Minggu, 19 April 2015

Mengenal Bukit Shafa dan Kejadian Penting di Bukit Shafa

Mengenal Bukit Shafa dan Kejadian Penting di Bukit Shafa
Shafa adalah bukit kecil yang berada pada jarak kurang lebih 130m sebelah Selatan (agak ke kiri) dari Masjidil Haram. Sekarang, di atas bukit ini sudah dibangun atap bulat berbentuk kubah. Bukit inilah (Shafa) yang dalam syariat digunakan sebagai tempat bermulanya Sa'i.

Dalam al-Qur'an disebutkan:

"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dad syiar Allah" - (Q.S: Al Baqoroh/2:158)

Bukit shafa menjadi saksi banyak peristiwa penting sepanjang sejarah. Peristiwa-peristiwa penting tersebut diantaranya ialah:

Kejadian Kejadian Sejarah Penting di Bukit Shafa

Pertama, dakwah di atas bukit Shafa. Nabi Muhammad saw pernah naik ke bukit ini dan berseru kepada orang-orang. Maka setelah orang-orang Quraisy berkumpul, Nabi lalu menyeru mereka untuk beriman kepada Tauhid, risalahnya, kepada Hari Akhir, serta mengingatkan mereka akan neraka.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ti bahwa ketika ayat:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" - Q.S Al-Syuara /26:214 diturunkan, Nabi Muhammad saw naik ke bukit Shafa, dan menyeru "Wahai Bani Fahr! Wahai Bani 'Addi!" dari suku Quraisy sampai mereka berkumpul. Sampai-sampai jika ada seseorang yang berhalangan, ía mengirirnkan orang lain untuk memastikan apa yang terjadi, dan datang pula diantara mereka Abu Lahab dan Quraisy.

Bukit Shafa
Nabi lalu berkata; "Bukankan aku telah memperlihatkan pada kalian semua, bahwasannya aku telah memberitahukan ada seseorang di lembah ini yang ingin merubah kehidupan kalian. Apakah kalian semua mempercayaiku?" Mereka serentak berucap, "Kami tidak pernah mendapatimu kecuali seorang yang jujur." Maka Nabi pun menimpalinya kembali, "Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan kepadamu dari siksa yang pedih." Mendengar itu semua, Abu Lahab berkata, "Celakalah kau! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?"

Setelah itu turunlah ayat, ("Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ía usahakan. Kelak din akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pun) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.") (Q s. al-Lahab/ 111:5)

Kedua, dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya ia berkata: Orang-orang Quraisy datang kepada Nabi dan berkata: "Mohonlah kepada Tuhanmu agar menjadikan bukit Shafâ ini emas bagi kami, sehingga kami akan beriman." "Apakah kalian akan melakukannya?", timpal Nabi. Lalu mereka menjawab: "Iya". Kata Ibnu Abbas, setelah itu Nabi memohon sehingga datanglah Malaikat Jibril sambil berkata: "Sesungguhnya Tuhanmu memberi salam kepadamu. Jika Aku menghendakinya, niscaya dijadikannya bukit Shafa itu emas buat mereka. Dan barangsiapa dari mereka ingkar setelah itu, maka Aku akan menyiksanya dengan siksa yang belum pemah Aku timpakan kepada seluruh alam raya ini. Dan jika Aku menghendaki, niscaya Aku bukakan bagi mereka pintu taubat dan rahmat." Lalu Nabi Menjawab: "Aku ingin pintu taubat dan rahmat". Dalam riwayat lain disebutkan bahwa saat itulah turun ayat, ("Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu") (Qs. al-Isro/17:59)

Ketiga, perlakuan buruk Abu Jahal kepada Nabi Muhammad saw. Suatu ketika, Abu Jahal berjalan di Shafa melewati Nabi Muhammad saw lalu menyakiti dan memukul kepala beliau dengan batu hingga terluka dan mengeluarkan darah. Ketika Hamzah ibn Abdul Muthalib mengetahui hal itu, ia langsung mendatangi Abu Jahal yang ketika itu sedang berada di Nadi (tempat perkumpulan) Quraisy di dekat Ka'bah. "Bagaimana engkau mengumpat keponakanku sementara aku berada dalam agamanya?" kata Hamzah. Kemudian ia memukul Abu Jabal dengan busur panah hingga menyebabkan luka yang cukup parah.

Keempat, Shafa sebagai tempat berkumpul. Setelah dakwah Islam berhasil, Nabi kembali ke Mekah untuk membebaskan kota itu, dan menyuruh Khalid ibn Walid beserta orang-orang yang bersamanya agar masuk melalui dataran rendah Mekah, sehingga akhirnya mereka berkumpul di Shafa. Menyaksikan hal itu, Nabi pun berkata, "tempat kumpul kalian ialah Shafa".

Kelima, setelah pembebasan Mekah, Rasulullah mencium Hajar Aswad, lalu thawaf di sekeliling Ka'bah. Selesai menunaikan thawaf, beliau langsung menuju Shafa dan naik ke atas bukit tersebut hingga melihat Kabah, kemudian mengangkat kedua tangan beliau, memuji Nama Allah dan berdo'a tentang apa saja.

Keenam, pemberian maaf dan pemyataan keamanan. Nabi sedang berdiri di atas bukit shafa, dan datanglah kaum Anshar dengan mengelilingi bukit tersebut. Rasulullah lalu bersabda: "Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan, maka amanlah dia. Barangsiapa meletakkan senjatanya, amanlah dia. Dan barangsiapa menutup pintu rumahnya, maka amanlah dia". Kemudian orang-orang Anshar bilang, lelaki ini telah bersikap lembut kepada keluarganya dan mencintai kampung halamannya, maka apakah ía akan menetap di dalamnya. Setelah itu, Rasulullah saw menimpalinya, "apakah yang kalian katakan tadi?". Rasulullah pun diberitahu oleh orang-orang Anshar terebut, dan disambut oleh Rasulullah dengan berkata, "Aku berlindung kepada Allah. Kehidupan ini ialah kehidupan kalian, dan kematian itu ialah juga kematian kalian."

Ketujuh, masuk Islam. Bukit Shafa menjadi saksi bahwa orang-orang yang dahulunya ikut mengusir, menyakiti dan memerangi Nabi ketika di Mekah, mereka berkumpul di sekitar Shafã untuk berbai'at masuk Islam, mengakui tauhid dan risalah yang dibawakan oleh Rasulullah

Ketika Hindun —istri Abu Sufyan- datang bersama rombongan kaum perempuan dari Quraisy untuk berbai'at masuk Islam, Nabi saat itu sedang berada di atas bukit Shafa, dan Umar bin khotob yang mengajari mereka tentang Islam. Ketika diajarkan bahwa hendaknya mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, Hindun menimpali, "Aku sudah tahu kalau Allah memiliki sekutu selain-Nya, maka tidak akan membutuhkan kita". Kemudian, ketika diajarkan bahwa hendaknya mereka tidak mencuri, Hindun berkata lagi, "Mungkinkan seorang yang bebas akan mencuri?". Lalu, ketika diajarkan bahwa hendaknya mereka jangan berbuat zina, lagi-lagi ia - menimpalinya, "apakah ada orang yang bebas akan berbuat zina, wahai Rasulullah?". Sementara ketika diajarkan bahwa hendaknya mereka tidak mengingkari kebaikan, barulah Hindun mengatakan, "Demi bapak dan ibumu, sungguh sangat mulia dan baiknya apa yang engkau serukan itu.

Kedelapan, Allah berfirman, ("Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari burni yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesunggulmya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami") (Q. s. al-Naml/27:82) Dan Nabi Muhammad bersabda, "Bersegeralah dalam bekerja sebelum terbitnya matahari hingga terbenamnya, dan sebelum datangnya Dajjal dan binatang-binatang melata."

Ada perbedaan pendapat mengenai darimanakah keluarnya? Ada yang mengatakan keluar dari bukit Shafa di Mekah, ada pula yang mengatakan dari Bukit Abu Qubais. Dan ada juga yang berpendapat keluarnya dari Masjid paling besar, paling agung, dan paling rnulia. Sementara ada pula yang berpendapat lain. Namun demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ketiga pendapat di atas sebetulnya dapat dipandang saling melengkapi. Bahwa bukit Shafta' berasal dari bukit Abi Qubais dan berada di Masjid paling mulia, yaitu Masjidil Haram

1 komentar: