Dakwah Rasul Kepada Bangsa Jin
Surat Al Jin ayat 1-9.
Suatu ketika, Al-Qamah bertanya
kepada Ibnu Mas’ud perihal siapa saja yang telah menemani Rasul untuk
menemui bangsa jin (baca: untuk berdakwah). Saat itu, Ibnu Mas’ud
menjelaskan bahwa suatu malam, para sahabat pernah tidak melihat
Rasulullah saw. Setelah dicari, Rasul tetap tidak kelihatan. Para
sahabat pun sangat khawatir. Apalagi, saat itu kaum kafir Quraisy sedang
gencar-gencarnya melancarkan tipu muslihat untuk mencelakakan Nabi saw.
Mereka mengira, beliau telah diculik kaum kafir Quraisy. Sepanjang
malam, para sahabat dilanda kegelisahan dan perasaan yang tidak menentu.
Mereka tidak bisa tidur karena menunggu kabar tentang keberadaan
Rasulullah.
Nabi berdakwah kepada bangsa jin, mungkinkah? Ya,
dalam berdakwah, Nabi tidak saja didatangi para jin muslim, tapi juga
kerapkali mendatangi tempat jin berkumpul.
Menjelang pagi hari,
mereka melihat Rasulullah muncul dari arah gua Hira. Melihat kedatangan
Rasulullah tersebut, serentak para sahabat sangat lega dan gembira.
Mereka kemudian mengabarkan kepada Rasulullah ihwal kegelisahan mereka
selama semalam suntuk karena tak melihat beliau.
Mereka pun
melontarkan kekhawatiran mereka perihal keselamatan Nabi saw dan
kemungkinan-kemungkinan buruk yang mereka perkirakan bakal menimpa
Rasul. Mereka merasa bersyukur, karena Nabi yang mereka cintai ternyata
tidak mengalami peristiwa seperti yang mereka khawatirkan.
Rasul
dapat memahami kekhawatiran para sahabatnya itu. Beliau pun kemudian
menjelaskan tentang apa sebenarnya yang telah terjadi kepada dirinya,
“Sesungguhnya para mubaligh dari bangsa jin telah datang menemuiku.
Maka, mereka kudatangi dan kemudian aku membacakan ayat-ayat al-Qur’an
untuk mereka.”
Untuk meyakinkan para sahabat tentang apa yang
beliau katakan, Rasulullah mengajak para sahabat menelusuri jejak
beliau. Pada jejak-jejak itu juga terdapat jejak para jin yang berkumpul
dan bekas api yang mereka bawa sebagai alat penerangan.
Menurut
penafsiran Al-Suhaili sebagaimana dilansir Abu Azka Fathin Mazayasyah
dan Ummi Alhan Ramadhan M dalam buku Bercinta Dengan Jin, jin yang masuk
Islam lewat bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang diperdengarkan oleh
Rasulullah semula berasal dari agama Yahudi, yaitu pengikut Nabi Musa
as.
Sementara Ibnu Salam memiliki pandangan yang sama tentang hal
itu. Ia menambahkan, peristiwa tersebut berlangsung dalam masa tiga
tahun sebelum ia hijrah ke Madinah. Juga sebelum terjadinya peristiwa
Isra Mi’raj.
Adapun mengenai jumlah jin yang hadir saat itu,
menurut Ibnu Ishak, ada tujuh jin saja. Ibnu Hatim menjelaskan secara
lebih spesifik lagi. Menurutnya, dari tujuh jin itu, tiga jin berasal
dari Haran dan empat jin dari Nashibin.
Menurut Al-Tsauri, yang
diberitakan oleh Ashim dan bersumber dari Zurr bahwa jin yang hadir itu
berjumlah sembilan jin. Sedangkan pendapat Al-Tsauri yang diriwayatkan
Ikrimah, jumlahnya melonjak secara fantastis, yaitu dua belas ribu jin.
Terlepas mana yang benar dari jumlah-jumlah tersebut; yang jelas,
pertemuan Rasulullah saw dengan bangsa jin tiada lain adalah untuk
mendakwahkan agama tauhid kepada mereka. Di antara para jin yang pernah
ikut mendengarkan dakwah Rasulullah saw tersebut, menurut Ibnu Durair,
adalah Syashir, Mashir, Munsyini, Masyie dan Al-Ahqag.
Dalam buku
Laskar Api: Buku Paling Pintar tentang Jin karya Ruqayyah Yaqubi
disebutkan bahwa ada suatu malam yang disebut dengan istilah lailatul
jin (malam jin). Artinya, suatu malam di mana Rasulullah mendatangi para
jin untuk berdakwah: mengajarkan agama dan memperdengarkan ayat-ayat
al-Qur’an. Istilah ini semakin menegaskan bahwa ada hari-hari tertentu
di mana Nabi akan mendatangi bangsa jin untuk berdakwah.
Tempat
jin yang didatangi Rasul untuk berdakwah berbeda-beda: kadang gua,
kadang pula pohon besar dan sebagainya. Misalnya, seperti disebutkan
Mazayasyah dan Ummi Alhan Ramadhan M, bahwa suatu ketika Allah pernah
mendatangkan kepada Nabi sekelompok jin untuk belajar agama kepadanya.
Konon, sebuah pohon besar kemudian menawarkan dirinya kepada Nabi
sebagai tempat berkumpulnya para jin yang hadir tersebut. Para jin itu
pun datang dan lalu belajar agama kepada Nabi. Setelah itu, mereka
segera kembali kepada kaumnya untuk menyampaikan apa yang telah
dipelajarinya dari Rasul.
Mengajak Sahabat
Dalam
dakwahnya kepada bangsa jin, Nabi kerapkali mengajak sahabatnya untuk
melihat apa yang dilakukannya tersebut. Menurut Ibnu Mas’ud, suatu
malam, Rasulullah saw pernah bersabda kepada para sahabat, “Barangsiapa
pada malam ini ingin mengetahui masalah yang berkaitan dengan jin, maka
ayo, ikutilah saya.”
Ternyata, tak ada seorang pun
yang berani menyatakan kesediaannya untuk ikut bersamanya. Biasanya,
diamnya para sahabat itu bukan karena mereka takut atau tidak mau
mengikuti Nabi saw. Akan tetapi, mereka merasa segan kepadanya. Rasa
hormat dan sifat ingin memuliakan Nabi saw yang begitu besar menyebabkan
mereka tidak banyak bicara di hadapannya. Pada kesempatan itu, Ibnu
Mas’ud memberanikan diri untuk usul kepada Rasulullah. Ia menawarkan
diri agar dapat menyertainya. Akhirnya, Rasulullah saw mengajak Ibnu
Mas’ud pergi menuju dataran tinggi di kota Mekkah. Setelah sampai, ia
membuat garis di tanah dengan menggunakan jari kaki. Ibnu Mas’ud
diperintahkan untuk duduk di garis itu. Setelah ia duduk, kemudian
Rasulullah saw berjalan menjauh dari tempat Ibnu Mas’ud duduk.
Dari kejauhan, Ibnu Mas’ud masih dapat melihat Rasulullah
dengan jelas. Ia berhenti di suatu tempat dan kemudian membaca ayat-ayat
al-Qur’an. Tak lama kemudian, Ibnu Mas’ud melihat banyak orang
mengerumuni Rasulullah saw. Ia tak tahu dari mana arah datangnya mereka
itu. Tiba-tiba saja mereka muncul dan mengelilingi Rasulullah saw.
Bersamaan dengan itu, Ibnu Mas’ud tidak bisa lagi melihat tubuh
Rasulullah dan bacaan al-Qur’an beliau sudah tak dapat didengar olehnya.
Ketika penyampaian ayat-ayat al-Qur’an itu telah selesai
dibaca Rasulullah, Ibnu Mas’ud melihat orang-orang itu mulai pergi
meninggalkan Rasulullah secara bergerombol. Mereka tampak seperti mega
yang berarak-arakan di atas langit. Namun, ada satu kelompok lagi yang
masih tetap tinggal bersamanya. Rasulullah terlihat masih menyampaikan
dakwah kepada sekelompok jin tersebut sampai fajar tiba.
Setelah itu, ia menyudahi pertemuan dan kembali mendekat ke arah
Ibnu Mas’ud yang masih setia duduk menunggu. Kepada Ibnu Mas’ud,
Rasulullah bertanya, “Lihatlah, apakah yang mereka kerjakan?” Ibnu
Mas’ud menjawab, “Ya Rasulullah, begitulah mereka.”
Mendengar jawaban Ibnu Mas’ud demikian, Rasulullah kemudian mengambil
sebatang tulang dan kotoran. Ia memberikannya kepada para jin yang masih
menunggu di situ sebagai bekal mereka. Setelah itu, ia bersabda, yang
isinya melarang siapa pun beristinja atau bersuci dengan menggunakan
tulang dan kotoran.
Pada masa itu, di negeri gurun
pasir, tulang hewan dan kotoran acap kali menjadi kering-kerontang.
Orang yang kurang hati-hati, bisa jadi akan mengambil salah satunya
sebagai alat untuk beristinja setelah membuang hadats besar atau hadats
kecil. Padahal, jika air tidak ditemukan, alat yang dibolehkan untuk
beristinja adalah batu.
Dalam riwayat lainnya dengan
sumber yang sama, yaitu dari Ibnu Mas’ud, dikatakan bahwa pada saat itu
Ibnu Mas’ud sempat melihat dan mendengar ada jin yang bertanya pada
Rasulullah saw, “Siapa yang telah bersaksi bahwa engkau adalah utusan
Allah?”
Rasul kemudian menunjuk ke arah sebuah pohon yang tumbuh
di dekat situ, seraya balik bertanya, “Apakah jika pohon yang berada di
dekat kalian itu mau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah, maka kalian
akan ikut beriman?”
Bersamaan dengan itu, Ibnu Mas’ud melihat
tiba-tiba saja pohon itu menggerakkan cabang-cabangnya. Kemudian
Rasulullah bersabda kepada pohon itu, “Apakah kamu bersaksi bahwa aku
Rasulullah?” Pohon itu lalu mengeluarkan suara sebagai jawaban, “Ya. Aku
bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah saw.”
Demikian salah satu model dakwah Nabi kepada bangsa jin. Jadi, kadang
Nabi mendatangi para jin tersebut di sebuah tempat tertentu, seperti
pohon besar, gua, dan sebagainya; dan kadang pula mereka sendiri yang
mendatangi Rasul untuk belajar agama. Dalam dakwahnya itu, Nabi juga
kadang mengajak sahabatnya dan kadang pula sendirian. Yang jelas, apa
yang dilakukan Rasul benar-benar sebuah perjuangan yang sangat berat.
Sebab, ia tidak saja berdakwah kepada manusia, tapi juga kepada bangsa
jin. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mendapatkan syafaatnya
di akhirat nanti! aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar