Sholat
adalah ibadah terpenting bagi seorang muslim.Sholat menjadi tolak ukur
kesalehan seseorang, bahkan sholat merupakan amal kunci bagi segala amal
lainnya. Meski demikian jarang sekali orang mengerti bahwa
masing-masing waktu sholat yang lima itu mengandung hikmah dan memiliki
sejarah masing-masing.
Sholat
Subuh adalah sholat pertama kali yang dilakukan oleh Nabi Adam As, dua
raka'at Subuh dijalankan oleh Nabi Adam As di bumi setelah diturunkan
dari surga.
Waktu
itu pertama kalinya Nabi Adam As melihat kegelapan, begitu gelapnya
sehingga ia merasakan ketakutan yang amat sangat. Namun kemudian
kegelapan itu secara lamban mulai sirna mengusir rasa takut, dan
perlahan terbitlah terang. Itulah pergantian waktu malam menuju pagi.
Oleh karenanya, dua raka'at Subuh dilaksanakan sebagai rasa syukur atas
sirnanya kegelapan pengharapan atas datangnya kecerahan.
Nabi
Ibrahim As adalah orang pertama yang melaksanakan sholat Dhuhur, Empat
raka’at dhuhur dilaksanakan, ketika Allah Swt menggantikan Nabi Ismail
As yang rencananya disembelih sebagai Qurban dengan seekor domba. Ini
terjadi tatkala siang, tatkala matahari bergeser sedikit dari titik
tengahnya. Empat raka’at itu menunjukkan beberapa perasaan Nabi Ibrahim,
satu raka’at adalah penanda kesyukuran atas digantikannya Nabi Ismail
As. Satu raka’at karena kegembiraan, satu raka’at untuk mencari
keridloan Allah Swt dan satu raka’at lagi sebagai rasa syukur atas domba
pemberian Allah Swt.
Kemudian
riwayat sholat Ashar berhubungan erat dengan Nabi Yunus As. ketika
diselamatkan oleh Allah Swt dari perut ikan Hut. Hut adalah nama ikan
yang menelan Nabi Yunus mengarungi lautan. Dikisahkan, bahwa bentuk ikan
hut hampir menyerupai burung, namun tanpa sayap. Ketika di dalam perut
hut itu Nabi Yunus As merasakan empat macam kegelapan, gelap karena
kekhawatiran hasya, gelap di dalam air, gelap malam dan gelap di dalam
perut ikan. Demikianlah Nabi Yunus As keluar ketika matahari mulai
condong ke barat dan sholat lah beliau empat raka’at sebagai penanda
terbebas dari empat macam kegelapan itu.
Sedangkan
tiga raka’at sholat Maghrib mempunyai sejarahnya sendiri yang tidak
bisa dilepaskan dari kisah Nabi Isa As ketika berhasil keluar dari
kaumnya di penghujung senja. Tiga raka’at sangat bermakna bagi Nabi Isa
As. Satu rakaat menandai perjuangan beliau menegakkan tauhid dan
menafikan semua bentuk sesembahan kecuali Allah. Satu raka’at untuk
menafikan hinaan dan tuduhan kaumnya atas ibundanya yang melahirkannya
tanpa ayah. Dan ini sekaligus menunjukkan betapa ketuhanan itu hanya
milik Allah semata yang Maha Kuasa, inilah makna satu rakaat yang
terakhir.
Dihilangkannya
empat kesedihan yang menimpa Nabi Musa As oleh Allah Swt ketika
meninggalkan kota Madyan menjadi sejarah ditetapkannya sholat Isya empat
rakaat. Tercatat empat kesedihan itu berhubungan dengan istrinya,
saudaranya yang bernama Nabi Harun As, anak-anaknya, dan kesedihan
karena kekuasaan Fir’aun. Dan ketika semua kesedihan itu diangkat oleh
Allah Swt di waktu malam, Nabi Musa As pun melaksanakan sholat empat
rakaat sebagai rasa syukur atas segalanya.
Demikianlah
semua hikmah yang melatar belakangi lima sholat fardhu yang diwajibkan
kepada semua orang muslim hingga kini sesuai dengan tuntunan syariah.
(Dinukil
dari kitab Sulamunnajah karya Syaikh Nawawi atau nama lengkat Syaikh
Muhammad Nawawi bin Umar Ra tanara Al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi)
Hadits tentang Sholat Wajib 5 Waktu
Jabir
bin Abdullah Ra menceritakan bahwa pada suatu siang sebelum Matahari
benar-benar di atas titik atas tertinggi, Rasulullah Nabi Muhammad Saw
kembali didatangi oleh Malaikat Jibril As seraya berkata kepadanya :
Bangunlah Wahai Rasulullah dan lakukan sholat.
Mendengar panggilan ini, Maka Nabi Muhammad Saw pun segera melakukan sholat Dzuhur ketika Matahari telah mulai tergelincir.
Ketika
bayang-bayang tampak telah mulai lebih panjang dari sosok asli
benda-benda, Malaikat Jibril As berkata : Bangun dan lakukan sholat
lagi.
Demi
mendengar perintah ini pun, Rasulullah Saw kemudian segera melakukan
sholat Ashar ketika panjang bayangan segala benda melebihi panjang
benda-benda. Kemudian waktu Maghrib menjelang dan Malaikat Jibril As
berkata : Bangun dan lakukan sholat. Maka beliau Nabi Muhammad Saw
melakukan sholat Maghrib ketika matahari terbenam.
Kemudian
waktu Isya` menjelang dan Malaikat Jibril As berkata : Bangun dan
lakukan sholat. Maka Nabi Muhammad Saw pun segera melakukan sholat Isya`
ketika syafaq mega senja merah menghilang. Waktu sholat Isya’ ini
menjadi waktu sholat terpanjang karena Malaikat Jibril As baru
membangunkan kembali Nabi Muhammad Saw ketika fajar kedua telah mulai
menjelang.
Kemudian
waktu Subuh menjelang dan Malaikat Jibril As berkata : Bangunlah wahai
Rasulullah dan lakukanlah sholat. Maka Rasulullah Saw melakukan sholat
Subuh ketika waktu fajar menjelang.
(HR. Imam Ahmad dan Imam Nasa’i dan Imam Tirmidzi)
Tentang
waktu sholat Subuh ini Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa suatu ketika
Rasulullah Saw bersabda : Orang yang mendapatkan satu rakaat dari shalat
subuh sebelum terbit matahari, maka dia termasuk orang yang mendapatkan
sholat subuh. Dan orang yang mendapatkan satu rakaat sholat Ashar
sebelum matahari terbenam, maka dia termasuk mendapatkan sholat Ashar.
(HR Imam Muslim)
Bagaimana Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Sebelum Isra’ Mi’raj
Pertanyaan:
Yang
saya baca dalam hadis isra mi’raj disebutkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sampai di masjidil Aqsa, beliau
shalat mengimami para nabi yang lain. Bgmn beliau bisa shalat padahal
beliau belum mndapat perintah shalat?. Kan ketika itu beliau belum naik
ke langit. Matur nuwun jawabannya.
Jawaban:
Pertama, bahwa syariat shalat sudah dikenal sebelum peristiwa isra’ mi’raj.
Pernah ada seseorang yang bertanya kepada A’isyah tentang shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab
أَلَيْسَ تَقْرَأُ هَذِهِ السُّورَةَ؟ يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ، إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضَ قِيَامَ اللَّيْلِ فِي أَوَّلِ هَذِهِ السُّورَةِ، فَقَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلًا حَتَّى انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ، وَأَمْسَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَاتِمَتَهَا اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا، ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التَّخْفِيفَ فِي آخِرِ هَذِهِ السُّورَةِ فَصَارَ قِيَامُ اللَّيْلِ تَطَوُّعًا بَعْدَ أَنْ كَانَ فَرِيضَةً
Pernahkah
anda membaca surat ini (surat Al-Muzammil)? Sesungguhnya Allah
mewajibkan shalat malam seperti di awal surat ini. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya melaksanakan shalat malam selama
setahun, sampai kaki mereka bengkak, dan Allah tidak turunkan ayat-ayat
akhir surat ini selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan
untuk shalat malam seperti disebutkan pada akhir surat ini, sehingga
shalat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya kewajiban. (HR. Nasai
1601, Ibnu Khuzaimah 1127).
Kemudian
keterangan lainnya juga terdapat dalam hadis panjang yang menceritakan
dialog antara Heraklius dengan Abu Sufyan, ketika dia mendapat surat
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Heraklius bertanya kepada
Abu Sufyan,
“Apa yang diperintahkan nabi itu kepada kalian?”
Jawab Abu Sufyan, yang saat itu sedang berdagang di Syam,
يَقُولُ : اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ ؛ وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ وَالصِّلَةِ
Nabi
itu mengajarkan, “Beribadahlah kepada Allah semata dan jangan
menyekutukannya dengan sesuatu apapun, tinggalkan apa yang menjadi
ajaran nenek moyang kalian. Dia memerintahkan kami untuk shalat, zakat,
bersikap jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahim.” (HR.
Bukhari 7 dan Muslim 1773)
Ketika menjelaskan hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan,
وهو يدل على أن النبي كان أهم ما يأمر به أمته الصلاة ، كما يأمرهم بالصدق والعفاف ، ، واشتُهر ذلك حتى شاع بين الملل المخالفين له في دينه ، فإن أبا سفيان كان حين قال ذلك مشركا ، وكان هرقل نصرانيا . ولم يزل منذ بُعث يأمر بالصدق والعفاف ، ولم يزل يصلي أيضا قبل أن تفرض الصلاة
Kisah
ini menunjukkan bahwa perintah terpenting yang diserukan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya adalah shalat, sebagaimana
beliau memerintahkan mereka untuk bersikap jujur, menjaga kehormatan…
Ajaran ini menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai pengikut agama
selain islam. Karena Abu Sufyan ketika dialog itu masih musyrik, dan
Heraklius beragama Nasrani. Dan sejak diutus beliau senantiasa
memerintahkan untuk bersikap jujur dan menjaga kehormatan, beliau juga
senantiasa shalat, sebelum shalat diwajibkan (shalat 5 waktu). (Fathul
Bari Ibn Rajab, 2/303).
Sebagian
ulama mengatakan, kewajiban shalat pertama kali adalah 2 rakaat di
waktu subuh dan 2 rakaat sore hari. Berdasarkan keterangan Qatadah –
seorang tabiin, muridnya Anas bin Malik –,
كان بدءُ الصيام أمِروا بثلاثة أيام من كل شهر ، وركعتين غدوة ، وركعتين عشية
Puasa
pertama kali yang diperintahkan adalah puasa 3 hari setiap bulan, dan
shalat 2 rakaat di waktu pagi dan 2 rakaat di waktu sore. (Tafsir
At-Thabari, 3/501).
Meskipun
ada ulama yang menolak keterangan Qatadah ini. Apapun itu, intinya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat telah mengenal
shalat sebelum peristiwa isra mi’raj.
Kedua, tidak ada keterangan yang jelas tentang tata cara shalat sebelum isra mi’raj.
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang masalah ini, jawaban beliau,
الذي نعلمه أن الرسول صلى الله عليه وسلم كان يصلي قبل المعراج في الصباح والمساء بكرة وعشياً، وكيف كان يصلي؟ الله أعلم. ولا شك أنه كان يصلي إما باجتهاد أو بوحي، إن كان بوحي فهو منسوخ، وإن كان باجتهاد فقد تبين الشرع
Yang
kami tahu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
melaksanakan shalat sebelum peristiwa isra mi’raj, di pagi dan sore
hari. Bagaimana cara beliau shalat? Allahu a’lam, yang jelas beliau
shalat. Bisa jadi tata caranya dengan ijtihad mereka atau berdasarkan
wahyu. Jika tata cara shalat yang beliau kerjakan ketika itu,
berdasarkan wahyu maka statusnya telah mansukh (dihapus) [dengan tata
cara shalat yang saat ini]. Jika berdasarkan ijtihad, syariat telah
menjelaskan tata cara shalat yang benar..
(Sumber: http://islamancient.com/play.php?catsmktba=22684)
Hal
yang sama juga yang dipesankan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah. Ketika
menanggapi pertanyaan semacam ini, majlis fatwa mengatakan,
فلم يرد فيما نعلم نقل صحيح ولا حسن يبين كيفية الصلاة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصليها قبل الإسراء والمعراج، وليس وراء العلم بذلك فائدة، فنحن متعبدون بما أمرنا الله تعالى به وما استقر عليه الشرع بعد تمامه
Yang
kami ketahui, tidak terdapat keterangan yang shahih maupun hasan yang
menjelaskan tata cara shalat yang dikerjakan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebelum persitiwa isra’ mi’raj. Dan tahu masalah ini
tidak memberikan banyak manfaat. Karena kita beribadah kepada Allah
sesuai dengan apa yang Allah perintahkan untuk kita, dan yang sudah
ditetap dalam syariat setelah sempurna. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no.
41207).
Ketiga,
tentang shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjadi imam
nabi-nabi yang lain pada saat peristiwa isra mi’raj. Shalat apakah yang
beliau lakukan?
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menceritakan kejadian isra’ mi’raj, diantara penggalannya,
ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ
“Kemudian aku masuk masjid (Al-Aqsa) dan aku shalat 2 rakaat.” (HR. Muslim 162).
Syaikh
Athiyah Shaqr pernah ditanya tentang shalat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di masjidil Aqsha, ketika peristiwa isra’. Kemudian
beliau membawakan keterangan dari kitab Al-Mawahib Al-Laduniyah dengan
syarah Az-Zurqani,
وقد اختُلف في هذه الصلاة، هل هي فرض أو نفل قال بعض العلماء إنَّها فرْض، بناء على ما قاله النُّعماني، وقال البعض: إنها نفْل، وإذا قلنا: إنها فرْض، فأي صلاة هي؟ قال بعضهم الأقرب أنها الصبْح، ويُحتمل أن تكون العشاء
Diperselisihkan
tentang shalat ini. apakah shalat wajib ataukah sunah. Sebagian ulama
mengatakan wajib, berdasarkan keterangan An-Nu’mani, dan sebagian
mengatakan, shalat sunah. Jika kita mengatakan itu wajib, lalu itu
shalat apa? Sebagian berpendapat, yang mendekati, itu shalat subuh, bisa
juga shalat isya.. ada yang mengatakan itu terjadi sebelum mi’raj (naik
ke langit) dan ada yang mengatakan terjadi sesudah mi’raj.
Kemudian beliau membawakan keterangan As-Syami,
ليسا بشيء، سواء قلنا صلَّى بهم قبل العروج أم بعده؛ لأن أول صلاة صلاها النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ من الخَمْس مُطلقًا الظُّهر بمكة باتفاق، ومن حمل الأوَّليَّة على مكةَ فعليه الدليل
Pendapat-pendapat
ini tidak perlu dihiraukan, baik pendapat yang mengatakan shalat jamaah
itu sebelum mi’rajj atau sesudah mi’raj. Karena shalat wajib 5 waktu
yang pertama kali dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
secara mutlak adalah shalat zuhur di Mekah dengan sepakat ulama. Dan
siapa yang mengatakan ada shalat wajib pertama sebelum di Mekah maka dia
harus membawakan dalil..
Setelah cukup detail membawakan rincian perselisihan, beliau mengakhiri dengan nasehat,
ومهما يكن من شيء فالخلاف في هذا الموضوع ليست له نتيجة عملية
“Apapun itu, perselisihan dalam kasus semacam ini, tidak memiliki manfaat yang bisa diamalkan.”
Kumpulan Hadist Nabi Tentang Sholat
Kewajiban
utama seorang muslim adalah mendirikan sholat. Allah SWT memerintahkan
hamba hambanya untuk mengerjakan sholat wajib sebanyak 5 kali sehari
mulai dari sholat subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isyak. hukum
mengerjakan sholat bagi seorang muslim adalah wajib dan haram serta
berdosa seseorang yang meninggalkannya.
Sholat
sendiri merupakan tiang agama islam dan merupakan salah satu ibadah
paling utama. bahkan perkara yang pertama kali dipertanyakan di akhirat
nanti adalah tentang bagaimana sholat kita semasa di dunia. jika sholat
kita bagus, maka amalan lainnya ikut menjadi bagus. begitu pula
sebaliknya, jika sholat kita jelek, maka jeleklah semua amal perbuatan
kita lainnya. maka dari itu kita diwajibkan menjaga dan memelihara
shalat kita semasa hidup agar kita selamat dunia akhirat. shalat juga
termasuk dalam rukun islam ke dua. Allah SWT telah banyak sekali
menerangkan tentang masalah sholat dalam Al-Quran, begitu pula
Rasulullah SAW telah banyak menjelaskan perkara shalat ini dalam hadist
hadist beliau.
Untuk
itu kali ini muslim fiqih menyajikan kumpulan hadits hadits Nabi
Muhammad SAW tentang sholat dalam teks/tulisan arab dan latin lengkap
beserta arti/terjemahannya dalam bahasa indonesia...
Kumpulan Hadist Nabi Tentang Sholat
Rasulullah SAW bersabda,
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الصَّلاَةُ اْلمَكْتُوْبَةُ فَاِنْ اَتَمَّهَا وَ اِلاَّ قِيْلَ. اُنْظُرُوْا، هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَاِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ اُكْمِلَتِ اْلفَرِيْضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ اْلاَعْمَالِ اْلمَفْرُوْضَةِ مِثْلُ ذلِكَ. الخمسة، فى نيل الاوطار 1: 345
Dari
Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari
qiyamat, adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya
(maka selesailah persoalannya). Tetapi apabila tidak sempurna shalatnya,
dikatakan (kepada malaikat), “Lihatlah dulu, apakah ia pernah
mengerjakan shalat sunnah ! Jika ia mengerjakan shalat sunnah, maka
kekurangan dalam shalat wajib disempurnakan dengan shalat sunnahnya”.
Kemudian semua amal-amal yang wajib diperlakukan seperti itu”. [HR.
Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 345]
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة
“Barangsiapa
yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka
dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa
yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu
jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya.
Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya,
maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas
wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 163)
Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata,”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah SAW bersabda,
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian
antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa
meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i,
Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul
Mashobih no. 574)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sesungguhnya
shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah
shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan
keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.”
(HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Dari
Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam-, beliau mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ
“Pemisah
Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat.
Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath
Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini
shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566)
Rasul SAW bersabda,
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. مُرُوْا صِبْيَانَكُم بِالصَّلاَةِ لِسَبْعِ سِنِيْنَ وَ اضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِ سِنِيْنَ وَ فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى اْلمَضَاجِعِ. احمد و ابو داود، فى نيل الاوطار 1: 348
Dari
‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda, “Suruhlah anak-anak kecilmu melakukan shalat pada (usia)
tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada (usia)
sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka pada tempat-tempat tidur”. [HR.
Ahmad dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 348]
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَرَكَ صَلاَةً مَكْتُوبَةً مُتَعَمِّداً فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ
“Barangsiapa
meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja, maka janji Allah
terlepas darinya. ” (HR. Ahmad no.22128. Dikatakan hasan lighoirihi oleh
Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 569)
Rasulullah SAW bersabda,
عَنْ اَنَسِ بْنَ مَالِكٍ رض قَالَ: فُرِضَتْ عَلَى النَّبِيّ ص الصَّلَوَاتُ لَيْلَةَ اُسْرِيَ بِهِ خَمْسِيْنَ، ثُمَّ نُقِصَتْ حَتَّى جُعِلَتْ خَمْسًا. ثُمَّ نُوْدِيَ: يَا مُحَمَّدُ اِنَّهُ لاَ يُبَدَّلُ اْلقَوْلُ لَدَيَّ وَ اِنَّ لَكَ بِهذِهِ اْلخَمْسِ خَمْسِيْنَ. احمد و النسائى و الترمذى و صححه، فى نيل الاوطار 1: 334
Dari
Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW
pada malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi
lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak
diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali
itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan
Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
”Inti
(pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah
shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani
dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
Dalam
dua kitab shohih, berbagai kitab sunan dan musnad, dari Abdullah bin
’Umar radhiyallahu ’anhuma. Beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
”Islam
dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat,
(4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, pen), (5) berpuasa di
bulan Ramadhan.” (Lafadz ini adalah lafadz Muslim no. 122)
Nabi Bersabda,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلاَةَ يَوْمًا فَقَالَ: مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَ بُرْهَانًا وَ نَجَاةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. وَ مَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَ لاَ بُرْهَانًا وَ لاَ نَجَاةً. وَ كَانَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ وَ فِرْعَوْنَ وَ هَامَانَ وَ اُبَيّ بْنِ خَلَفٍ. احمد، فى نيل الاوطار 1: 343
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu
hari menerangkan tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa
memeliharanya, maka shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan
penyelamat pada hari qiyamat. Dan barangsiapa tidak memeliharanya, maka
shalat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak sebagai bukti, dan
tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari qiyamat
bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]
Dalam Shohih Muslim dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِىَ وَتَابَعَ
“Suatu
saat akan datang para pemimpin. Mereka melakukan amalan ma’ruf
(kebajikan) dan kemungkaran (kejelekan). Barangsiapa mengetahui bahwa
itu adalah kemungkaran maka dia telah bebas. Barangsiapa mengingkarinya
maka dia selamat. Sedangkan (dosa dan hukuman adalah) bagi siapa yang
ridho dan mengikutinya.” Kemudian para shahabat berkata, “Apakah kami
boleh memerangi mereka.” Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,
لاَ مَا صَلَّوْا
“Jangan
selama mereka mengerjakan shalat.” (HR. Muslim no. 4906. Lihat
penjelasan hadits ini di Ad Dibaj ‘ala Muslim, 4/462 dan Syarha An
Nawawi ‘ala Muslim, 6/327)
Rasul SAW bersabda dalam hadistnya,
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ قَالَ: بَعَثَ عَلِيٌّ وَ هُوَ بِاْليَمَنِ اِلَى النَّبِيّ ص بِذُهَيْبَةٍ فَقَسَّمَهَا بَيْنَ اَرْبَعَةٍ. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِتَّقِ اللهَ. فَقَالَ: وَيْلَكَ اَوَلَسْتُ اَحَقَّ اَهْلِ اْلاَرْضِ اَنْ يَتَّقِيَ اللهَ! ثُمَّ وَلَّى الرَّجُلُ. فَقَالَ خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلاَ اَضْرِبُ عُنُقَهُ؟ فَقَالَ: لاَ، لَعَلَّهُ اَنْ يَكُوْنَ يُصَلّى. فَقَالَ خَالِدٌ: وَ كَمْ مِنْ مُصَلّ يَقُوْلُ بِلِسَانِهِ مَا لَيْسَ فِى قَلْبِهِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنّى لَمْ اُوْمَرْ اَنْ اُنَقّبَ عَنْ قُلُوْبِ النَّاسِ وَ لاَ اَشُقَّ بُطُوْنَهُمْ. مختصر من حديث احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 1: 338
Dari
Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata : Ali yang waktu itu berada di Yaman,
pernah mengirim sekeping emas pada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW membagikannya
kepada empat orang. Kemudian ada seorang laki-laki berkata, “Ya
Rasulullah, takutlah kepada Allah (karena menganggap Nabi SAW tidak adil
dalam pembagian itu). Lalu Nabi SAW menjawab, “Celaka kamu, bukankah
aku orang yang paling baik diantara penduduk bumi ini yang bertaqwa
kepada Allah ?”. Kemudian laki-laki itu berpaling. Lalu Khalid bin Walid
bertanya, “Ya Rasulullah, bolehkah aku penggal lehernya ?”. Nabi SAW
menjawab, “Jangan, barangkali dia melakukan shalat”. Khalid berkata,
“Berapa banyak orang yang shalat yang hanya menyatakan dengan lisannya
saja, tetapi tidak demikian di dalam hatinya”. Lalu Rasulullah SAW
menjawab, “Sesungguhnya aku tidak diperintahkan untuk menyelidiki
hati-hati manusia, dan tidak pula untuk membelah perut-perut mereka”.
[Diringkas dari suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan
Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 338]
Hadist Tentang Sholat Lainnya :
“Shalat adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hamba-Nya.”
Abdullah
ibnu Mas'ud Ra berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, "Ya
Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdol?" Beliau menjawab,
"Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Lalu apa lagi?" Beliau
menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi,
"Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Berjihad di jalan
Allah." (HR. Bukhari)
“Dari
Abu Dzar r.a., bahwasanya Rasulullah saw. keluar dari rumahnya ketika
musim dingin, waktu itu daun-daun berguguran. Rasulullah saw. mengambil
ranting dari sebatang pohon, sehingga daun-daun di ranting itupun banyak
berguguran. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, Wahai Abu Dzar!’ Saya
menyahut, ‘Labbaik, ya Rasulullah.’ Lalu beliau bersabda, ‘Sesungguhnya
seorang hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas karena
Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini
daripohonnya.” (Hr. Ahmad -At Targhib)
Shalat dua rakaat (yakni shalat sunnah fajar) lebih baik dari dunia dan segala isinya. (HR. Tirmidzi)
Dari
Abu Hurairah r.a. berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. ber-sabda,
‘Bagaimana pendapat kalian, jika di depan rumah salah seorang dari
kalian terdapat sebuah sungai yang mengalir dan dia mandi di dalam¬nya
lima kali sehari, apakah akan tersisa kotoran di tubuhnya?’ Mereka
menjawab, ‘Tidak akan tersisa kotoran di tubuhnya sedikitpun.’
Rasulullah saw. bersabda, ‘Begitulah perumpamaan shalat lima waktu,
dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosa.” (Hr. Bukhari, Muslim,
Tirmidzi dan Nasai)
Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan. (HR. Ahmad)
Dari
Hudzaifah r.a. dia berkata, “Apabila Rasulullah saw. mengalami
kesulitan, maka beliau segera melaksakan shalat.” (Hr. Ahmad dan Abu
Dawud)
Shalat pada awal waktu adalah keridhoan Allah dan shalat pada akhir waktu adalah pengampunan Allah. (HR. Tirmidzi)
“Dan
mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat’dan sesungguhnya hal yang
demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.”
Barangsiapa lupa shalat atau ketiduran maka tebusannya ialah melakukannya pada saat dia ingat. (HR. Ahmad)
“Dart
Abu Hurairah r.a., “Dua orang dari kabilah Baliy satu kaum dari kabilah
keturunan Qudaah telah memeluk Islam. Maka salah seorang darinya telah
mati syahid, dan seorang lagi hidup selama satu tahun. Thalhah bin
Ubaidillah r.a. berkata, “Saya melihat di dalam mimpi, bahwa orang yang
meninggal setahun kemudian itu dimasukkan ke dalam surga lebih dahulu
daripada si syahid. Saya merasa heran atas peristiwa itu. Maka pada pagi
harinya saya menceritakannya kepada Nabi saw., atau hal itu diceritakan
oleh orang lain (yang mendengarnya dari saya) kepada RasuluUah saw..
Beliau saw. bersabda, ‘Bukankah dia telah berpuasa sebulan penuh pada
bulan Ramadhan setelah kematian temannya, dan mengerjakan shalat
sebanyak 6.000 rakaat, dan beberapa rakaat lagi dalam shalatnya selama
satu tahun?’” (Hr. Ahmad)
Nabi Saw ditanya tentang shalat, "Bagaimana shalat yang paling afdol?" Beliau menjawab, "Berdiri yang lama." (HR. Muslim)
“Diriwayatkan
oleh Ibnu Mas’ud r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda,
“Setiap tiba waktu shalat, seorang malaikat diutus untuk menyeru, ‘Wahai
anak Adam, bangun dan padamkanlah apt yang sedang kalian nyalakan untuk
membakar dirt kalian.’ Maka orang-orangpun berdiri, lalu bersuci dan
melaksanakan shalat Zhuhur, sehingga dosa-dosa antara Shubuh hingga
Zhuhur diampuni. Apabila datang waktu Ashar, seperti itu juga, waktu
Maghrib seperti itujuga, waktu Isya seperti itujuga, setelah itu mereka
tidur. Maka ada yang bermalam dengan kebaikan dan ada juga yang bermalam
dengan keburukan. (Hr. Thabrani)
Maukah
aku beritahu apa yang dapat menghapus dosa-dosa dan mengangkat
derajat?" Para sahabat menjawab: "Baik ya Rasulullah." Beliau berkata,
"Berwudhu dengan baik, menghilangkan kotoran-kotoran, banyak langkah
diayunkan menuju mesjid, dan menunggu shalat (Isya) sesudah shalat
(Maghrib). Itulah kewaspadaan (kesiagaan)." (HR. Muslim)
Dari
Abu Qatadah bin Rib’i r.a., Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah Swt.
berfirman, “Sesungguhya Aku telah mewajibkan shalat lima waktu kepada
umatmu. Dan Aku telah berjanji pada diri-Ku, bahwa barangsiapa yang
menjaga shalat pada waktunya, niscaya akan Aku masukkan ke dalam surga
dengan jaminan-Ku. Dan barangsiapa yang tidak menjaga shalatnya, maka
Aku tidak memberi jaminan baginya.” (Hr. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Paling dekat seorang hamba kepada Robbnya ialah ketika ia bersujud maka perbanyaklah do'a (saat bersujud) (HR. Muslim)
Dari
Ibnu Salman r.a. berkata, “Seorang lelaki dart kalangan sahabat berkata
kepada Rasulullah saw, ‘Ketika kami menaklukkan kota Khaibar dalam
suatu peperangan, orang-orang mulai mengeluarkan harta rampasan perang
yang terdiri dari berbagai macam barang dan tawanan. Maka orang-orang
pun mulai berjual beli dengan harta rampasan perangnya. Tiba-tiba datang
seorang lelaki kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhya pada hari ini saya telah memperoleh keuntungan besar dan
tidak ada seorang pun dari penduduk lembah ini yang dapat menyamai
keuntungan saya.” Dengan terheran-heran Rasulullah saw. bertanya,
“Berapa keuntungan yang engkau dapatkan?” Dia menja-wab, “Saya terus
menerus berjual beli sehingga mendapatkan keuntungan 300Uqiyah.”
Rasulullah
saw. bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu sebaik-baik orang yang
mendapat keuntungan?” Dia bertanya, “Apakah itu, ya Rasulullah?” Beliau
saw. menjawab, “Dua rakaat shalat sunnat setelah shalat fardhu.” (Hr.
Abu Dawud)
Paling afdol (utama) shalat seorang (adalah) di rumahnya kecuali (shalat) yang fardhu (lima waktu). (HR. Bukhari dan Muslim)
Perbanyaklah
sujud kepada Allah, sesungguhnya bila sujud sekali Allah akan
mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu dosamu. (HR. Muslim)
Sebenarnya
masih banyak sekali dalil dalil baik ayat Al-Qur'an maupun hadits Nabi
mengenai kewajiban mendirikan sholat, namun sedikit kumpulan hadist
tentang sholat diatas sudah mampu memotivasi kita umat islam akan wajib
dan pentingnya mengerjakan shalat. wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar