Minggu, 14 September 2014

Sejarah Nabi - 3 - Sejarah Zam-Zam

Tinggallah bunda Hajar bersama bayi Ismail di tengah padang pasir sepi yang sama sekali tak ada makhluk apapun, tak ada makanan apapun, tak juga pohon.
Maka tak berapa lama, habislah perbekalan, tak ada air, habis pula asi bunda Hajar. Bayi Ismail menangis, paniklah Bunda Hajar. Allahu Akbar!
Bunda Hajar berlari ke bukit Shofa mencari air, tak ada, berlari balik ke bukit Marwah, tak menemukan air. Dalam keadaan gundah, bunda Hajar berlari terus shofa-marwah, shofa-marwah, mencari air, tapi tak kunjung ketemu.
Bayi Ismail semakin keras tangisannya, semakin gundahlah bunda Hajar, berlari terus shofa-marwah-shofa-marwah. Subhanallah..
Saat itulah malaikat Jibril turun.
Jibril memukulkan sayapnya tepat di bawah kaki bayi Ismail, langsung keluar air, Subhanallah..
Dari bawah kaki bayi Ismail keluar air yang bening.
Melihat itu, bunda Hajar segera berlari cepat menghampiri bayi Ismail, lalu berusaha mengumpulkan air yang keluar dengan membuat semacam lubang atau tanah yang ke bawah.
Sambil mengumpulkan air yang keluar, bunda Hajar mengatakan, “Zami zami zami.. berkumpullah berkumpullah berkumpullah..”
Zami atau zumi dalam bahasa arab berarti berkumpul.
Maka sampai kini, air tersebut terkenal dengan nama air zam-zam, artinya air yang berkumpul.
**
Sementara itu, di tempat lain padang pasir tersebut, adalah satu kabilah arab, kabilah Jurhum namanya, sedang mencari air.
Perlu diketahui bahwa pada masa itu, orang arab jahiliyah selalu berpindah-pindah, untuk mencari air. Mereka memiliki kelebihan pandai melihat awan dan gerakan bintang. Itu adalah ilmu untuk mengetahui kapan hujan akan turun, di mana hujan itu turun, dan berapa lama hujan itu turun. Subhanallah..
Ketika dalam perjalanan, tiba-tiba kabilah Jurhum melihat burung beterbangan yang sangat banyak. Mereka meyakini bahwa tidak mungkin burung itu terbang di atas kecuali di bawahnya ada air. Maka kabilah Jurhum bergegas memeriksa tempat itu.
Ternyata benar, tepat di tempat burung beterbangan, ada sumber air. Dan, ada penjaganya, yaitu seorang wanita dan bayinya, ialah Hajar dan bayi Ismail. Subhanallah..
Kalau zaman sekarang, kira-kira, ada 1 grup/kabilah di padang pasir, perlu air, lalu menemukan sumber air, yang dijaga hanya oleh seorang wanita dan bayi, bayangkan, kira-kira apa yang akan dilakukan? Dirampas. Kalian pergi, ini milik kami. Bisa terjadi seperti itu.
Namun, kabilah Jurhum ini adalah kabilah yang sangat beradab, punya sopan santun tinggi, amat lemah lembut.
Sehingga, ketika kabilah Jurhum melihat ada penjaga sumber air itu, mereka bertanya kepada bunda Hajar,
“Punya siapakah ini air ini, wahai perempuan?”
“Ini kepunyaan aku,” jawab bunda Hajar.
“Kalau begitu, boleh kah kami mengambil air itu?”
“Boleh,” kata bunda Hajar.
“Untuk membalas kebaikanmu tehadap kami, maka kamu tidak usah memikirkan makanan. Kami yang memberikan makanan untukmu dan anakmu”
Subhanallah.. Begitu Allah sudah mengatur..
Akhirnya, berkat memiliki air zam-zam, maka bunda Hajar dan Ismail bertemu kabilah Jurhum, dan mendapatkan makanan.
Maka setelah itu, yang membimbing dan membesarkan Ismail adalah kabilah Jurhum, kabilah yang akhlaknya sangat mulia, indah dan lemah lembut. Bukan hanya itu, bahkan kabilah Jurhum ini bahasa arab nya paling baik, paling fasih. Sampai akhirnya Ismail pun menikah dengan wanita kabilah Jurhum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar