Jumat, 09 Januari 2015

Nabi di asuh Kakek Abdul Mutholib

Nabi Muhammad SAW sewaktu masih di bawah asuhan sang Kakek.
Nabi Muhammad SAW hidup bersama ibu dan kakeknya sampai berusia 6 tahun.
Aminah binti Wahb, Ibu Rosulullah, wafat ketika berada di Abwa', sebuah tempat antara Makkah dan Madinah, dalam perjalanan pulang dari Yastrib (Madinah).  di desa Abwa' atau Lereng gungung.
Setelah itu Rosulullah diasuh oleh sang kakek, Abdul Muththalib bin Hasyim.

Abdul Mutholib merupakan pemimpin Quraisy Mekah yang sangat berwibawa di segani.

Para ahli maghazi dan sirah berbeda pendapat tentang tanggal wafat ayahanda Muhammad kecil.
Menurut pernyataan Ibnu Ishaq yang dikukuhkan oleh Ibnu Sa’ad, ayahanda Rasulullah meninggal pada saat beliau masih di dalam kandungan sang ibu. Inilah pendapat yang paling mahsyur dan dipandang paling kuat oleh sebagian besar ulama. Pendapat ini pula yang kemudian dikukuhkan oleh ayat Al-Qur’an:

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
(QS:Adh-Dhuhaa | Ayat: 6)

Berdasarkan keterangan Al-Qur’an ini, semakin jelas bahwa Muhammad lahir dalam keadaaan yatim (tidak berayah).

Menurut riwayat yang paling mahsyur, Muhammad dilahirkan di Mekkah dalam keadaan yatim pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah.. Adapun tahunnya terkenal dengan sebutan Tahun Gajah. Menurut hitungan para orientalis, tahun tersebut sama dengan tahun 570 M. Sedangkan menurut seorang pengaji sejarah bernama Mahmud Basya Al-Falaki, Muhammad lahir pada tanggal 9 Rabi’ul Awal yang bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 M.
    
Karena ayahnya meninggal dunia, yang mengurus dan mencukupi kebutuhannya adalah sang kakek, Abdul Muthalib. Sedangkan yang merawatnya adalah ibundanya sendiri, Aminah binti Wahab.
    
Abdullah meninggal di Madinah, tepatnya di kediaman paman-pamannya yang berasal dari keturunan Bani Najjar. Disebutkan, ketika itu ia tengah menjalankan perintah Abdul Muthalib untuk membeli kurma di Madinah. Jenazah Abdullah dikebumikan di Darun Nabighah, di bawah ambang pintu yang kedua, atau di sisi kiri pintu masuk Darun Nabighah. Abdullah wafat pada usia 25 tahun.
    
Akhirnya Muhammad kecil diasuh ibundanya sendiri dan menjadi tanggungan sang kakek, Abdul Muthalib, sekembalinya dari penyusuannya di kampung Bani Sa’ad.
    
Ketika usia Muhammad genap 6 tahun, ibunda beliau, Aminah binti Wahab, meninggal pula di Abwa’ atau di lereng gunung.
Alkisah, saat itu ia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah bersama Muhammad setelah mengunjungi paman-paman dan saudara-saudara dari pihak ayahnya, yaitu keturunan Bani Adi bin Najjar di Madinah.
   
Sepeninggal ibundanya tercinta, Muhammad diantarkan oleh pelayan dan pengasuhnya, Ummu Aiman, kepada kakeknya, Abdul Muthalib, ke Mekkah.
Sejak itu Abdul Muthalib merawat dan mengasuh Muhammad dengan segala kemampuannya hingga wafat. Pada saat kakeknya wafat, usia Muhammad masih delapan tahun. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib sempat mewasiatkan pengasuh Muhammad kepada Abu Thalib, anaknya.
Abu Thalib adalah saudara kandung Abdullah, ayah Muhammad. Adapun ibunda dari keduanya adalah Fatimah binti Amru bin A’idz.
    

Nabi Muhammad kecil mencari unta


Banyak kabar yang meriwayatkan bagaimana perhatian Abdul Muthalib terhadap cucunya, Muhammad, selama dalam asuhannya. Salah satunya adalah riwayat yang disampaikan oleh Abu Ya’la. Ia menuturkan bahwa suatu ketika, Abdul Muthalib menyuruh Muhammad mencari untanya yang hilang dalam penggembalaan. Setelah beberapa lama ditunggu, cucunya itu tak kunjung datang sehingga ia menjadi gelisah dan bersusah hati. Ketika akhirnya Muhammad kembali dengan membawa unta-unta tersebut, Abdul Muthalib bersumpah tidak akan pernah lagi menyuruh dan meminta bantuannya. Setelah itu, ia juga berjanji tidak akan pernah meninggalkan cucunya itu sendirian.
    
Demikianlah. Sejak itu sang kakek selalu berada di dekat sang cucu. Abdul Muthalib tidak pernah mengizinkan seorang pun memasuki bilik(kamar) Muhammad saat ia sedang tidur.

Nabi Muhammad kecil ikut rapat sang kakek di samping Ka'bah

Disebutkan bahwa Abdul Muthalib memiliki tempat duduk khusus yang tidak pernah diduduki oleh orang selain dirinya dan Muhammad. Abdul Muthalib juga memiliki sebuah tikar khusus di dekat Ka’bah. Namun, tak seorang pun dari anak-anaknya yang berani memakai tikar itu. Mereka hanya berani dan diperbolehkan duduk di sekitar tikar tersebut. Namun Justru Muhammad yang selalu duduk bersama sang kakek di atas tikar itu.



Suatu hari, masyarakat Makkah menghamparkan tikar di sisi Ka'bah untuk Abdul Mththalib. Sementara orang - orang yang lain duduk di sekelilingnya, tidak ada seorang pun yang duduk di atas tikar yang telah dihamparkan tersebut sebelum Abdul Mththalib keluar dan duduk.
Hal itu sebagai wujud penghormatan terhadap Abdul Mutholib sebagai pemimpin suku Quraisy.
Tiba - tiba Rosulullah yang saat itu masih kecil, datang dan duduk sebelum Abdul Muththalib duduk. Maka paman - pamannya yang hadir saat itu, memindahkannya ke pinggir.
Ketika Abdul Muththalib melihatnya, maka di berkata:
"Biarlah anak itu, dia bukan orang sembarangan"
Setelah itu, Abdul Muththalib duduk bersama Rasulullah di atas tikar tersebut, mengelus - elus punggungnya dan dia tampak bahagia atas perilakunya.
Setelah Nabi Muhammad SAW berumur delapan tahun. Abdul Muththalib meninggal.

Menurut beberapa kitab sirah, sang paman, Abu Thalib, juga memberikan perhatian yang sangat besar terhadap keponakannya itu. Dikisahkan, Abu Thalib tidak pernah tidur kecuali bila Muhammad sudah berada di sampingnya, ia tidak pernah pergi kecuali dengan mengajak Muhammad, ia selalu menyiapkan hidangan khusus untuk Muhammad. Bahkan, ia tidak pernah makan sebelum Muhammad makan terlebih dahulu. Paman Muhammad ini mengasuh dan merawat Muhammad dengan penuh perhatian sampai wafatnya, yaitu tiga tahun sebelum hijrah (Tahun Hijriyah).

Sekian kisah Nabi Muhammad SAW ketika diasuh sang kakek, Insya Allah bersambung pada Judul

"Nabi Muahammad di Asuh Abu Tholib" pamanya.

Wassalamu'alikum.Wr.Wb


3 komentar: