Senin, 02 Januari 2017

Apakah Rosululloh Saw Ummi atau buta huruf?

APAKAH, Rosululloh Saw Ummi?
Dalam menguraikan masalah ummi ini, Syekh Amin asy-Syanqithi merekonstruksi pemahaman dari nas al-Qur’an demikian: bahwa kita tahu jika permulaan wahyu yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw adalah perintah membaca dan menulis, lalu mengapa beliau sendiri justru tidak bisa baca tulis?
Syekh Amin meneropong jawaban dari pertanyaan ini melalui dua sudut pandang:

Pertama, bahwa keummian Nabi saw merupakan bukti atas kesempurnaan mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw, di mana kendati beliau tidak bisa baca tulis, akan tetapi bisa menjadi pengajar (mu‘allim) serta penyampai (muballigh) pesan-pesan Ilahi. Allah SWT berfirman:

هُوَ الذي بَعَثَ فِي الأميين رَسُولاً مِنْهُمْ (الجمعة 2:62).

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka. (QS. Al-Jumu‘ah [62]: 2).

Kedua, kendati Nabi saw tidak bisa baca tulis, bukan berarti beliau mengabaikan pentingnya belajar baca tulis, akan tetapi sebaliknya, Nabi Muhammad saw sangat memperhatikan pentingnya baca-tulis bagi generasi umat Islam. Inilah keistimewaan berikutnya dari keummian Nabi saw. Bagaimana seorang yang tidak bisa baca-tulis malah men-support umatnya untuk bisa mahir baca-tulis. Inilah keistimewaan yang tidak ada duanya.

Hal ini telah terbukti dalam sejarah yang tidak mungkin terbantahkan lagi, bahwa Nabi saw pada periode Madinah banyak mengangkat sekretaris untuk menulis ayat-ayat al-Qur’an, padahal Nabi saw sangat mengahafalnya, dan hafalan itu telah dijamin oleh Allah SWT, bahwa beliau tidak akan pernah lupa setelah membacanya.

Selain asy-Syanqithi, di sini kami paparkan juga uraian Imam ar-Razi ketika menjelaskan sifat ke-ummi-an Nabi Muhammad saw. Dalam hal ini, beliau mengutip pendapat Imam az-Zajjaj, bahwa yang dikehendaki dengan ummi adalah kondisi seorang anak seperti saat dilahirkan oleh ibu, tidak mempelajari tulisan, dan tetap seperti itu hingga dewasa. Az-Zajjaj kemudian mengutip sabda Nabi Muhammad saw, “Innâ ummatun ummiyyatun lâ naktubu wa lâ nahsibu” (Kita adalah umat yang ummi, yang tidak bisa menulis serta tidak bisa menghitung). Memang kebanyakan kondisi orang-orang Arab pada saat itu tidak bisa baca tulis, termasuk Rasulullah saw.
Selanjutnya, ar-Razi menjelaskan sisi kemukjizatan sifat keummian Nabi saw. Beliau menyorotinya dari beberapa aspek:

Pertama, kebiasaan para khatib di zaman Rasulullah saw ketika menyampaikan kata-kata dalam khutbahnya kemudian mengulangi yang kedua kali maka dapat dipastikan antara ucapan yang pertama dengan ucapan yang kedua akan terjadi perbedaan kata kendati sedikit. Sedangkan Rasulullah saw, meskipun beliau tidak bisa membaca serta tidak bisa menulis, ketika beliau menyampaikan ayat-ayat al-Qur’an, maka sedikitpun tidak akan terjadi perubahan kata, meskipun beliau membacanya berulang-ulang. Dan inilah yang membuat orang-orang Arab yakin bahwa apa yang disampaikan Rasulullah saw tidak mungkin dari beliau sendiri, akan tetapi merupakan mukjizat yang dijadikan bukti oleh Allah SWT akan kebenaran Rasul-Nya. Hal ini merupakan isarat dari firman Allah SWT berikut:

سَنُقْرِئُكَ فَلاَ تَنْسَى. (الأعلى [87]: 6)

Kami akan membacakan (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa. (QS. Al-A‘la [87]: 6).

Kedua, andaikan Rasulullah saw bisa membaca dan bisa menulis, maka pasti akan memunculkan kecurigaan di hati orang-orang Arab akan ketidak-aslian al-Qur’an. Mereka akan menduga jika Rasullulah saw telah mempelajari kitab-kitab orang terdahulu, kemudian disalin dalam bentuk ucapan lain dan diklaim sebagai ayat-ayat suci al-Qur’an. Akan tetapi hal itu tidak terjadi sehingga orang kafir Quraisy tidak mempunyai celah untuk memunculkan keraguan itu dalam al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ (العنكبوت [29]: 48)

Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur’an) sesuatu kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (QS. Al-Ankabut [29]: 48).

Ketiga, belajar menulis dan belajar membaca merupakan hal yang mudah. Bagi orang yang mempunyai bekal kecerdasan sedikit saja, ia tidak perlu butuh waktu lama untuk bisa baca tulis. Sedangkan Rasulullah saw oleh Allah SWT telah diberi pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang terdahulu serta pengetahuan orang-orang yang akan datang (‘ilmal-awwalîn wal-âkhirîn). Meskipun Rasulullah saw mempunyai pengetahuan yang demikian tinggi, ternyata sudah umum di kalangan orang-orang Arab jika beliau tidak bisa baca-tulis, sebuah pengetahuan yang bisa dicapai oleh siapa saja, hatta bagi orang yang tidak mempunyai kecerdasan. Dari sini sangat tampak sisi mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw
Ta'bir penguat dari penjelasan tersebut disampaikan An-Nawawi dalam kitab Sarah Shohih Muslim sbb:

(قال ) أي : سالم ( وكان الناس ) أي : العرب ( أميين ) أي : لقوله تعالىهو الذي بعث في الأميين رسولا منهم قال جمهور المفسرين الأمي من لا يحسن الكتابة والقراءة ، وقال بعضهم الأمي منسوب إلى الأم ، وقيل إلى أم القرى ، وهي مكة وعلى التقادير فهو كناية عن عدم الكتابة والقراءة والدراسة والمعرفة بأمور الحساب والكتاب كما هو حقها فكأنه شبه بالطفل الذي خرج من بطن أمه ولم يعلم شيئا أو بسكان أم القرى فإنهم مشهورون بأنهم ليسوا أهل كتاب وحساب ، ولا كتابة ، ولا دراسة قال الخطابي إنما قيل لمن لم يكتب [ ص: 269 ] ولم يقرأ أمي ؛ لأنه منسوب إلى أمة العرب وكانوا لا يكتبون ، ولا يقرءون ويقال : إنما قيل له أمي ؛ لأنه باق على الحالة التي ولدته أمه لم يتعلم قراءة ، ولا كتابة ، والحاصل أن كلا من القراءة والكتابة كانت فيهم قليلة نادرة فإذا لم يتعلموا الكتب ولم يقرءوها حتى يعرفوا حقائق الأمور ، ولا يذهلهم عظائم المحن عند وقوع الفتن فلا جرم تحيروا في أمر موته - صلى الله عليه وسلم - إذ سبب العلم بجواز موت الأنبياء وكيفية انتقالهم إلى دار الجزاء إنما هو الممارسة بالمدارسة أو المشاهدة ، ولذا قال ( لم يكن فيهم نبي قبله فأمسك الناس)

والله موافق إلى أقوام الطارق... والله أعلم بالصواب


Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar