Kamis, 07 Mei 2015

Perjanjian Hudaibiyah (Peristiwa Basmalah dihapus)

Peristiwa Basmalah dihapus demi Toleransi
Ada istilah yang kita sering dengar yaitu toleransi/tasamuh (bahasa arab). Toleransi adalah batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih dapat diterima. Toleransi adalah penyimpangan dari yang tadinya harus dilakukan, penyimpangan yang dapat dibenarkan.

Mengapa manusia harus bertoleransi?, Agama menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, pasti berbeda-beda. Itu bukan saja keniscayaan, itu juga kebutuhan. Tapi dalam saat yang sama, Tuhan menghendaki juga agar kita bersama, bersama dengan Tuhan dan bersama dengan seluruh manusia karena kita semua berasal dari ayah dan ibu yang sama.

Keniscayaan perbedaan dan keharusan persatuan itulah yang mengantar manusia harus bertoleransi.

Sekali lagi kita bertanya, mengapa harus bertoleransi? karena semua manusia mendambakan kedamaian. Tanpa toleransi tidak mungkin ada kedamaian. Semua kita mendambakan kemaslahatan. Tanpa toleransi, tidak akan ada kemaslahatan. Semua kita menginginkan kemajuan. Tanpa toleransi, kemajuan tidak akan tercapai. Dari sini, agama pun memberikan tolerasi, bukan saja kehidupan kemasyarakatan, tapi juga dalam kehidupan beragama.

Saya akan memberikan beberapa contoh dari ayat-ayat al-Qur'an, bahkan dari sejarah Nabi Saw, melihat bagaimana tingginya toleransi beliau, bagaimana tingginya toleransi yang diajarkan oleh al-Qur'an guna menghadirkan kedamaian dan kesejahteraan. Bukan saja bagi umat Islam, tapi bagi seluruh rakyat, masyarakat, bahkan seluruh manusia.

***
Saudara, kita katakan bahwa Nabi menyatakan bahwa "Aku diutus dengan agama yang penuh toleransi". Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah, menulis perjanjian itu, dalam konsepnya Nabi menyatakan "Bismillahirrahmanirrahim". Oleh kaum musyrik, kalimat Basmalah itu tidak disetujui oleh mereka. Mereka meminta agar ditulis "Bismikallahumma". Nabi berkata kepada Ali bin Abi Thalib "Hapus Basmalah dan tulis Bismikallahumma sesuai usul mereka".
Ali r.a berkata : Saya tak sanggup ya Rasul, untuk menghapus tulisan itu.
Nabi minta di tunjukan tulisan itu, dan nabi yang menghapus sendiri, karena nabi seorang Ummy(tidak bisa baca dan tulis)
Ali r.a bertanya : Mengapa enkau lakukan itu ya Rasul?
Nabi tersenyum, menyusun dan menyatakan "Inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan wakil dari kaum musyrik Makkah". 
Pemimpin delegasi kaum musyrik berkata "Seandainya kami mengakui engkau sebagai Rasul Allah, maka kami tidak akan memerangimu, tulis : Inilah perjanjian antara Muhammad putra Abdullah"

Rasul pun berkata "Hapus kata "Rasulullah" dan ganti dengan "Muhammad bin Abdullah".

Sayyidina Ali dan para sahabat tidak ingin bertoleransi dalam hal ini. Mereka enggan menghapusnya tetapi Nabi yang penuh dengan toleransi itu menghapus tujuh kata itu demi kemaslahatan, demi perdamaian.

Saudara, kita memang tidak boleh mengorbankan aqidah demi toleransi, tetapi dalam saat yang sama kita tidak boleh mengorbankan toleransi atas nama aqidah.

Kita perlu bertoleransi. Karena itu sekian banyak ayat al-Qur'an berbicara atau menganjurkan kita menerapkan toleransi itu. Bacalah surah Saba' ayat 25 dan 26. 

 قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ

 Katakanlah:` Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat `.(QS. 34:25) 

 قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ

Katakanlah:` Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha
(QS. 34:26)
Anda akan menemukan disitu, Nabi diajarkan untuk menyampaikan kepada kaum musyrik, kepada non-muslim, bahwa kami atau anda yang berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata, yakni boleh jadi kami yang benar, boleh jadi juga kami yang salah. Tetapi nanti Allah akan menghimpun kita, dan Dialah yang akan memberikan putusan siapa yang benar dan siapa yang salah.

Ini bukan berarti kita mengorbankan aqidah dengan kita berkata bahwa kita salah, tetapi  demi kehidupan bermasyarakat yang penuh kedamaian.

Jangan mempermasalahkan orang, katakanlah "Boleh jadi anda benar, boleh jadi juga anda salah".

Al Qur'an memberi peringatan
تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
Artinya:
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Alquran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Q.S. Al Furqan: 1)
 

Dan firman-Nya: 

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".
(QS: Al-A'raf Ayat: 158)

Tausiyah Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA
Direktur Pusat Studi Al Qur'an | Mantan Menteri Agama RI | Ahi Tafsir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar