikir, sebab akhirat bukan tempat berpikir. Kata itu juga tidak bisa diartikan menunggu karena wujuh, ya’ni muka atau wajah, tidak dapat menunggu, yang menunggu adalah manusia.
Sedangkan menurut ulama kedua kata nadhoro harus di artikan menunggu. “nadhora bukan berarti ru’yah (Arab : Melihat),”
Itulah teolog-teolog dahulu, mereka punya argumen masing-masing untuk meneguhkan keyakinannya.
Tapi, yang lebih penting sebenarnya bukan bisa atau tidak bisanya kita melihat Tuhan di akhirat nanti, melainkan bagaimana di dalam setiap beribadah kita seakan-akan ada di hadapan-Nya, “melihat”-Nya, atau meyakini bahwa kita “dilihat-Nya”, supaya ibadah kita benar-benar bisa memasuki satu pengalaman spritual yang indah dan menakjubkan.
Misalnya, ketika kita berdzikir atau sholat.
Sholat yang ihsan bisa membawa kita pada satu pengalaman yang sepenuhnya terjadi komunikasi dan dialog langsung dengan Alloh swt, yang pada akhirnya akan membekas pada hati dan akal pikiran kita, dan akan memberikan dorongan untuk mencegah dan menjauhi perbuatan keji dan munkar.
Sholat tanpa pengalaman spritual di dalamnya hanya akan menggugurkan kewajiban kita semata, tidak akan menjadi satu perisai untuk menghadapi perbuatan keji dan munkar. Sholat yang tidak mencapai ihsan tidak akan menimbulkan satu komitmen moral dan tindakan aktual dalam memperjuangkan kebenaran.
Salah besar jika ada orang yang mengatakan bahwa sholat itu tidak penting .. Tetapi SHOLAT SANGATLAH PENTING.
Kata mereka yang lupa, “Yang penting adalah perjuangan membela golongan orang-orang kaum kecil,” Justru dengan sholat yang ihsan akan membimbing kita dalam perjuangan itu, supaya tidak anarkis dan brutal, kita akan dituntun oleh NAFSUL-MUTHMAINNAH.
An-Nafs Al-Muthmainnah artinya Inilah jiwa/nafsu yang tenang dan tentram karena senantiasa mengingat Alloh swt. Jiwa/nafsu yang tenang dan tentram karena senantiasa gemar berdekatan dengan Alloh swt. Jiwa/nafsu yang tenang dan tentram dalam ketaatan kepada Alloh swt. Jiwa/nafsu yang tenang dan tentram baik ketika ditimpa musibah maupun mendapatkan ni’mat.
Jika mendapatkan musibah, ia ridho terhadap taqdir Alloh swt. Jika kehilangan sesuatu, ia tidak putus asa, dan jika ia mendapatkan ni’mat, ia tidak lupa daratan. Inilah jiwa/nafsu yang tenang dan tentram dalam iman. Tidak tergoyahkan oleh keragu-raguan dan syubhat. Jiwa/nafsu yang rindu untuk bertemu dengan Tuhannya.
Dan inilah jiwa/nafsu yang ketika wafat dikatakan kepadanya: “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi.” (QS Al-Fajr: 27-28)
Pengalaman Iman akan membawa seseorang pada perkenalan dengan Alloh swt secara pribadi. Ia mengenal Alloh swt karena imannya sanggup membawanya pada “perjumpaan” dengan-Nya. Yang namanya pengalaman pastinya objektif, pengalaman iman pun seperti itu adanya, namun terjadi secara spiritual.
DUNIA SUFI
Puncak dari perjalanan iman yang bersifat spiritual yang ada di dunia yang fana ini adalah Pengalaman “PERJALANAN” Isro’ Mi’roj nya Nabi kita Muhammad saw dan kembalinya beliau saw ke dunia yang brutal ini. Itulah Rosul kita.
Kita tahu bahwa tujuan kita hidup di dunia ini ingin bertemu dengan Alloh swt, namun Rosululloh saw berbeda beliau saw kembali lagi ke dunia untuk memberikan pencerahan bagi umat manusia.
Seorang Sufi mengatan:
“Demi Alloh, seandainya aku Muhammad saw, aku tidak ingin kembali lagi ke dunia karena sudah bertemu dengan Tuhan, sedangkan Tuhan adalah tujuan terakhir hidupku, mengapa ketika aku sampai ke puncak tujuanku aku harus kembali lagi ke dunia yang fana ini.”
Kembalinya Rosululloh saw ini pun bisa kita pahami dari bahasa-bahasa beliau saw. Bahasa-bahasa hadits ini tidak membuat kita bingung tujuh lapis. Berbeda dengan bahasa para sufi, “Aku adalah al-Haqq,” kata al-Halaj.
Para sufi begitu asyik di dunianya yang telah “berjumpa” Alloh swt. Mereka mabuk dalam keindahan Alloh swt. Ketika mereka mabuk, mereka tidak mampu dan bisa kembali lagi ke dunia manusia; dalam pema’naan bahasa, mereka tak turun ke bahasa manusia biasa seperti kita.
Rosululloh tidak akan membingungkan umatnya.
Bahkan Beliau swt sendiri berkata dalam hadits shohih, “Saya bukan Tuhan dan Anak Tuhan”.
Kembalinya Rosululloh saw. ke dunia setelah bertemu dengan Tuhan mengisyaratkan bahwa pengalaman spiritual kita pun harus kembali membumi dalam kehidupan sehari-hari dengan terus menerus tak kenal lelah memperjuangkan kebajikan dan kebenaran.
Wallohu a’lam bish-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar