Perang Khandaq adalah perang umat Islam melawan pasukan sekutu yang
terdiri dari Bangsa Quraisy, Yahudi, dan Gatafan yang terjadi pada tahun
ke-5 setelah Hijrah ke Madinah (Tahun 627 Masehi).
Perang Khandaq disebut juga Perang Ahzab, yang artinya Perang Gabungan. Muaranya adalah ketidakpuasan beberapa orang Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Wa’il akan keputusan Rasulullah SAW yang menempatkan mereka di luar Madinah. Dari Bani Nadir adalah Abdullah bin Sallam bin Abi Huqaiq; Huyayy bin Akhtab; dan Kinanah ar-Rabi bin Abi Huqaiq. Sedangkan dari Bani Wa’il adalah Humazah bin Qais dan Abu Ammar.
Awal Mula Peperangan disebabkan
orang-orang Yahudi melihat kemenangan kaum musyrikin atas kaum muslimin
pada perang Uhud, dan mengetahui janji Abu Sufyan untuk memerangi
muslimin pada tahun depan (sejak peristiwa itu), berangkatlah sejumlah
tokoh mereka seperti Sallam bin Abil Huqaiq, Sallam bin Misykam, Kinanah
bin Ar-Rabi’, dan lain-lain ke Makkah menjumpai beberapa tokoh kafir
Quraisy untuk menghasut mereka agar memerangi Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bahkan mereka menjamin akan membantu dan mendukung
kaum Quraisy dalam rencana itu. Quraisy pun menyambut hasutan itu.
Kekuatan Pasukan Quraisy
Pasukan begitu banyak dan peralatan begitu lengkap, suku Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, suku Gotofahn di pimpin oleh Uyaynah bin Hisn bin Hudzaifah bin Badr pada Bani Fazarah, Bani Murrah di pimpin oleh Harits bin Auf, Bani Asyja’ di pimpin oleh Mas’ud bin Rakhilah bin Nuwairah bin Tharif bin Samhah bin Gotofahn. Mereka bergerak dengan jumlah yang banyak dan peralatan yang lengkap untuk satu tujuan; perang melawan Rasulullah SAW. Mereka bersepakat untuk berkumpul di Khaibar, dan jumlah mereka dari berbagai kelompok dan suku adalah 10 ribu pasukan, adapun pucuk pimpinan dalam perang tersebut dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb
Salman Al-Farisi dan Strategi Perang Khandaq
Ketika Rasulullah melakukan musyawarah dengan para sahabat untuk menghadapi pasukan yang banyak tersebut. Pada saat itu jumlah umat Islam masih sedikit; hanya sekitar 3 ribu personil, padahal jumlah pasukan musuh telah mencapai 10 ribu personil. Kekuatan yang tentu tidak berimbang hingga Salman Al-Farisi menawarkan ide. Beliau berkata: ”Wahai Rasulullah, sewaktu kami di Persia, jika kami diserang, kami membuat parit, alangkah baik jika kita juga membuat Parit sehingga dapat menghalangi dari melakukan serangan”.
Seketika itu Nabi saw menyutujui pendapat Salman. Maka dari itu, membuat parit menjadi peristiwa pertama yang disaksikan oleh Arab dan umat Islam, karena mereka belum pernah menyaksikan sebelumnya parit sebagai sarana untuk berperang.
Inilah asal muasal nama Perang Khandaq.
Permulaan Konstruksi penggalian Parit
Rasulullah dan para sahabat keluar dari kota Madinah dan berkemah di salah satu tempat di bukit gunung Sala’ sehingga membelakangi kota Madinah. Selama membangun parit dalam waktu 6 hari, pertahanan kota di bagian lain juga diperkuat. Wanita dan anak-anak dipindahkan ke rumah yang kokoh dan dijaga ketat. Bongkahan batu-batu diletakkan di samping parit untuk melempari pasukan lawan. Sementara sisi kota yang tidak dibuat parit, diserahkan pengamanannya pada Bani Quraizhah. Strategi ini sangat tepat sebab pasukan lawan tidak mengetahui pertahanan menggunakan parit. Sebelumnya, mereka biasa berperang dengan tenik maju-mundur; menyerang, dan lari. Terbukti strategi ini cukup bisa membendung para sekutu. Selama satu bulan penuh, tidak ada kontak langsung antara kedua pihak kecuali saling lempar panah.
Umat Islam bersama Rasulullah saw mulai bekerja membuat parit dan mereka menganggapnya sebagai ibadah yang akan ada ganjarannya kelak, mereka saling bergotong royong dan saling membantu. Rasulullah saw begitu giat bekerja sehingga umat Islampun semangat melakukannya. Namun berbeda dengan kaum munafiqin melakukan manuver untuk memperlambat pekerjaan, mereka kadang lamban bekerja, pergi lalu lalang kesana kemari tanpa tujuan yang jelas dan bahkan mereka sengaja pergi ke keluarga mereka tanpa sepengetahuan Rasulullah saw.
Senandung Sya'ir para sahabat saat pembuatan parit
Dan diriwayatkan oleh Anas ra bahwa kaum Anshar dan Muhajirin mensenandungkan syair saat menggali parit dan memindahkan tanda dari tempatnya:
Maka nabipun menjawab senandung mereka dengan ungkapan
Ketika Peperangan dimulai
Pertempuran sahabat Ali dengan ‘Amr bin ‘Abdi Wadd
Ketika kaum musyrikin sampai di kota Madinah, mereka terkejut melihat pertahanan yang dibuat kaum muslimin. Belum pernah hal ini terjadi pada bangsa Arab. Akhirnya mereka membuat perkemahan mengepung kaum muslimin. Tidak terjadi pertempuran berarti di antara mereka kecuali lemparan panah dan batu. Namun sejumlah ahli berkuda musyrikin Quraisy, di antaranya ‘Amr bin ‘Abdi Wadd, ‘Ikrimah dan lainnya berusaha mencari jarak lompat yang lebih sempit. Beberapa orang berhasil menyeberangi parit. Merekapun menantang para pahlawan muslimin untuk perang tanding.
Kata ‘Amr bin ‘Abdi Wadd, "Adakah kalian berani menghadapi ku?"
Di masa perang Khandaq, umat Islam pernah ditantang duel Amr bin Abd Wad al-Amiri, dedengkot musyrikin Quraisy yang sangat ditakuti.
Nabi bertanya kepada para sahabat tentang siapa yang akan memenuhi tantangan ini. "Siapa yang akan menerima tantangannya?"
Para sahabat terlihat gentar. Nyali mereka surut. Dalam situasi ini Sayyidina Ali bin Abi Thalib maju, menyanggupi ajakan duel Amr bin Abd Wad.
Ali berkata, "Aku Ya Rasulullah".
Melihat Ali yang masih terlalu muda, Nabi lantas mengulangi tawarannya kepada para sahabat. Hingga tiga kali, memang hanya Ali yang menyatakan berani melawan jawara Quraisy itu.
Rasulullah pun mengizinkan.
Amr bin Abd Wad menanggapinya dengan tertawa mengejek.
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menyambut tantangan tersebut. ‘Ali berkata: “Wahai ‘Amr, kau pernah menjanjikan kepada Allah, bahwa tidak seorangpun lelaki Quraisy yang menawarkan pilihan kepadamu salah satu dari dua hal melainkan kau terima hal itu darinya.”
Kata ‘Amr: “Betul.”
Kata ‘Ali: “Maka sungguh, saya mengajakmu kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada Islam.”
‘Amr menukas: “Aku tidak membutuhkan hal itu.”
Kata ‘Ali pula: “Kalau begitu saya menantangmu agar turun (bertanding).”
Kata ‘Amr: “Wahai anak saudaraku, demi Allah. Aku tidak suka membunuhmu.”
‘Ali menjawab tegas: “Tapi saya demi Allah, ingin membunuhmu.”
‘Amr terpancing, diapun turun dan membunuh kudanya, lalu menghadapi ‘Ali.
Mulailah keduanya saling serang, tikam menikam dengan serunya. Pertempuran ini berlangsung selama 1 jam tanpa henti. yang terlihat hanya pasir beterbangan menutupi pertempuran mereka.
Tiba-tiba terdengan teriakan, "Allahu Akbar".
Debu pun surut maka terlihat Amr bin Abdl Wad terkapar karena pahanya terkena sabetan pedang sayidina Ali.
Usai paha kekarnya disabet pedang, Amr bin Abd Wad pun tumbang ke tanah. Kemenagan Ali sudah di depan mata. Hanya dengan sedikit gerakan saja, nyawa musuh dipastikan melayang.
Ali berteriak lagi, "Allahu Akbar...!!". Nabi dan umat Islam ikut menyambut teriak takbir.
Dalam situasi terpojok Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri membrontak. Tiba-tiba ia meludahi wajah sepupu Rasulullah itu. Menaggapi hinaan ini, Ali justru kian pasif(Cuek). Ali menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat.
Karena merasa diremehkan Ali, maka Amr Abd Wad meludahi wajah sayidina Ali.
”Saat dia meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah SWT,” kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya.
Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya tewas di tangan Ali.
Karena sangat marah Amr bin Abd Wad serentak menyerang Ali, Namun dengan satu gerakan pedang ‘Ali bin Abi Thalib berhasil membunuh ‘Amr. Akhirnya para prajurit berkuda kafir Quraisy lainnya melarikan diri.
Saat Wajah Sayyidina Ali Diludahi.(Kejadian di perang Khondaq)
Di masa perang Khandaq, umat Islam pernah ditantang duel Amr bin Abd Wad al-Amiri, dedengkot musyrikin Quraisy yang sangat ditakuti. Nabi bertanya kepada para sahabat tentang siapa yang akan memenuhi tantangan ini.
Para sahabat terlihat gentar. Nyali mereka surut. Dalam situasi ini Sayyidina Ali bin Abi Thalib maju, menyanggupi ajakan duel Amr bin Abd Wad. Melihat Ali yang masih terlalu muda, Nabi lantas mengulangi tawarannya kepada para sahabat. Hingga tiga kali, memang hanya Ali yang menyatakan berani melawan jawara Quraisy itu.
Mukjizat Nabi di Khandaq
Makan-makan dirumah sahabat jabir
Pasukan musuh datang dari segenap penjuru
Perbedaan Tentera Islam dan Kafir
Kejadian dahsyat pada perang Khondaq
Kemudian Abu Sufyan bangun menuju kepada untanya yang tertambat dan segera berlalu. Ketika kaum Ghatfan mendengar kaum Quraisy telah pun beredar mereka pun segera kembali ketempat asal mereka.
Ketika Khudaifah Ibnul Yaman yang diutuskan oleh Nabi untuk mengitip ditengah-tengah barisan musuh datang memberitahu kepada baginda apa yang dilakukan oleh pasukan musuh waktu itu baginda sedang bersolat.
Semoga bermanfaat.
Perang Khandaq disebut juga Perang Ahzab, yang artinya Perang Gabungan. Muaranya adalah ketidakpuasan beberapa orang Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Wa’il akan keputusan Rasulullah SAW yang menempatkan mereka di luar Madinah. Dari Bani Nadir adalah Abdullah bin Sallam bin Abi Huqaiq; Huyayy bin Akhtab; dan Kinanah ar-Rabi bin Abi Huqaiq. Sedangkan dari Bani Wa’il adalah Humazah bin Qais dan Abu Ammar.
Dalam Al-Quran digambarkan seperti berikut:
Ertinya:
"Ketika mereka datang kepada kamu dari atas dan dari bawah, dan ketika
pandangan telah suram, dan hati telah naik sampai kekerongkongan. Dan
ketika itu kamu berprasangka kepada Allah dengan prasangka yang salah.
Dikala itu orang-orang beriman mendapat ujian dan perasaan mereka
digongang dengan goncangan yang hebat". (Al-Ahzab:10-11)
Surat Al-Ahzab Ayat 10
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا
(Yaitu)
ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika
tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke
tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
purbasangka.
Surat Al-Ahzab Ayat 11
هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا
"Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat".
Sebab
utamanya adalah berpunca dari hasutan kaum Yahudi. Sebahagian pemuka
Yahudi Banu Nadlir dan Banu Wa'il datang kepadabangsa Quraisy di Mekah.
Mereka mencadangkan kaum Quraisy untuk memerangi Rasulullah saw. Sebelum
itu mereka telah mencuba untuk berhadapan dengan kaum Muslimin. Namun
mereka merasa tidak mampu. Utusan kaum Yahudi itu memujuk kaumQuraisy
dengan berbagai cara. Kata kaum Yahudi : " Kami akan bersama-sama dengan
kamu sehingga kami dapat menumpaskan Muhammad."
Kekuatan Pasukan Quraisy
Pasukan begitu banyak dan peralatan begitu lengkap, suku Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, suku Gotofahn di pimpin oleh Uyaynah bin Hisn bin Hudzaifah bin Badr pada Bani Fazarah, Bani Murrah di pimpin oleh Harits bin Auf, Bani Asyja’ di pimpin oleh Mas’ud bin Rakhilah bin Nuwairah bin Tharif bin Samhah bin Gotofahn. Mereka bergerak dengan jumlah yang banyak dan peralatan yang lengkap untuk satu tujuan; perang melawan Rasulullah SAW. Mereka bersepakat untuk berkumpul di Khaibar, dan jumlah mereka dari berbagai kelompok dan suku adalah 10 ribu pasukan, adapun pucuk pimpinan dalam perang tersebut dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb
Salman Al-Farisi dan Strategi Perang Khandaq
Ketika Rasulullah melakukan musyawarah dengan para sahabat untuk menghadapi pasukan yang banyak tersebut. Pada saat itu jumlah umat Islam masih sedikit; hanya sekitar 3 ribu personil, padahal jumlah pasukan musuh telah mencapai 10 ribu personil. Kekuatan yang tentu tidak berimbang hingga Salman Al-Farisi menawarkan ide. Beliau berkata: ”Wahai Rasulullah, sewaktu kami di Persia, jika kami diserang, kami membuat parit, alangkah baik jika kita juga membuat Parit sehingga dapat menghalangi dari melakukan serangan”.
Seketika itu Nabi saw menyutujui pendapat Salman. Maka dari itu, membuat parit menjadi peristiwa pertama yang disaksikan oleh Arab dan umat Islam, karena mereka belum pernah menyaksikan sebelumnya parit sebagai sarana untuk berperang.
Inilah asal muasal nama Perang Khandaq.
Permulaan Konstruksi penggalian Parit
Rasulullah dan para sahabat keluar dari kota Madinah dan berkemah di salah satu tempat di bukit gunung Sala’ sehingga membelakangi kota Madinah. Selama membangun parit dalam waktu 6 hari, pertahanan kota di bagian lain juga diperkuat. Wanita dan anak-anak dipindahkan ke rumah yang kokoh dan dijaga ketat. Bongkahan batu-batu diletakkan di samping parit untuk melempari pasukan lawan. Sementara sisi kota yang tidak dibuat parit, diserahkan pengamanannya pada Bani Quraizhah. Strategi ini sangat tepat sebab pasukan lawan tidak mengetahui pertahanan menggunakan parit. Sebelumnya, mereka biasa berperang dengan tenik maju-mundur; menyerang, dan lari. Terbukti strategi ini cukup bisa membendung para sekutu. Selama satu bulan penuh, tidak ada kontak langsung antara kedua pihak kecuali saling lempar panah.
Umat Islam bersama Rasulullah saw mulai bekerja membuat parit dan mereka menganggapnya sebagai ibadah yang akan ada ganjarannya kelak, mereka saling bergotong royong dan saling membantu. Rasulullah saw begitu giat bekerja sehingga umat Islampun semangat melakukannya. Namun berbeda dengan kaum munafiqin melakukan manuver untuk memperlambat pekerjaan, mereka kadang lamban bekerja, pergi lalu lalang kesana kemari tanpa tujuan yang jelas dan bahkan mereka sengaja pergi ke keluarga mereka tanpa sepengetahuan Rasulullah saw.
Senandung Sya'ir para sahabat saat pembuatan parit
Dan diriwayatkan oleh Anas ra bahwa kaum Anshar dan Muhajirin mensenandungkan syair saat menggali parit dan memindahkan tanda dari tempatnya:
نحن الذين بايعوا محمدا على الإسلام ما بقينا أبدا
"Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad Sehingga Islam menjadi keyakinan kami selamanya".Maka nabipun menjawab senandung mereka dengan ungkapan
إِنَّ الْخَيْرَ خَيْرُ الآخِرَةِ أَوْ قَالَ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُ الآخِرَهْ فَاغْفِرْ لِلاَْنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَة
“Sesungguhnya kebaikan itu adalah kebaikan akhirat, atau dalam ungkapan lain : Sesungguhnya tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, Ya Allah ampunilah kaum muhajirin dan anshar” [6]
Jiwa Kebersamaan Diantara Kaum Muslimin
Rasulullah
ikut sama menggali parit itu agar kaum Muslimin ikut berlumba-lumba
dalam mencari pahala. Keran itulah kaum Muslimin beramai-ramai ikut
bekerja bersama beliau.
Waktu
itu Kota Madinah sedang mengalami musim yang sangat dingin. Sedangkan
kaum Muslimin banyak yang tidak mempunyai makanan yang secukupnya.
Bahkan adakalanya sehungga tidak mempunyai apa-apa makanan. Kata Abu
Thalhah : " Kami pernah mengeluh kepada Rasulullah tentang rasa lapar
yang kami deritai. Dan kami selalu mengikat perut kami dengan
batu.Manakala Nabi pula mengikat perut baginda dengan dua batu.
Kata
Anas: "Waktu itu ketika Nabi keluar beliau saksikan kaum Muhajirin dan
kaum Ansar bersama-sama menggali parit disuatu pagi yang amat dingin
sekali sedangkan keadaan mereka amat lapar.
Mukjizat Nabi di Khandaq
BUKTI KENABIAN DALAM PERANG KHANDAQ
Pada edisi sebelumnya disebutkan keputusan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menggali khandaq (parit) untuk menghambat gerakan musuh. Di saat pengagalian parit inilah terlihat beberapa mu’jizat Rasûlullâh yang menguatkan dan membuktikan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar utusan Allâh sebagai nabi dan rasul. Diantara bukti-bukti tersebut :
1. HIDANGAN JABIR RADHIYALLAHU ANHU
Jabir Radhiyallahu anhu bercerita, “Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, ‘Batu yang sangat keras ini menghalangi kami menggali parit,’ Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku sendiri yang akan turun.” Kemudian beliau berdiri (dalam parit), sementara perut beliau diganjal dengan batu (karena lapar). Tiga hari (terakhir) kami (para shahabat) belum merasakan makanan, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kampak dan memukul batu tersebut hingga pecah berkeping-keping. Lalu aku berkata, “Wahai Rasûlullâh, izinkanlah aku pulang ke rumah.” Sesampaiku di rumah, aku bercerita kepada isteriku, “Aku tidak tega melihat kondisi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , apakah kamu memiliki sesuatu (makanan) ?” Isteriku menjawab, “Aku memiliki gandum dan anak kambing.” Kemudian ia meyembelih anak kambing tersebut dan membuat adonan gandum hingga menjadi makanan dalam tungku. Ketika adonan makanan tersebut hampir matang dalam bejana yang masih di atas tungku, aku menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku berkata, “Wahai Rasûlullâh, aku memiliki sedikit makanan. Datanglah ke rumahku dan ajaklah satu atau dua orang saja.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Untuk berapa orang ?” Lalu aku beritahukan kepada beliau. Beliau bersabda, “lebih banyak yang datang lebih baik.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Katakan kepada isterimu, jangan ia angkat bejananya dan adonan roti dari tungku api sampai aku datang.” Setelah itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bangunlah kalian semua.” Kaum Muhâjirin dan Anshâr yang mendengar perintah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu langsung berdiri dan berangkat. Jabir Radhiyallahu anhu menemui isterinya (dengan cemas), dia mengatakan, “Celaka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang bersama kaum Muhâjirîn dan Anshâr serta orang-orang yang bersama mereka.” Isteri Jabir bertanya, “Apa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bertanya (tentang jumlah makanan kita) ?” Jâbir z menjawab, “Ya. ” Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Masuklah dan jangan berdesak-desakan.” Kemudian Rasûlullâh mencuil-cuil roti dan ia tambahkan dengan daging, dan ia tutup bejana dan tungku api. Selanjutnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mendekatkannya kepada para sahabatnya. Lantas beliau mengambil kembali bejana itu dan terus-menerus beliau lakukan itu hingga semua sahabat merasa kenyang dan makanan masih tersisa. Setelah itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kepada istri Jabir Radhiyallahu anhu), “Sekarang kamu makanlah ! Dan hadiahkanlah kepada orang lain, karena masih banyak orang yang kelaparan.”[1][1]. HR. Bukhari, no.(Fathul Bâri, ta’liq Syekh bin Baz, Bâb Ghazwatil Khandaq, 7/395).
KABAR PENAKLUKAN KERAJAAN-KERAJAAN BESAR
Ketika para sahabat mendapatkan batu besar yang tidak bisa dipecahkan, maka Rasûlullâh mulai memukul batu tersebut. Beliau memulainya dengan membaca, “Bismillah.” Lalu memukul dan berhasil menghancurkan sepertiganya dan beliu n mengucapkan, “Allâhu akbar ! aku telah di beri kunci-kunci Syam. Demi Allâh, sekarang saya melihat istana yang merah.” Beliau melanjutkan dengan pukulan kedua. Kali ini, , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berhasil menghancurkan sepertiga berikutnya dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, “Allâhu akbar ! aku telah di beri kunci-kunci Paris. Demi Allâh ! Saya melihat istananya yang putih.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan dengan pukulan ketiga dan akhirnya batu yang tersisa berhasil dipecahkan. Setelah pukulan ketiga, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, “Allâhu akbar ! aku telah di beri kunci-kunci Yaman. Demi Allâh aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.”[2][2]. Musnad Imam Ahmad:(30/626), Fathul Bâri, ta’liq Syekh bin Baz, Bâb Ghazwatil Khandaq, 7/397
Ketika Peperangan dimulai
Pertempuran sahabat Ali dengan ‘Amr bin ‘Abdi Wadd
Ketika kaum musyrikin sampai di kota Madinah, mereka terkejut melihat pertahanan yang dibuat kaum muslimin. Belum pernah hal ini terjadi pada bangsa Arab. Akhirnya mereka membuat perkemahan mengepung kaum muslimin. Tidak terjadi pertempuran berarti di antara mereka kecuali lemparan panah dan batu. Namun sejumlah ahli berkuda musyrikin Quraisy, di antaranya ‘Amr bin ‘Abdi Wadd, ‘Ikrimah dan lainnya berusaha mencari jarak lompat yang lebih sempit. Beberapa orang berhasil menyeberangi parit. Merekapun menantang para pahlawan muslimin untuk perang tanding.
Kata ‘Amr bin ‘Abdi Wadd, "Adakah kalian berani menghadapi ku?"
Di masa perang Khandaq, umat Islam pernah ditantang duel Amr bin Abd Wad al-Amiri, dedengkot musyrikin Quraisy yang sangat ditakuti.
Nabi bertanya kepada para sahabat tentang siapa yang akan memenuhi tantangan ini. "Siapa yang akan menerima tantangannya?"
Para sahabat terlihat gentar. Nyali mereka surut. Dalam situasi ini Sayyidina Ali bin Abi Thalib maju, menyanggupi ajakan duel Amr bin Abd Wad.
Ali berkata, "Aku Ya Rasulullah".
Melihat Ali yang masih terlalu muda, Nabi lantas mengulangi tawarannya kepada para sahabat. Hingga tiga kali, memang hanya Ali yang menyatakan berani melawan jawara Quraisy itu.
Rasulullah pun mengizinkan.
Amr bin Abd Wad menanggapinya dengan tertawa mengejek.
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menyambut tantangan tersebut. ‘Ali berkata: “Wahai ‘Amr, kau pernah menjanjikan kepada Allah, bahwa tidak seorangpun lelaki Quraisy yang menawarkan pilihan kepadamu salah satu dari dua hal melainkan kau terima hal itu darinya.”
Kata ‘Amr: “Betul.”
Kata ‘Ali: “Maka sungguh, saya mengajakmu kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada Islam.”
‘Amr menukas: “Aku tidak membutuhkan hal itu.”
Kata ‘Ali pula: “Kalau begitu saya menantangmu agar turun (bertanding).”
Kata ‘Amr: “Wahai anak saudaraku, demi Allah. Aku tidak suka membunuhmu.”
‘Ali menjawab tegas: “Tapi saya demi Allah, ingin membunuhmu.”
‘Amr terpancing, diapun turun dan membunuh kudanya, lalu menghadapi ‘Ali.
Mulailah keduanya saling serang, tikam menikam dengan serunya. Pertempuran ini berlangsung selama 1 jam tanpa henti. yang terlihat hanya pasir beterbangan menutupi pertempuran mereka.
Tiba-tiba terdengan teriakan, "Allahu Akbar".
Debu pun surut maka terlihat Amr bin Abdl Wad terkapar karena pahanya terkena sabetan pedang sayidina Ali.
Usai paha kekarnya disabet pedang, Amr bin Abd Wad pun tumbang ke tanah. Kemenagan Ali sudah di depan mata. Hanya dengan sedikit gerakan saja, nyawa musuh dipastikan melayang.
Ali berteriak lagi, "Allahu Akbar...!!". Nabi dan umat Islam ikut menyambut teriak takbir.
Dalam situasi terpojok Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri membrontak. Tiba-tiba ia meludahi wajah sepupu Rasulullah itu. Menaggapi hinaan ini, Ali justru kian pasif(Cuek). Ali menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat.
Karena merasa diremehkan Ali, maka Amr Abd Wad meludahi wajah sayidina Ali.
”Saat dia meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah SWT,” kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya.
Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya tewas di tangan Ali.
Karena sangat marah Amr bin Abd Wad serentak menyerang Ali, Namun dengan satu gerakan pedang ‘Ali bin Abi Thalib berhasil membunuh ‘Amr. Akhirnya para prajurit berkuda kafir Quraisy lainnya melarikan diri.
Saat Wajah Sayyidina Ali Diludahi.(Kejadian di perang Khondaq)
Di masa perang Khandaq, umat Islam pernah ditantang duel Amr bin Abd Wad al-Amiri, dedengkot musyrikin Quraisy yang sangat ditakuti. Nabi bertanya kepada para sahabat tentang siapa yang akan memenuhi tantangan ini.
Para sahabat terlihat gentar. Nyali mereka surut. Dalam situasi ini Sayyidina Ali bin Abi Thalib maju, menyanggupi ajakan duel Amr bin Abd Wad. Melihat Ali yang masih terlalu muda, Nabi lantas mengulangi tawarannya kepada para sahabat. Hingga tiga kali, memang hanya Ali yang menyatakan berani melawan jawara Quraisy itu.
Amr bin Abd Wad menanggapinya dengan tertawa mengejek. Namun faktanya,
selama perkelahian nasib mujur tetap ada di tangan Ali. Usai paha
kekarnya disabet pedang, Amr bin Abd Wad pun tumbang ke tanah. Kemenagan
Ali sudah di depan mata. Hanya dengan sedikit gerakan saja, nyawa musuh
dipastikan melayang.
Dalam situasi terpojok Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri membrontak. Tiba-tiba ia meludahi wajah sepupu Rasulullah itu. Menaggapi hinaan ini, Ali justru kian pasif. Ali menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat.
”Saat dia meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah SWT,” kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya.
Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya tewas di tangan Ali.
-----------------------------------------------------------
Proses peperangan ini memberikan beberapa pelajaran. Perjuangan dan syi'ar Islam harus didasarkan pada ketulusan iman, bukan kebencian dan kemarahan. Sahabat Rasulullah yang kelak menjadi khalifah keempat ini juga menjernihkan bahwa spirit keimanan dan ihlas adalah satu-satunya landasan, mengalahan nafsu keinginan di balik ego pribadi dan golongan.
Dalam situasi terpojok Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri membrontak. Tiba-tiba ia meludahi wajah sepupu Rasulullah itu. Menaggapi hinaan ini, Ali justru kian pasif. Ali menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat.
”Saat dia meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah SWT,” kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya.
Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya tewas di tangan Ali.
-----------------------------------------------------------
Proses peperangan ini memberikan beberapa pelajaran. Perjuangan dan syi'ar Islam harus didasarkan pada ketulusan iman, bukan kebencian dan kemarahan. Sahabat Rasulullah yang kelak menjadi khalifah keempat ini juga menjernihkan bahwa spirit keimanan dan ihlas adalah satu-satunya landasan, mengalahan nafsu keinginan di balik ego pribadi dan golongan.
PERANG KHANDAQ
Perang Khandaq atau Perang Al-Ahzab telah berlaku pada bulan Syawal tahun kelima Hijrah. Perang tersebut adalah kejadian penting sekali dalam sejarah Islam. Oleh kerana perang tersebut merupakan titik penentuan kelanjutan Agama Islam.dalam peperangan tersebut kaum Muslimin ditimpa dengan pelbagai cubaan dan dugaan yang sangat hebat.
Dalam Al-Quran digambarkan seperti berikut:
Ertinya: "Ketika mereka datang kepada kamu dari atas dan dari bawah, dan ketika pandangan telah suram, dan hati telah naik sampai kekerongkongan. Dan ketika itu kamu berprasangka kepada Allah dengan prasangka yang salah. Dikala itu orang-orang beriman mendapat ujian dan perasaan mereka digongang dengan goncangan yang hebat". (Al-Ahzab:10-11)
Surat Al-Ahzab Ayat 10
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
Surat Al-Ahzab Ayat 11
هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا
Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.
Sebab utamanya adalah berpunca dari hasutan kaum Yahudi. Sebahagian pemuka Yahudi Banu Nadlir dan Banu Wa'il datang kepadabangsa Quraisy di Mekah. Mereka mencadangkan kaum Quraisy untuk memerangi Rasulullah saw. Sebelum itu mereka telah mencuba untuk berhadapan dengan kaum Muslimin. Namun mereka merasa tidak mampu. Utusan kaum Yahudi itu memujuk kaumQuraisy dengan berbagai cara. Kata kaum Yahudi : " Kami akan bersama-sama dengan kamu sehingga kami dapat menumpaskan Muhammad."
Ucapan kaum Yahudi itu membuat hati bangsa Quraisy senang dan mereka segera mengadakan persiapan untuk berperang. Kemudian utusan Yahudi itu pergi ke Banu Ghatfan untuk menghasut mereka agar bersedia memerangi Rasulullah. Utusan kau mYahudi pergi mengelilingi ke seluruh kabilah bangsa Arab dan mengajukan rencana penyerbuan Kota Madinah yang telah disepakati oleh kaum Quraisy.
Hasutan kaum Yahudi itu menghasilkan perjanjian angkatan perang bersama antara kaum Yahudi, Quraisy dan Banu Ghatfan dalam satu kekuatan. untuk itu mereka saling mengikat perjanjian. Sebagai ganjarannya kaum Yahudi diwajibkan menyerahkan seluruh hasil kurma Khaibar selama setahun penuh. Kaum Quraisy keluar dengan pasukannya sebanyak empat ribu orang. Manakala Banu Ghatfan keluar dengan pasukannya sebanyak enam ribu orang. pimpinan tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Kebijaksanaan Sandaran Kaum Muslimin
Ketika Rasulullah mendengar berita akan terjadinya penyerbuan terhadap Kota Madinah dan Gabungan pasukan sekutu untuk memerangi kaum Muslimin, untuk menumpas mereka hingga ke akarnya. Lalu baginda menyuruh kaum Muslimin untuk mengadakan persiapan perang.Dan diputuskan pula untuk mengadakan pertahanan dalam Kota madinah. Jumlah tentera kaum Muslimin hanya terkumpul sebanyak tiga ribu orang sahaja. Dalam kesempatan itulah Salman Al-Farsi mengisyratkan agar membuat parit disekitar Kota Madinah.
Cara pertahanan sedemikian itu merupakan cara yang biasa dipakai oleh bangsa Parsi
Kata Salman:
Artinya:" Ya Rasulullah .. dahulu ketika kami di Parsi jika takut akan serbuan tentera kuda maka kami akan menggali parit disekitar kami."
Pendapat Salman tersebut diterima baik oleh Nabi dan segera beliau memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit di sebelah barat daya Madinah iaitu dibahagian yang terbuka yang di khuatiri musuh akan datang dari arah sana. Rasulullah membahagikan tugas penggalian parit. setiap sepuluh orang sahabat ditugaskan untuk menggali sepuluh hasta. Panjangnya parit itu kira-kira lima ribu hasta, dalam sampai sepuluh hasta sedang lebarnya sembilan hasta keatas.
Jiwa Kebersamaan Diantara Kaum Muslimin
Rasulullah ikut sama menggali parit itu agar kaum Muslimin ikut berlumba-lumba dalam mencari pahala. Keran itulah kaum Muslimin beramai-ramai ikut bekerja bersama beliau.
Waktu itu Kota Madinah sedang mengalami musim yang sangat dingin. Sedangkan kaum Muslimin banyak yang tidak mempunyai makanan yang secukupnya. Bahkan adakalanya sehungga tidak mempunyai apa-apa makanan. Kata Abu Thalhah : " Kami pernah mengeluh kepada Rasulullah tentang rasa lapar yang kami deritai. Dan kami selalu mengikat perut kami dengan batu.Manakala Nabi pula mengikat perut baginda dengan dua batu.
Kata Anas: "Waktu itu ketika Nabi keluar beliau saksikan kaum Muhajirin dan kaum Ansar bersama-sama menggali parit disuatu pagi yang amat dingin sekali sedangkan keadaan mereka amat lapar.
Mukjizat Nabi di Khandaq
Makan-makan dirumah sahabat jabir
Pada waktu penggalian Khandaq ini ada mukjizat Nabi yang timbul, iaitu sedang kaum Muslimin sedang menghadapi kesukaran untuk menghancurkan bungkahan batu keras. Nabi menyuruh membawa sebejana air. Kemudian nabi meludah pada air itu dan beliau berdoa kepada Allah, lalu air tersebut disiramkan pada bongkahan batu itu mak batu itu segera hancur seperti pasir.
Selain itu ada juga mukjizat nabi yang lain iaitu timbulnya berkat pada makanan yang sedikit dapat mengenyangkan orang ramai dan mencukupi seluruh pasukan yang ada.
Kata Jabir:" Aku katakan pada Rasulullah :"Ya Rasulullah... izinkan aku untuk pulang sebentar."
Sesampaiku dirumah aku katakan pada isteriku:" Aku lihat sesuatu pada diri beliau yang tidak boleh kita lewatkan. Adakah kamu mempunyai sesuatu?
Jawab isteriku:" Ya aku mempunyai gandum dan seekor anak kambing."
Kemudian anak kambing itu segera kusembelih dan gandum itu ku tumbuk. Daging itu ku masak dalam kuali dan tepung gandum kumasukkan dalam pembakar roti. Aku kembali ke tempat Nabidan kukatakan: "Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan marilah engkau datang ke rumahku bersama seorang atau dua orang sahabatmu."
Tanya Nabi: " Berapa banyakkah makanan itu"
Setelah ku sebutkan jumlah makanan itu beliau berkata "Itu cukup banyak. Katakan kepada isterimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan roti itu pula jangan sampai dikeluarkan dari tempat pembakarannya sebelum aku datang kesana."
Beliau berseru kepada para sahabatnya " Bangun kamu sekalian"
Seluruh kaum Muhajirin dan Ansar bangkit bersama-sama mengikut Nabi.
Ketika aku masuk ke tempat isteriku ku katakan kepadanya "Nabi datang bersama kaum Muhajirin dan Ansar dan orang yang bersama mereka.
Nabi berkata " Masuklah kamu semua dan jangan berebut"
Kemudian Nabi memotong-motong roti dan dicampurkan pada daging serta kuah yang ada di kuali. Kemudian beliau mendekatkan hidangan pada sahabat sedangkan baginda tetap memotong-motong roti itu sedangkan para sahabat makan sehingga kenyang.
Setelah mereka makan hingga kenyang, masih lagi terdapat roti dan kuah yang masih bersisa. Baginda berkata: "Berikan makanan itu kepada orang kerana sekarang ini musim sejuk"
Pasukan musuh datang dari segenap penjuru
Kaum Quraisy dan Bani Ghatfan dtang bersama tentera-tenteranya, dihadapan Kota Madinah. Nabi juga keluar bersama pasukannya yang berjumlah tiga ribu orang. Kedua pasukan ini hanya dipisahkan oleh parit yang digali oleh kaum Muslimin.
Antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi Banu Quraizah telah terjali perjanjian persahabatan. Pada hari itu Huyay bin Akhtab seorang pemuka Yahudi Bani Nadlir datang kepada mereka dan memujuk agar mereka mahu melanggari perjanjian yang telah diikat bersama dengan kaum Muslimin. Pada mulanya mereka enggan untuk melaksanakan cadangan Huyay bin Akhtab. Namun akhirnya mereka menyatakan persetujuan untuk melanggar perjanjian dengan Kaum Muslimin. Pernyataan kaum Yahudi banu Quraizah itu menyebabkan menjadi kucar kacir.
Disamping itu kaum Munafiqin mula memainkan peranan mereka. Hampir saja mengadakan perdamaian dengan kabilah Banu Ghatfan dengan memberi sepertiga hasil kurma Madinah. kerana Nabi merasa sayang kepada kaum Ansar kerana mereka telah menanggng bebanan yang berat.
Namun Nabi memendamkan niatnya setelah mengetahui akan ketabahan dan ketetapan hati kedua sahabat Ansar baginda iaitu Saad bin Muaz dan Saad bin Ubadah untuk menghadapi musuh. Kata Saad bin Muaz " Ya Rasulullah dahulu ketika kami dan mereka masih dalam keadaan menyengutukan Allah dan menyembah berhala dan tidak menyembah Allah mahu mengenalnya, mereka tidak pernah menerima kurma dari kami selain dengan jalan hutang atau beli.Apakah kini setelah Allah memuliakan kami dengan Islam dengan memberi petunjuk kami kepada Islam serta kami bangga dengan engkau dan Allah akan kami berikan harta kami kepada mereka? Demi Allah kamu\i tidak perlu berdamai. Demi Allah kami tidak rela memberikan kepada mereka sesuatu selain pedang sampai Allah memutuskan sesuatu antara kami dan mereka."
Ucapan Saad ini dijawab oleh Nabi: "Terpulang mengikut kehendakmu"
Perbedaan Tentera Islam dan Kafir
Rasullah dan kaum Muslimin tetap berada di medan Khandaq. Begitu juga dengan tentera musuh. Antara kedua pasukan itu tidak terjadi peperangan besar selain beberapa orang tentera mereka yang cuba untuk melepasi parit pemisah dengan menggunakan kuda mereka.
Namun mereka hanya terhenti dipinggir parit. Ketika mereka melihat parit yang dibuat oleh kaum Muslimin mereka berkata " Sebenarnya ini adalah taktik pertahan yang tidak pernah dikenal oleh bangsa Arab"
Kemudian mereka mencari jarak parit yang paling sempit. Setelah itu mereka berusaha untuk melepasi parit itu dengan kuda mereka dan mereka pun berhasil masuk ke Madinah. Salah seorang dari mereka yang berhasil melepasi parit itu adalah pahlawan mereka yang terkenal iaitu Amru bin Abdu Wudin. Ia mampu mengetuai seribu orang tentera Quraisy. Ketika ia sampai berhampiran barisan Islam ia berteriak minta bertanding.
Ali maju kehadapan dan berkata ' Hai Amru! Kamu telah berjanji kepada Allah jika ada seorang Quraisy yang menawarkan kepadamu dua perkara pasti kamu akan menerima salah satu darinya."
Jawab Amru " Benar"
Kata Ali: " Aku mengajak kamu kembali kepada Allah dan RasulNya serta masuk kedalam Islam"
Jawab Amru aku tidak perlu kepada ajakanmu."
Jawab Ali: " Kalau begitu aku ajak kamu untuk bertanding."
Jawab Amru: " Mengapakah kamu mengajak ku demikian wahai anak saudaraku? Demi Allah aku tidak ingin untuk membunuhmu"
Jawab Ali: " Akan tetapi aku ingin sekali untuk membunuhmu"
Mendengar ucapanm Ali bin Abi Thalib, Amru naik pitam dan kudanya dibunuh kemudian ia maju ke hadapan Ali untuk bertanding. Keduanya saling beradu kekuatan sampai Ali bin Abi Thalib dapat membunuh Amru.
------------------------------------------------
Siasat nabi dalam perang Khondaq
SIKAP KAUM MUNAFIQIN
1. Mengingkari janji Allâh dan Rasul-nya
Kaum Muslimin mengimani dan membenarkan berita Rasûlullâh yang mengabarkan tentang hal-hal yang akan terjadi, termasuk kabar tentang beberapa penaklukan. Sikap kaum Muslimin ini sesuai dengan firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur’ân.
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Dan tatkala kaum Mukminin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allâh dan Rasûl-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allâh dan Rasûl-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. [al-Ahzâb/33:22]
Sikap ini bertolak belakang dengan sikap orang-orang munafiq yang menganggap janji itu sebagai tipu daya belaka. Allah wa Jalla berfirman :
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, “Allâh dan rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” [al-Ahzâb/33:22]
2. Mencari-cari alasan supaya bisa tidak ikut berperang dan memendam keinginan untuk mengacaukan barisan kaum Muslimin
Inilah diantara sikap orang-orang munafiq saat kaum Muslimin berhadapan dengan musuh yang berlipat ganda jumlah dan kekuatannya. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha melemahkan semangat kaum Muslimin dari dalam.Namun, Allâh k menyelamatkan kaum Muslimin dari akibat buruk ulah mereka dengan menyebutkan niat buruk mereka dalam al-Qur’ân.[3]
KEINGINAN RASULULLAH BERDAMAI DENGAN KABILAH GATHAFAN
Setelah penggalian parit tuntas, tidak lama setelah itu, pasukan gabungan yang berjumlah sepuluh ribu pasukan tiba di kota Madinah, sementara kaum Muslimin sudah bersiap di seberang parit.
Melihat pasukan musuh dalam jumlah yang sangat besar dan kuat, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat untuk memperkecil kekuatan musuh agar bisa mengurangi beban kaum Muslimin akibat perang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat mengadakan perdamaian dengan kabilah Gathafan dengan syarat sebagai berikut :
1. Qabilah Gathafan harus menarik kembali pasukannya dari medan perang
2. Sebagai imbalannya, Rasûlullâh menyerahkan sepertiga hasil panen kaum Anshâr.
Namun keinginan ini dibatalkan setelah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar pendapat dua tokoh Anshâr yaitu Sa’ad bin Muâ’z dan Sa’ad bin Ubâdah yang tidak menyetujuinya. Keduanya menolak setelah tahu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa niat perdamaian ini semata mata keinginan Rasûlullâh dan bukan wahyu dari Allâh Azza wa Jalla.[4]
PENGKHIANATAN BANI QURAIZHAH
Beban yang dirasakan oleh kaum Muslimin semakin bertambah berat setelah mendengar bani Quraizhah melanggar perjanjian damai. Dan yang sangat mengkhawatirkan kaum Muslimin adalah kemungkinan mereka akan menyerang dari belakang, karena pemukiman bani Quraizhah terletak di sebelah timur daya Madinah. Kondisi genting ini di abadikan dalam al-Qur’ân.
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ
“Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka yang bukan-bukan terhadap Allâh.[al-Ahzaab/33:10]
Untuk memastikan berita tersebut, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan kepada para shahabat untuk mencari kabar tentang bani Quraizhah. Tawaran Rasûlullâh ini direspon oleh Zubair bin Awwam. Setelah mendapatkan kabar yang pasti dari Zubair tentang pengkhiatan bani Quraizhah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh setiap nabi memiliki penolong dan penolongku adalah Zubair.”[5]
Pengkhianatan bani Quraizhah ini tidak lepas dari bujukan seorang Yahudi bernama Hayyi bin Akhtab yang berhasil meyaqinkan Ka’ab bin As’ad untuk membatalkan perjanjian dengan kaum Muslimin.[6]
_______
Footnote
[1]. HR. Bukhari, no.(Fathul Bâri, ta’liq Syekh bin Baz, Bâb Ghazwatil Khandaq, 7/395).
[2]. Musnad Imam Ahmad:(30/626), Fathul Bâri, ta’liq Syekh bin Baz, Bâb Ghazwatil Khandaq, 7/397.
[3]. Baca al-Qur’an Surat al-Ahzâb/33 ayat ke-13 sampai 20.
[4]. Lihat As-Sîratun Nabawiyah fi Dhau’il Mashâdiril Ashliyyah, hlm. 450 dan as-Sîratun Nabawiyyah as-Shahîhah, 427
[5]. Fathul Bâri, ta’liq Syekh bin Baz, Bâb Ghazwatil Khandaq, 7/406 dan Shahîh Muslim, 7/127.
[6]. As-Sîratun Nabawiyah, Ibnu Hisyâm, 2/220; As-Sîratun Nabawiyah fi Dhau’il Mashâdiril Ashliyyah, hlm. 451; as-Sîratun Nabawiyyah as-Shahîhah, 427).
Siasat nabi dalam perang Khondaq
Milik Allah Segala Tentera Langit dan Bumi
Pasukan Musyrikin mengadakan pengepungan terhadap pasukan Islam dengan ketat sekali. Seolah-olah bagaikan satu benteng. Mereka mengadakan pengepungan dari segenap penjuru selama sebulan. Sehinggakan kaum Muslimin merasa semakin sukar dan tersepit. Pada masa itula kaum Munafiqin bersiap-siap untuk menjalankan taktik-taktik jahatnya. Ketika Rasulullah dan Para sahabatnya sedang dicekam oleh rasa takut tiba-tiba datang seorang yang bernama Nuiam bin Masud berkata kepada Rasulullah:
Artinya: " Ya Rasulullah sesungguhnya aku telah masuk Islam. dan kaumku tidak tahu keislamanku. kerana itu perntahkan padaku sesukamu"
Jawab Nabi: " Sebenarnya kamu termasuk dari golongan kami.
Berusahalah mengikut kehendakmu untuk meringankan kami, sesungguhnya perang itu adalah tipu muslihat"
kemudian Nuaim mula menjalankan muslihatnya. Beliau datang ke tempat kaum Yahudi Banu Quraizah untuk menimbulkan keraguan didalam hati orang Yahudi tentangkeikhlasan kaum uaraisy dan Banu Ghatfan untuk berperang disamping mereka. dan diterangkan pula bahaya yang akan menimpa mereka jika mereka berperang disamping kaum Quraisy dan Banu Ghatfan untuk memerangi kaum Muhajirin dan kaum Ansar yang menjadi tetangga kaum Yahudi. Kerana itu beliau menganjurkan mereka agar tidak jadi perang disamping kaum Quraisy dan Banu Ghatfan sebelum mereka memberikan beberapa orang yang terkemuka dari kaumnya untuk dijadikan sebagai tanggungan ditangan mereka. Cadangan Nuiam bin Masud diterima oleh kaum Yahudi dengan baik.
Selanjutnya Nuaim bin Masud pergi ketempat kaum Qurausy dengan pura-pura menunjukkan keikhlasannya serta memberikan nasihat. Beliau mengatakan bahawa kaum Yahudi menyesal atas perjanjian yang telah dibuat dengan kaum Quraisy dan mereka pasti akan meminta beberapa orang yang terkemuka sebagai tanggungan untuk mereka agar dapat diserahkan kepada Nabi dan kaum Muslimin untuk dibunuh. Setelah itu Nuaim juga pergi ke tempat Banu Ghatfan untuk menghasut mereka seperti yang dilakukannya kepada kaum Quraisy.
Hasil daripada hasutan Nuaim tersebut kedua suku itu mula merasa ragu-ragu dan benci terhadap kaum Yahudi. Perpecahan dikalangan tentera sekutu mulai timbul. Setiap golongan merasa khuatir terhadap kawan sendiri.
Ketika Abu Sufyan dan pemuka-pemuka kaum Ghatfan menuntut untuk segera memulai penyerangan secara terbuka terhadap kaum Muslimin, kaum Yahudi mulai merasa enggan. Bahkan kaum Yahudi menuntut dari merka untuk diserahkan beberapa orang sebagai tanggungan buat mereka. Dengan ini kaum Qurausy dan kaum Ghatfan merasa yakin dengan apa yang diperkatakan oleh Nuaim bin Mas'ud. Kerana itu mereka tidak bersedia untuk memenuhi permintaan kaum Yahudi. Demikian pula kaum Yahudi pun juga yakin akan kebenaran apa yang dikatakan oleh Nuaim bin Mas'ud. Sehingga kedua belah pihak saling mencela dan berpecah belah.
Kejadian dahsyat pada perang Khondaq
Allah menolong Nabi Muhammad saw dengan mengirimkan angin yang berhembus dimalam hari yang amat dingin kepada pihak musuhnya. Angin tersebut dapat memporak-perandakan kuali-kuali dan khemah-khemah mereka. Abu Syufyan bangun dan berkata kepada pasukannya:
Artinya:
"Hai kaum Quarisy! Sesungguhnya kamu sekarang tidak mampu lagi untuk bertahan disini kerana kambing-kambing dan unta-unta kami telah habis, kaumYahudi Banu Quraiza pun telah mengingkari janjinya dan telah sampai kepada kami berita yang tidak kami ingini dari mereka. Kami juga diserang oleh anginkencang seperti yang kalian lihat seperti yang kamu semua lihat. Oleh itu beredar(bubarlah) kamu dan aku juga akan segera beredar".
"Hai kaum Quarisy! Sesungguhnya kamu sekarang tidak mampu lagi untuk bertahan disini kerana kambing-kambing dan unta-unta kami telah habis, kaumYahudi Banu Quraiza pun telah mengingkari janjinya dan telah sampai kepada kami berita yang tidak kami ingini dari mereka. Kami juga diserang oleh anginkencang seperti yang kalian lihat seperti yang kamu semua lihat. Oleh itu beredar(bubarlah) kamu dan aku juga akan segera beredar".
Kemudian Abu Sufyan bangun menuju kepada untanya yang tertambat dan segera berlalu. Ketika kaum Ghatfan mendengar kaum Quraisy telah pun beredar mereka pun segera kembali ketempat asal mereka.
Ketika Khudaifah Ibnul Yaman yang diutuskan oleh Nabi untuk mengitip ditengah-tengah barisan musuh datang memberitahu kepada baginda apa yang dilakukan oleh pasukan musuh waktu itu baginda sedang bersolat.
Pada waktu paginya Nabi beserta seluruh pasukannya segera meninggalkan medan peperangan Kahndaq menuju Madinah untuk meletak senjata.
Peperangan itu berakhir dengan bermundurnya bangsa Quraisy untuk selama-lamanya dan mereka tidak pernah datang lagi untuk memerangi kaum Muslimin selepas itu. Dalam peperangan Khandaq ini kaum Muslimin yang terbunuh sebanyak tujuh orang sedangkan pasukan musuh ada empat orang.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar