.Di dalam tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
ثُمَّ تَذَامَرَ الصَّحَابَةُ بَيْنَهُمْ وَ قَالَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ: بِئْسَ مَا عَوّدْتُمْ اَقْرَانُكُمْ، وَ نَادَوْا مِنْ كُلّ جَانِبٍ: اَخْلِصْنَا يَا خَالِدُ، فَخَلَصَتْ ثُلَّةٌ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ
Situasi semakin genting, lalu para shahabat saling memberi semangat, Tsabit bin Qais bin Syammas menyerukan, “Alangkah jelek perbuatan kalian terhadap rekan-rekan kalian”. Ia mulai menyeru ke setiap penjuru, “Bantulah kami wahai Khalid”. Lalu sebagian dari kaum Muhajirin dan Anshar berdatangan membantu.
وَ حَمَى الْبَرَاءُ بْنُ مَعْرُوْرٍ، وَ كَانَ اِذَا رَأَى الْحَرْبَ أَخَذَتْهُ الْعِرْوَاءُ فَيَجْلِسُ عَلَى ظَهْرِ الرّحَالِ حَتَّى يَبُوْلَ فِي سَرَاوِيْلِهِ، ثُمَّ يَثُوْرُ كَمَا يَثُوْرُ اْلاَسَدُ. وَ قَاتَلَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ قِتَالاً لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ. وَجَعَلَتِ الصَّحَابَةُ يَتَوَاصَوْنَ بَيْنَهُمْ وَ يَقُوْلُوْنَ: يَا اَصْحَابَ سُوْرَةِ اْلبَقَرَةِ، بَطَلَ السّحْرُ الْيَوْمَ. وَ حَفَرَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ لِقَدَمَيْهِ فِي اْلاَرْضِ اِلَى اَنْصَافِ سَاقَيْهِ، وَ هُوَ حَامِلُ لِوَاءِ اْلاَنْصَارِ بَعْدَ مَا تَحَنَّطَ وَ تَكَفَّنَ، فَلَمْ يَزَلْ ثَابِتًا حَتَّى قُتِلَ هُنَاكَ
Disebutkan bahwa Al-Baraa’ bin Ma’rur jika melihat peperangan bergejolak, semangatnya terbakar, dirinya bergetar hebat, lalu ia duduk di atas punggung kendaraannya hingga terkencing-kencing dalam celananya. Kemudian ia menyerang laksana singa. Dan kaum Bani Hanifah pada waktu itu berperang luar biasa. Para shahabat saling berpesan satu dengan lainnya dan saling berkata, “Wahai penghafal surat Al-Baqarah, hari ini sihir akan hancur”. Adapun Tsabit bin Qais telah mengubur kedua kakinya ke dalam lubang hingga pertengahan kedua betisnya, sambil membawa panji Anshar setelah memakai minyak wangi dan kain kafan, dia tetap tegar di tempat itu hingga akhirnya terbunuh di tempat tersebut.
وَقَالَ الْمُهَاجِرُوْنَ لِسَالِمٍ مَوْلَى اَبِي حُذَيْفَةَ: اَ تَخْشَى اَنْ نُؤْتَى مِنْ قِبَلِكَ؟ فَقَالَ: بِئْسَ حَامِلُ اْلقُرْآنِ اَنَا اِذًا، وَ قَالَ زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ: اَيُّهَا النَّاسُ عَضُّوْا عَلَى اَضْرَاسِكُمْ وَ اضْرِبُوْا فِي عَدُوّكُمْ وَ امْضُوْا قَدَمًا، وَ قَالَ: وَ اللهِ لاَ اَتَكَلَّمُ حَتَّى يَهْزِمَهُمُ اللهُ اَوْ اَلْقَى اللهَ فَاُكَلّمَهُ بِحُجَّتِي، فَقُتِلَ شَهِيْدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Orang-orang Muhajirin berkata kepada Salim Maula Abu Hudzaifah, “Apakah engkau tidak takut jika musuh berhasil menjebol pertahananmu ?”. Dia menjawab, “Kalau hal itu terjadi, alangkah buruk diriku sebagai pembawa Al-Qur’an”.
Zaid bin Al-Khaththab berkata, “Wahai saudara-saudaraku sekalian, gigitlah dengan geraham kalian, dan bunuhlah musuh-musuh kalian, majulah dan seranglah !”. Ia juga berkata, “Demi Allah, aku bersumpah tidak akan berbicara hingga Allah mengalahkan mereka atau sehingga aku bertemu dengan-Nya dan akan aku sampaikan hujjahku !”. Akhirnya ia terbunuh sebagai syahid, semoga Allah meridlainya.
وَ قَالَ اَبُوْ حُذَيْفَةَ: يَا اَهْلَ اْلقُرْآنِ زَيّنُوْا اْلقُرْآنَ بِالْفِعَالِ، وَ حَمَلَ فِيْهِمْ حَتَّى اَبْعَدَهُمْ وَ اُصِيْبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. وَ حَمَلَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ حَتَّى جَاوَزَهُمْ، وَسَارَ لِجِبَالِ مُسَيْلِمَةَ وَ جَعَلَ يَتَرَقَّبُ اَنْ يَصِلَ اِلَيْهِ فَيَقْتُلُهُ، ثُمَّ رَجَعَ ثُمَّ وَقَفَ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ وَ دَعَا الْبَرَازَ، وَ قَالَ: اَنَا ابْنُ الْوَلِيْدِ الْعَوْدِ، اَنَا ابْنُ عَامِرٍ وَ زَيْدٍ، ثُمَّ نَادَى بِشِعَارِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَكَانَ شِعَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ يَا مُحَمَّدَاهْ، وَ جَعَلَ لاَ يَبْرُزُ لَهُمْ اَحَدٌ اِلاَّ قَتَلَهُ، وَ لاَ يَدْنُوْ مِنْهُ شَيْءٌ اِلاَّ اَكَلَهُ
Abu Hudzaifah berkata, “Wahai ahlil Qur’an, hiasilah Al-Qur’an dengan perbuatan kalian”. Kemudian dia menyerbu musuh hingga masuk ke dalam, dan akhirnya iapun terbunuh, semoga Allah meridlainya.
Khalid bin Walid menyerbu ke tempat musuh hingga melewati mereka, dia terus berjalan sambil mencari tendanya Musailimah, kemudian dia kembali dan berdiri diantara dua pasukan sambil menantang untuk perang tanding , ia berteriak, “Aku adalah putra Al-Walid Al-‘Aud, aku Ibnu ‘Amir dan Zaid”. Kemudian ia memanggil dengan syi’ar kaum muslimin, yang ketika itu adalah, “Ya Muhammadaah”. Setiap kali ada yang maju melayaninya pasti akan terbunuh olehnya, dan tidaklah seorang musuh yang mendekat kecuali pasti akan dihabisinya.
وَدَارَتْ رَحَى الْمُسْلِمِيْنَ ثُمَّ اقْتَرَبَ مِنْ مُسَيْلِمَةَ فَعَرَضَ عَلَيْهِ النّصْفَ وَ الرُّجُوْعَ اِلىَ الْحَقّ، فَجَعَلَ شَيْطَانُ مُسَيْلِمَةَ يُلَوّي عُنُقَهُ، لاَ يَقْبَلُ مِنْهُ شَيْئًا، وَكُلَّمَا اَرَادَ مُسَيْلِمَةُ يُقَارِبُ مِنَ اْلاَمْرِ صَرَفَهُ عَنْهُ شَيْطَانُهُ،
Dan bergantilah situasi dan kaum muslimin menguasai keadaan, kemudian Khalid bin Walid mendekati Musailimah, menawarkan kepadanya separo (bumi Yamamah) dan kembali kepada kebenaran, lalu syaithannya Musailimah menggelengkan lehernya, tidak mau menerima apapun darinya. Setiap kali Musailimah ingin menerima tawaran Khalid, maka syaithannya Musailimah memalingkannya.
فَانْصَرَفَ عَنْهُ خَالِدٌ وَ قَدْ مَيَّزَ خَالِدٌ الْمُهَاجِرِيْنَ مِنَ اْلاَنْصَارِ مِنَ اْلاَعْرَابِ، وَ كُلُّ بَنِيْ اَبٍ عَلَى رَايَتِهِمْ، يُقَاتِلُوْنَ تَحْتَهَا، حَتَّى يَعْرِفَ النَّاسُ مِنْ اَيْنَ يُؤْتُوْنَ، وَ صَبَرَتِ الصَّحَابَةُ فِي هذَا الْمَوْطِنِ صَبْرًا لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ، وَلَمْ يَزَالُوْا يَتَقَدَّمُوْنَ اِلَى نُحُوْرِ عَدُوّهِمْ حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِمْ، وَ وَلَّى الْكُفَّارُ اْلاَدْبَارَ، وَاتَّبَعُوْهُمْ يَقْتُلُوْنَ فِي اَقْفَائِهِمْ وَ يَضَعُوْنَ السُّيُوْفَ فِي رِقَابِهِمْ حَيْثُ شَاءُوْا، حَتَّى اَلْجَأُوْهُمْ اِلَى حَدِيْقَةِ الْمَوْتِ،
Kemudian Khalid kembali, dan ia telah memisah-misahkan antara kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan orang-orang ‘Arab. Dan tiap-tiap qabilah masing-masing membawa panji dan berperang di bawah panji mereka. Dengan cara itu orang-orang bisa mengetahui dari mana mereka itu datang. Pada peperangan ini tampak keuletan dan keshabaran para shahabat yang tiada tandingannya. Mereka terus menerus maju ke arah musuh hingga Allah menaklukkan musuh dan orang kafir lari tunggang langgang. Kaum muslimin terus mengejar mereka dan menebas leher-leher mereka, dan mengayunkan pedang menurut yang mereka kehendaki. Hingga akhirnya orang kafir terdesak sampai kepada kebun kematian (hadiqatul maut).
وَ قَدْ اَشَارَ عَلَيْهِمْ مُحَكَّمُ الْيَمَامَةُ وَ هُوَ مُحَكَّمُ بْنُ الطُّفَيْلِ لَعَنَهُ اللهُ بِدُخُوْلِهَا فَدَخَلُوْهَا وَ فِيْهَا عَدُوُّ اللهِ مُسَيْلِمَةُ لَعَنَهُ اللهُ. وَ اَدْرَكَ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ اَبِي بَكْرٍ مُحَكَّمَ بْنَ الطُّفَيْلِ فَرَمَاهُ بِسَهْمٍ فِي عُنُقِهِ وَ هُوَ يَخْطُبُ فَقَتَلَهُ، وَ اَغْلَقَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ الْحَدِيْقَةَ عَلَيْهِمْ، وَ اَحَاطَ بِهِمُ الصَّحَابَةُ.
Pemimpin Yamamah, Muhakkam bin thufail, semoga Allah mela’natnya, telah memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam kebun, maka masuklah seluruhnya ke dalam kebun yang di dalamnya terdapat Musailimah Al-Kadzdzab musuh Allah. ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar melihat Muhakkam bin Thufail, lalu memanahnya dengan anak panah yang menghunjam tepat di lehernya hingga tewas saat sedang berpidato di depan kaumnya. Setelah seluruhnya masuk, Bani Hanifah mengunci pintu kebun tersebut, sementara di luar para shahabat telah mengepung mereka.
وَ قَالَ الْبَرَاءُ بْنُ مَالِكٍ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ اَلْقُوْنِيْ عَلَيْهِمْ فِي الْحَدِيْقَةِ، فَاحْتَمَلُوْهُ فَوْقَ الْجُحَفِ وَ رَفَعُوْهَا بِالرّمَاحِ حَتَّى اَلْقَوْهُ عَلَيْهِمْ مِنْ فَوْقِ سُوْرِهَا، فَلَمْ يَزَلْ يُقَاتِلُهُمْ دُوْنَ بَابِهَا حَتَّى فَتَحَهُ، وَدَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْحَدِيْقَةَ مِنْ حِيْطَانِهَا وَ اَبْوَابِهَا يَقْتُلُوْنَ مَنْ فِيْهَا مِنَ الْمُرْتَدَّةِ مِنْ اَهْلِ الْيَمَامَةِ، حَتَّى خَلَصُوْا اِلىَ مُسَيْلِمَةَ لَعَنَهُ اللهُ، وَ اِذَا هُوَ وَاقِفٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ، وَ هُوَ يُرِيْدُ يَتَسَانَدُ لاَ يَعْقِلُ مِنَ الْغَيْظِ. وَ كَانَ اِذَا اعْتَرَاهُ شَيْطَانُهُ اَزْبَدَ حَتَّى يَخْرُجَ الزَّبَدُ مِنْ شِدْقَيْهِ، فَتَقَدَّمَ اِلَيْهِ وَحْشِيُّ بْنُ حَرْبٍ مَوْلَى جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، قَاتِلُ حَمْزَةَ، فَرَمَاهُ بِحَرْبَتِهِ فَاَصَابَهُ وَ خَرَجَتْ مِنَ الْجَانِبِ اْلآخَرِ، وَ سَارَعَ اِلَيْهِ اَبُوْ دُجَّانَةَ سِمَاكُ بْنُ خَرَشَةَ، فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَسَقَطَ، فَنَادَتِ امْرَأَةٌ مِنَ الْقَصْرِ: وَا اَمِيْرَ اْلوَضَاءَةِ، قَتَلَهُ الْعَبْدُ اْلاَسْوَدُ،
Baraa’ bin Malik kemudian berkata, “Wahai kaum muslimin, lemparkan aku ke dalam kebun !”. Lalu mereka membawanya ke atas tameng besi, dan mengangkatnya dengan beberapa tombak, lalu mereka lemparkan beramai-ramai hingga melewati pagar kebun tersebut. Baraa’ bin Malik terus bertempur di dekat pintu sehingga ia berhasil membuka pintunya. Akhirnya kaum muslimin berhasil masuk ke dalam kebun, baik dari pintunya maupun dari dindingnya, membunuh orang-orang murtad penduduk Yamamah yang berada di dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai ke tempat Musailimah yang terla’nat itu. Waktu itu dia sedang berdiri di salah satu pagar kebun yang berlubang, seolah-olah dia seekor unta jantan abu-abu yang gagah. Dia ingin bersandar dalam keadaan tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena kemarahannya yang memuncak. Biasanya, jika syaithannya datang, maka dia akan mengeluarkan buih dari mulutnya. Lalu Wahsyi bin Harb Maula Jubair bin Muth’im (pembunuh Hamzah) datang mendekatinya dan dengan cepat ia melemparkan tombaknya ke arah Musailimah tepat mengenai dadanya hingga tembus ke belakang. Dengan cepat Abu Dujanah Simak bin Kharasyah datang dan menebasnya dengan pedangnya hingga Musailimah terjatuh. Perempuan dari dalam istana menjerit, “Aduhai malangnya nasib pemimpin kita, dia dibunuh oleh budak hitam” [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 717-718]
Wahsyiy menceritakan sehubungan dengan terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut :
فَلَمَّا قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَخَرَجَ مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابُ، قُلْتُ: لاَخْرُجَنَّ اِلَى مُسَيْلِمَةَ لَعَلّي اَقْتُلُهُ فَاُكَافِئَ بِهِ حَمْزَةَ. قَالَ: فَخَرَجْتُ مَعَ النَّاسِ فَكَانَ مِنْ اَمْرِهِ مَا كَانَ، قَالَ: فَاِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ ثَائِرُ الرَّأْسِ. قَالَ: فَرَمَيْتُهُ بِحَرْبَتِي فَاَضَعُهَا بَيْنَ ثَدْيَيْهِ حَتَّى خَرَجَتْ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ. قَالَ: وَ وَثَبَ اِلَيْهِ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ عَلَى هَامَتِهِ. البخارى 5: 37
Setelah Rasulullah SAW wafat, maka muncullah Musailimah Al-Kadzdzaab. Aku berkata, "Aku akan berusaha mencari Musailimah, semoga aku dapat membunuhnya untuk menebus kesalahanku karena telah membunuh Hamzah, "lalu aku keluar bersama orang-orang yang akan memerangi Musailimah. Sebuah kesempatan yang kutunggu-tunggu. Tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki berdiri di salah satu dinding yang berlubang, seolah-olah ia unta abu-abu yang berambut kusut." Wahsyi melanjutkan ceritanya, "Lalu aku lempar dengan tombakku hingga tepat mengenai di tengah-tengah dadanya sampai tembus ke belakang". Wahsyi berkata, "Lalu seorang laki-laki Anshar menyerangnya dan memenggal kepalanya dengan pedang”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 37)
Downdload disini
Khutbah nikah
Khutbah nikah
Disunnahkan sebelum ijab qabul supaya diadakan khutbah nikah. Ada beberapa hadits yang menyebutkan tentang khuthbah nikah, diantaranya sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ : عَلَّمَنَا خُطْبَةَ الْحَاجَةِ: اَلْحَمْدُ ِللهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. ثُمَّ يَقْرَأُ ثَلاَثَ آيَاتٍ (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ). (ياَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّ خَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَّ نِسَآءً، وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِه وَ اْلاَرْحَامَ، اِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا). (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَ مَنْ يُّطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَه فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا). ثُمَّ تَذْكُرُ حَاجَتَكَ. احمد 2: 44، رقم: 3720
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) dari Nabi SAW, (‘Abdullah bin Mas’ud) berkata: Nabi SAW mengajarkan khutbah nikah kepada kami, beliau bersabda (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, kami memohon pertolongan kepada-Nya, dan kami memohon ampun kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. Kemudian beliau membaca tiga ayat (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali ‘Imran : 102). “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisaa’ : 1). “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentha’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzaab : 70-71). Kemudian silahkan kamu sebutkan keperluanmu. [HR. Ahmad juz 2, hal. 44, no. 3720]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ ، قَالَ: اُوتِيَ رَسُوْلُ اللهِ ص جَوَامِعَ الْخَيْرِ، وَ خَوَاتِمَهُ، اَوْ قَالَ: فَوَاتِحَ الْخَيْرِ، فَعَلَّمَنَا خُطْبَةَ الصَّلاَةِ وَخُطْبَةَ الْحَاجَةِ، خُطْبَةُ الصَّلاَةِ: التَّحِيَّاتُ ِللهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَ عَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَ خُطْبَةُ الْحَاجَةِ: اَنِ الْحَمْدُ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَ مَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، ثُمَّ تَصِلُ خُطْبَتَكَ بِثَلاَثِ آيَاتٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ: (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ... اِلَى آخِرِ الآيَةِ)، (وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِه وَ اْلاَرْحَامَ... اِلَى آخِرِ الآيَةِ)، (وَ اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ... اِلَى آخِرِ الآيَةِ). ابن ماجه 1: 609، رقم: 1892
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW diberi kumpulan-kumpulan kebaikan dan penutup-penutupnya”, atau ia berkata, “dan pembuka-pembuka kebaikan”. Lalu beliau mengajarkan kepada kami khutbah shalat (tasyahhud dalam shalat) dan khutbah nikah. Adapun khutbah shalat (yang artinya),” “Segala kehormatan bagi Allah, begitu pula segala ibadah dan segala yang baik-baik. Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan juga berkah-Nya. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami, dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih-shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. Adapun khutbah nikah (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, kami memohon pertolongan kepada-Nya, dan kami memohon ampun kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami, dan dari kejahatan perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. Kemudian kamu sambung khuthbahmu dengan membaca tiga ayat dari kitab Allah (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali ‘Imran : 102). “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisaa’ : 1). “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentha’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzaab : 70-71). [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 609, no. 1892]
Downdload disini
Menyebar-luaskan ilmu dan larangan menyembunyikannya.
Menyebar-luaskan ilmu dan larangan menyembunyikannya.
Firman Allah SWT :
وَ اَنْزَلْنَا اِلَيْكَ الذّكْرَ لِتُبَيّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزّلَ اِلَيْهِمْ وَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ. النحل:44
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya. [QS. An-Nahl : 44]
ياَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلّغْ مَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبّكَ، وَ اِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسلَتَه، وَ اللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلكفِرِيْنَ. المائدة:67
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [QS. Al-Maidah : 67]
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَ اْلمَوْعِظَةِ اْلحَسَنَةِ وَ جَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ، اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَ هُوَ اَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيْنَ. النحل:125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. An-Nahl : 125]
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى اْلاُمّيّنَ رَسُوْلاً مّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ ايتِه وَ يُزَكّيْهِمْ وَيُعَلّمُهُمُ اْلكِتبَ وَ اْلحِكْمَةَ وَ اِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَللٍ مُّبِيْنٍ. وَ اخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ، وَ هُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ. الجمعة:2-3
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. Al-Jumu'ah : 2-3]
اِنَّآ اَرْسَلْنكَ بِاْلحَقّ بَشِيْرًا وَّ نَذِيْرًا وَّلاَ تُسْئَلُ عَنْ اَصْحبِ اْلجَحِيْمِ. البقرة:119
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. [QS. Al-Baqarah : 119]
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنتِ وَ اْلهُدى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنّهُ لِلنَّاسِ فِى اْلكِتبِ اُولئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللّعِنُوْنَ. اِلاَّ الَّذِيْنَ تَابُوْا وَ اَصْلَحُوْا وَ بَيَّنُوْا فَاُولئِكَ اَتُوْبُ عَلَيْهِمْ، وَ اَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. البقرة:159-160
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Aku-lah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Baqarah : 159 - 160]
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللهُ مِنَ اْلكِتبِ وَيَشْتَرُوْنَ بِه ثَمَنًا قَلِيْلاً اُولئِكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلاَّ النَّارَ وَلاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيمَةِ وَلاَ يُزَكّيْهِمْ ، وَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ. البقرة:174
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang amat pedih. [QS. Al-Baqarah : 174]
Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ عُثْمَانَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ. البخارى 6: 108
Dari Utsman (bin Affan) RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya". [HR. Bukhari juz 6, hal. 108]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: بَلّغُوْا عَنّيْ وَلَوْ آيَةً. البخارى 4: 145
Dari Abdullah bin 'Amr, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat". [HR. Bukhari juz 4, hal. 145]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ اَوْعَى مِنْ سَامِعٍ. الترمذى 4: 142، رقم: 2795، و قال: حديث حسن صحيح
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang mendengar sesuatu dariku lalu menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, karena kadangkala orang yang diberi penyampaian itu lebih bisa memahami daripada orang yang mendengar langsung". [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 142, no. 2795, ia berkata : "Ini hadits Hasan Shahih"]
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: فَوَ اللهِ َلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ اَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. البخارى 4: 207، مسلم 4: 1872
Dari Sahl bin Sa'ad bahwasanya Rasulullah SAW bersabda (kepada Ali RA), "Demi Allah, sungguh Allah memberi petunjuk kepada satu orang lantaran kamu, itu lebih baik bagimu dari pada kamu mendapatkan onta merah". [HR. Bukhari juz 4, hal. 207; Muslim juz 4, hal. 1872]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ النَّبِيّ ص فَقَالَ: اِنّى اُبْدِعَ بِى فَاحْمِلْنِى. فَقَالَ: مَا عِنْدِى. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَنَا اَدُلُّهُ عَلَى مَنْ يَحْمِلُهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ. مسلم 3: 1506
Dari Abu Mas’ud Al-Anshariy, ia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata, “Sesungguhnya kendaraan saya binasa, maka bawalah saya naik kendaraan”. Beliau bersabda, “Aku tidak punya”. Lalu ada seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya bisa menunjukkan kepada orang yang bisa membawanya”. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, ia akan mendapatkan (pahala) seperti orang yang mengerjakannya". [HR. Muslim juz 3, hal 1506]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ قَالَ: اَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ ص فَسَأَلَهُ فَقَالَ: مَا عِنْدِى مَا اُعْطِيْكَ، وَلكِنْ اِئْتِ فُلاَنًا، قَالَ: فَاَتَى الرَّجُلَ فَأَعْطَاهُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ، اَوْ عَامِلِهِ. ابن حبان فى صحيحه 1: 525، رقم: 289
Dari Abu Mas'ud, ia berkata : Pernah seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu minta kepada beliau. (Nabi SAW) menjawab : "Saya tidak mempunyai sesuatu yang bisa saya berikan kepadamu, tetapi datanglah kamu kepada si fulan". (Abu Mas’ud) berkata, “Lalu orang tersebut datang kepada orang (yang ditunjuk oleh Nabi tersebut), lalu orang itu memberinya”. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan (pahala) seperti orang yang mengerjakannya, atau orang yang melakukannya". [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya juz 1, hal. 525, no. 289]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ دَعَا اِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلاِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثاَمِهِمْ شَيْئًا. مسلم 4: 2060
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu petunjuk (jalan yang baik), maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosanya orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun". [HR. Muslim juz 4, hal. 2060]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ فَكَتَمَهُ اُلْجِمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ. الترمذى وحسنه 4: 138، رقم: 2787
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui, lalu dia menyembunyikannya, maka pada hari qiyamat ia akan dikendali dengan kendali api neraka". [HR. Tirmidzi, dan ia menghasankannya, juz 4, hal. 138, no. 2787]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَتَمَ عِلْمًا مِمَّا يَنْفَعُ اللهُ بِهِ فِى اَمْرِ النَّاسِ اَمْرِ الدّيْنِ اَلْجَمَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنَ النَّارِ. ابن ماجه 1: 97، رقم: 265
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu yang dengan ilmu itu Allah memberi manfaat kepada manusia didalam urusan agama, maka pada hari qiyamat Allah akan mengendalinya dengan kendali api neraka". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 97, no. 265, dla’if karena di dalam sanadnya ada rawi bernama Muhammad bin Daabin]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: اِنَّ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ: اَكْثَرَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ. وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِى كِتَابِ اللهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا ثُمَّ يَتْلُوْ اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنتِ وَ اْلهُدى اِلَى قَوْلِهِ الرَّحِيْمُ. البخارى 1: 37
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Sesungguhnya orang-orang sama mengatakan : "Abu Hurairah sangat banyak meriwayatkan hadits". Seandainya bukan karena dua ayat di dalam Kitab Allah ini, saya tidak akan meriwayatkan walau sebuah haditspun. Kemudian dia membaca ayat "Innalladziina yaktumuuna maa anzalnaa minal bayyinaati wal hudaa... sampai firman-Nya arrohiim". (Al-Baqarah 159-160). [HR. Bukhari juz 1, hal. 37]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ حَسَدَ اِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ. رَجُلٌ آتاَهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى اْلحَقّ. وَ رَجُلٌ آتاَهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَ يُعَلّمُهَا. مسلم 1: 559
Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Tidak pantas berkeinginan melainkan pada dua macam, yaitu orang yang dikaruniai harta oleh Allah lalu dipergunakannya dalam kebenaran, dan orang yang dikaruniai hikmah (ilmu) lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya. HR. Muslim juz 1, hal. 559]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ اْلعِلْمَ اِنْتِزَاعًايَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّـاسِ، وَلكِنْ يَقْبِضُ اْلعِلْمَ بِقَبْضِ اْلعُلَمَاءِ حَتَّى اِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا. البخارى 1: 33، مسلم 4: 2058، و اللفظ له
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-'Ash, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu langsung dari orang-orang, tetapi Allah akan mencabut ilmu dengan meninggalnya para ulama, sehingga apabila telah habis orang-orang yang alim, orang-orang akan mengangkat orang-orang yang bodoh menjadi pemimpin mereka. Kemudian apabila mereka ditanya sesuatu akan memberikan fatwanya tidak berdasarkan ilmu, maka mereka itu sesat dan menyesatkan". [HR. Bukhari juz 1, hal. 33; Muslim juz 4, hal. 2058, lafadh ini bagi Muslim.
ثُمَّ تَذَامَرَ الصَّحَابَةُ بَيْنَهُمْ وَ قَالَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ: بِئْسَ مَا عَوّدْتُمْ اَقْرَانُكُمْ، وَ نَادَوْا مِنْ كُلّ جَانِبٍ: اَخْلِصْنَا يَا خَالِدُ، فَخَلَصَتْ ثُلَّةٌ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ
Situasi semakin genting, lalu para shahabat saling memberi semangat, Tsabit bin Qais bin Syammas menyerukan, “Alangkah jelek perbuatan kalian terhadap rekan-rekan kalian”. Ia mulai menyeru ke setiap penjuru, “Bantulah kami wahai Khalid”. Lalu sebagian dari kaum Muhajirin dan Anshar berdatangan membantu.
وَ حَمَى الْبَرَاءُ بْنُ مَعْرُوْرٍ، وَ كَانَ اِذَا رَأَى الْحَرْبَ أَخَذَتْهُ الْعِرْوَاءُ فَيَجْلِسُ عَلَى ظَهْرِ الرّحَالِ حَتَّى يَبُوْلَ فِي سَرَاوِيْلِهِ، ثُمَّ يَثُوْرُ كَمَا يَثُوْرُ اْلاَسَدُ. وَ قَاتَلَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ قِتَالاً لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ. وَجَعَلَتِ الصَّحَابَةُ يَتَوَاصَوْنَ بَيْنَهُمْ وَ يَقُوْلُوْنَ: يَا اَصْحَابَ سُوْرَةِ اْلبَقَرَةِ، بَطَلَ السّحْرُ الْيَوْمَ. وَ حَفَرَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ لِقَدَمَيْهِ فِي اْلاَرْضِ اِلَى اَنْصَافِ سَاقَيْهِ، وَ هُوَ حَامِلُ لِوَاءِ اْلاَنْصَارِ بَعْدَ مَا تَحَنَّطَ وَ تَكَفَّنَ، فَلَمْ يَزَلْ ثَابِتًا حَتَّى قُتِلَ هُنَاكَ
Disebutkan bahwa Al-Baraa’ bin Ma’rur jika melihat peperangan bergejolak, semangatnya terbakar, dirinya bergetar hebat, lalu ia duduk di atas punggung kendaraannya hingga terkencing-kencing dalam celananya. Kemudian ia menyerang laksana singa. Dan kaum Bani Hanifah pada waktu itu berperang luar biasa. Para shahabat saling berpesan satu dengan lainnya dan saling berkata, “Wahai penghafal surat Al-Baqarah, hari ini sihir akan hancur”. Adapun Tsabit bin Qais telah mengubur kedua kakinya ke dalam lubang hingga pertengahan kedua betisnya, sambil membawa panji Anshar setelah memakai minyak wangi dan kain kafan, dia tetap tegar di tempat itu hingga akhirnya terbunuh di tempat tersebut.
وَقَالَ الْمُهَاجِرُوْنَ لِسَالِمٍ مَوْلَى اَبِي حُذَيْفَةَ: اَ تَخْشَى اَنْ نُؤْتَى مِنْ قِبَلِكَ؟ فَقَالَ: بِئْسَ حَامِلُ اْلقُرْآنِ اَنَا اِذًا، وَ قَالَ زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ: اَيُّهَا النَّاسُ عَضُّوْا عَلَى اَضْرَاسِكُمْ وَ اضْرِبُوْا فِي عَدُوّكُمْ وَ امْضُوْا قَدَمًا، وَ قَالَ: وَ اللهِ لاَ اَتَكَلَّمُ حَتَّى يَهْزِمَهُمُ اللهُ اَوْ اَلْقَى اللهَ فَاُكَلّمَهُ بِحُجَّتِي، فَقُتِلَ شَهِيْدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Orang-orang Muhajirin berkata kepada Salim Maula Abu Hudzaifah, “Apakah engkau tidak takut jika musuh berhasil menjebol pertahananmu ?”. Dia menjawab, “Kalau hal itu terjadi, alangkah buruk diriku sebagai pembawa Al-Qur’an”.
Zaid bin Al-Khaththab berkata, “Wahai saudara-saudaraku sekalian, gigitlah dengan geraham kalian, dan bunuhlah musuh-musuh kalian, majulah dan seranglah !”. Ia juga berkata, “Demi Allah, aku bersumpah tidak akan berbicara hingga Allah mengalahkan mereka atau sehingga aku bertemu dengan-Nya dan akan aku sampaikan hujjahku !”. Akhirnya ia terbunuh sebagai syahid, semoga Allah meridlainya.
وَ قَالَ اَبُوْ حُذَيْفَةَ: يَا اَهْلَ اْلقُرْآنِ زَيّنُوْا اْلقُرْآنَ بِالْفِعَالِ، وَ حَمَلَ فِيْهِمْ حَتَّى اَبْعَدَهُمْ وَ اُصِيْبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. وَ حَمَلَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ حَتَّى جَاوَزَهُمْ، وَسَارَ لِجِبَالِ مُسَيْلِمَةَ وَ جَعَلَ يَتَرَقَّبُ اَنْ يَصِلَ اِلَيْهِ فَيَقْتُلُهُ، ثُمَّ رَجَعَ ثُمَّ وَقَفَ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ وَ دَعَا الْبَرَازَ، وَ قَالَ: اَنَا ابْنُ الْوَلِيْدِ الْعَوْدِ، اَنَا ابْنُ عَامِرٍ وَ زَيْدٍ، ثُمَّ نَادَى بِشِعَارِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَكَانَ شِعَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ يَا مُحَمَّدَاهْ، وَ جَعَلَ لاَ يَبْرُزُ لَهُمْ اَحَدٌ اِلاَّ قَتَلَهُ، وَ لاَ يَدْنُوْ مِنْهُ شَيْءٌ اِلاَّ اَكَلَهُ
Abu Hudzaifah berkata, “Wahai ahlil Qur’an, hiasilah Al-Qur’an dengan perbuatan kalian”. Kemudian dia menyerbu musuh hingga masuk ke dalam, dan akhirnya iapun terbunuh, semoga Allah meridlainya.
Khalid bin Walid menyerbu ke tempat musuh hingga melewati mereka, dia terus berjalan sambil mencari tendanya Musailimah, kemudian dia kembali dan berdiri diantara dua pasukan sambil menantang untuk perang tanding , ia berteriak, “Aku adalah putra Al-Walid Al-‘Aud, aku Ibnu ‘Amir dan Zaid”. Kemudian ia memanggil dengan syi’ar kaum muslimin, yang ketika itu adalah, “Ya Muhammadaah”. Setiap kali ada yang maju melayaninya pasti akan terbunuh olehnya, dan tidaklah seorang musuh yang mendekat kecuali pasti akan dihabisinya.
وَدَارَتْ رَحَى الْمُسْلِمِيْنَ ثُمَّ اقْتَرَبَ مِنْ مُسَيْلِمَةَ فَعَرَضَ عَلَيْهِ النّصْفَ وَ الرُّجُوْعَ اِلىَ الْحَقّ، فَجَعَلَ شَيْطَانُ مُسَيْلِمَةَ يُلَوّي عُنُقَهُ، لاَ يَقْبَلُ مِنْهُ شَيْئًا، وَكُلَّمَا اَرَادَ مُسَيْلِمَةُ يُقَارِبُ مِنَ اْلاَمْرِ صَرَفَهُ عَنْهُ شَيْطَانُهُ،
Dan bergantilah situasi dan kaum muslimin menguasai keadaan, kemudian Khalid bin Walid mendekati Musailimah, menawarkan kepadanya separo (bumi Yamamah) dan kembali kepada kebenaran, lalu syaithannya Musailimah menggelengkan lehernya, tidak mau menerima apapun darinya. Setiap kali Musailimah ingin menerima tawaran Khalid, maka syaithannya Musailimah memalingkannya.
فَانْصَرَفَ عَنْهُ خَالِدٌ وَ قَدْ مَيَّزَ خَالِدٌ الْمُهَاجِرِيْنَ مِنَ اْلاَنْصَارِ مِنَ اْلاَعْرَابِ، وَ كُلُّ بَنِيْ اَبٍ عَلَى رَايَتِهِمْ، يُقَاتِلُوْنَ تَحْتَهَا، حَتَّى يَعْرِفَ النَّاسُ مِنْ اَيْنَ يُؤْتُوْنَ، وَ صَبَرَتِ الصَّحَابَةُ فِي هذَا الْمَوْطِنِ صَبْرًا لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ، وَلَمْ يَزَالُوْا يَتَقَدَّمُوْنَ اِلَى نُحُوْرِ عَدُوّهِمْ حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِمْ، وَ وَلَّى الْكُفَّارُ اْلاَدْبَارَ، وَاتَّبَعُوْهُمْ يَقْتُلُوْنَ فِي اَقْفَائِهِمْ وَ يَضَعُوْنَ السُّيُوْفَ فِي رِقَابِهِمْ حَيْثُ شَاءُوْا، حَتَّى اَلْجَأُوْهُمْ اِلَى حَدِيْقَةِ الْمَوْتِ،
Kemudian Khalid kembali, dan ia telah memisah-misahkan antara kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan orang-orang ‘Arab. Dan tiap-tiap qabilah masing-masing membawa panji dan berperang di bawah panji mereka. Dengan cara itu orang-orang bisa mengetahui dari mana mereka itu datang. Pada peperangan ini tampak keuletan dan keshabaran para shahabat yang tiada tandingannya. Mereka terus menerus maju ke arah musuh hingga Allah menaklukkan musuh dan orang kafir lari tunggang langgang. Kaum muslimin terus mengejar mereka dan menebas leher-leher mereka, dan mengayunkan pedang menurut yang mereka kehendaki. Hingga akhirnya orang kafir terdesak sampai kepada kebun kematian (hadiqatul maut).
وَ قَدْ اَشَارَ عَلَيْهِمْ مُحَكَّمُ الْيَمَامَةُ وَ هُوَ مُحَكَّمُ بْنُ الطُّفَيْلِ لَعَنَهُ اللهُ بِدُخُوْلِهَا فَدَخَلُوْهَا وَ فِيْهَا عَدُوُّ اللهِ مُسَيْلِمَةُ لَعَنَهُ اللهُ. وَ اَدْرَكَ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ اَبِي بَكْرٍ مُحَكَّمَ بْنَ الطُّفَيْلِ فَرَمَاهُ بِسَهْمٍ فِي عُنُقِهِ وَ هُوَ يَخْطُبُ فَقَتَلَهُ، وَ اَغْلَقَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ الْحَدِيْقَةَ عَلَيْهِمْ، وَ اَحَاطَ بِهِمُ الصَّحَابَةُ.
Pemimpin Yamamah, Muhakkam bin thufail, semoga Allah mela’natnya, telah memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam kebun, maka masuklah seluruhnya ke dalam kebun yang di dalamnya terdapat Musailimah Al-Kadzdzab musuh Allah. ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar melihat Muhakkam bin Thufail, lalu memanahnya dengan anak panah yang menghunjam tepat di lehernya hingga tewas saat sedang berpidato di depan kaumnya. Setelah seluruhnya masuk, Bani Hanifah mengunci pintu kebun tersebut, sementara di luar para shahabat telah mengepung mereka.
وَ قَالَ الْبَرَاءُ بْنُ مَالِكٍ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ اَلْقُوْنِيْ عَلَيْهِمْ فِي الْحَدِيْقَةِ، فَاحْتَمَلُوْهُ فَوْقَ الْجُحَفِ وَ رَفَعُوْهَا بِالرّمَاحِ حَتَّى اَلْقَوْهُ عَلَيْهِمْ مِنْ فَوْقِ سُوْرِهَا، فَلَمْ يَزَلْ يُقَاتِلُهُمْ دُوْنَ بَابِهَا حَتَّى فَتَحَهُ، وَدَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْحَدِيْقَةَ مِنْ حِيْطَانِهَا وَ اَبْوَابِهَا يَقْتُلُوْنَ مَنْ فِيْهَا مِنَ الْمُرْتَدَّةِ مِنْ اَهْلِ الْيَمَامَةِ، حَتَّى خَلَصُوْا اِلىَ مُسَيْلِمَةَ لَعَنَهُ اللهُ، وَ اِذَا هُوَ وَاقِفٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ، وَ هُوَ يُرِيْدُ يَتَسَانَدُ لاَ يَعْقِلُ مِنَ الْغَيْظِ. وَ كَانَ اِذَا اعْتَرَاهُ شَيْطَانُهُ اَزْبَدَ حَتَّى يَخْرُجَ الزَّبَدُ مِنْ شِدْقَيْهِ، فَتَقَدَّمَ اِلَيْهِ وَحْشِيُّ بْنُ حَرْبٍ مَوْلَى جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، قَاتِلُ حَمْزَةَ، فَرَمَاهُ بِحَرْبَتِهِ فَاَصَابَهُ وَ خَرَجَتْ مِنَ الْجَانِبِ اْلآخَرِ، وَ سَارَعَ اِلَيْهِ اَبُوْ دُجَّانَةَ سِمَاكُ بْنُ خَرَشَةَ، فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَسَقَطَ، فَنَادَتِ امْرَأَةٌ مِنَ الْقَصْرِ: وَا اَمِيْرَ اْلوَضَاءَةِ، قَتَلَهُ الْعَبْدُ اْلاَسْوَدُ،
Baraa’ bin Malik kemudian berkata, “Wahai kaum muslimin, lemparkan aku ke dalam kebun !”. Lalu mereka membawanya ke atas tameng besi, dan mengangkatnya dengan beberapa tombak, lalu mereka lemparkan beramai-ramai hingga melewati pagar kebun tersebut. Baraa’ bin Malik terus bertempur di dekat pintu sehingga ia berhasil membuka pintunya. Akhirnya kaum muslimin berhasil masuk ke dalam kebun, baik dari pintunya maupun dari dindingnya, membunuh orang-orang murtad penduduk Yamamah yang berada di dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai ke tempat Musailimah yang terla’nat itu. Waktu itu dia sedang berdiri di salah satu pagar kebun yang berlubang, seolah-olah dia seekor unta jantan abu-abu yang gagah. Dia ingin bersandar dalam keadaan tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena kemarahannya yang memuncak. Biasanya, jika syaithannya datang, maka dia akan mengeluarkan buih dari mulutnya. Lalu Wahsyi bin Harb Maula Jubair bin Muth’im (pembunuh Hamzah) datang mendekatinya dan dengan cepat ia melemparkan tombaknya ke arah Musailimah tepat mengenai dadanya hingga tembus ke belakang. Dengan cepat Abu Dujanah Simak bin Kharasyah datang dan menebasnya dengan pedangnya hingga Musailimah terjatuh. Perempuan dari dalam istana menjerit, “Aduhai malangnya nasib pemimpin kita, dia dibunuh oleh budak hitam” [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 717-718]
Wahsyiy menceritakan sehubungan dengan terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut :
فَلَمَّا قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَخَرَجَ مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابُ، قُلْتُ: لاَخْرُجَنَّ اِلَى مُسَيْلِمَةَ لَعَلّي اَقْتُلُهُ فَاُكَافِئَ بِهِ حَمْزَةَ. قَالَ: فَخَرَجْتُ مَعَ النَّاسِ فَكَانَ مِنْ اَمْرِهِ مَا كَانَ، قَالَ: فَاِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ ثَائِرُ الرَّأْسِ. قَالَ: فَرَمَيْتُهُ بِحَرْبَتِي فَاَضَعُهَا بَيْنَ ثَدْيَيْهِ حَتَّى خَرَجَتْ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ. قَالَ: وَ وَثَبَ اِلَيْهِ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ عَلَى هَامَتِهِ. البخارى 5: 37
Setelah Rasulullah SAW wafat, maka muncullah Musailimah Al-Kadzdzaab. Aku berkata, "Aku akan berusaha mencari Musailimah, semoga aku dapat membunuhnya untuk menebus kesalahanku karena telah membunuh Hamzah, "lalu aku keluar bersama orang-orang yang akan memerangi Musailimah. Sebuah kesempatan yang kutunggu-tunggu. Tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki berdiri di salah satu dinding yang berlubang, seolah-olah ia unta abu-abu yang berambut kusut." Wahsyi melanjutkan ceritanya, "Lalu aku lempar dengan tombakku hingga tepat mengenai di tengah-tengah dadanya sampai tembus ke belakang". Wahsyi berkata, "Lalu seorang laki-laki Anshar menyerangnya dan memenggal kepalanya dengan pedang”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 37)
Downdload disini
Khutbah nikah
Khutbah nikah
Disunnahkan sebelum ijab qabul supaya diadakan khutbah nikah. Ada beberapa hadits yang menyebutkan tentang khuthbah nikah, diantaranya sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ : عَلَّمَنَا خُطْبَةَ الْحَاجَةِ: اَلْحَمْدُ ِللهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. ثُمَّ يَقْرَأُ ثَلاَثَ آيَاتٍ (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ). (ياَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّ خَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَّ نِسَآءً، وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِه وَ اْلاَرْحَامَ، اِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا). (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَ مَنْ يُّطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَه فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا). ثُمَّ تَذْكُرُ حَاجَتَكَ. احمد 2: 44، رقم: 3720
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) dari Nabi SAW, (‘Abdullah bin Mas’ud) berkata: Nabi SAW mengajarkan khutbah nikah kepada kami, beliau bersabda (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, kami memohon pertolongan kepada-Nya, dan kami memohon ampun kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. Kemudian beliau membaca tiga ayat (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali ‘Imran : 102). “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisaa’ : 1). “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentha’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzaab : 70-71). Kemudian silahkan kamu sebutkan keperluanmu. [HR. Ahmad juz 2, hal. 44, no. 3720]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ ، قَالَ: اُوتِيَ رَسُوْلُ اللهِ ص جَوَامِعَ الْخَيْرِ، وَ خَوَاتِمَهُ، اَوْ قَالَ: فَوَاتِحَ الْخَيْرِ، فَعَلَّمَنَا خُطْبَةَ الصَّلاَةِ وَخُطْبَةَ الْحَاجَةِ، خُطْبَةُ الصَّلاَةِ: التَّحِيَّاتُ ِللهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَ عَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَ خُطْبَةُ الْحَاجَةِ: اَنِ الْحَمْدُ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَ مَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، ثُمَّ تَصِلُ خُطْبَتَكَ بِثَلاَثِ آيَاتٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ: (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ... اِلَى آخِرِ الآيَةِ)، (وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِه وَ اْلاَرْحَامَ... اِلَى آخِرِ الآيَةِ)، (وَ اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ... اِلَى آخِرِ الآيَةِ). ابن ماجه 1: 609، رقم: 1892
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW diberi kumpulan-kumpulan kebaikan dan penutup-penutupnya”, atau ia berkata, “dan pembuka-pembuka kebaikan”. Lalu beliau mengajarkan kepada kami khutbah shalat (tasyahhud dalam shalat) dan khutbah nikah. Adapun khutbah shalat (yang artinya),” “Segala kehormatan bagi Allah, begitu pula segala ibadah dan segala yang baik-baik. Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan juga berkah-Nya. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami, dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih-shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. Adapun khutbah nikah (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, kami memohon pertolongan kepada-Nya, dan kami memohon ampun kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami, dan dari kejahatan perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. Kemudian kamu sambung khuthbahmu dengan membaca tiga ayat dari kitab Allah (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali ‘Imran : 102). “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisaa’ : 1). “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentha’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzaab : 70-71). [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 609, no. 1892]
Downdload disini
Menyebar-luaskan ilmu dan larangan menyembunyikannya.
Menyebar-luaskan ilmu dan larangan menyembunyikannya.
Firman Allah SWT :
وَ اَنْزَلْنَا اِلَيْكَ الذّكْرَ لِتُبَيّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزّلَ اِلَيْهِمْ وَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ. النحل:44
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya. [QS. An-Nahl : 44]
ياَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلّغْ مَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبّكَ، وَ اِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسلَتَه، وَ اللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلكفِرِيْنَ. المائدة:67
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [QS. Al-Maidah : 67]
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَ اْلمَوْعِظَةِ اْلحَسَنَةِ وَ جَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ، اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَ هُوَ اَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيْنَ. النحل:125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. An-Nahl : 125]
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى اْلاُمّيّنَ رَسُوْلاً مّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ ايتِه وَ يُزَكّيْهِمْ وَيُعَلّمُهُمُ اْلكِتبَ وَ اْلحِكْمَةَ وَ اِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَللٍ مُّبِيْنٍ. وَ اخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ، وَ هُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ. الجمعة:2-3
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. Al-Jumu'ah : 2-3]
اِنَّآ اَرْسَلْنكَ بِاْلحَقّ بَشِيْرًا وَّ نَذِيْرًا وَّلاَ تُسْئَلُ عَنْ اَصْحبِ اْلجَحِيْمِ. البقرة:119
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. [QS. Al-Baqarah : 119]
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنتِ وَ اْلهُدى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنّهُ لِلنَّاسِ فِى اْلكِتبِ اُولئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللّعِنُوْنَ. اِلاَّ الَّذِيْنَ تَابُوْا وَ اَصْلَحُوْا وَ بَيَّنُوْا فَاُولئِكَ اَتُوْبُ عَلَيْهِمْ، وَ اَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. البقرة:159-160
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Aku-lah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Baqarah : 159 - 160]
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللهُ مِنَ اْلكِتبِ وَيَشْتَرُوْنَ بِه ثَمَنًا قَلِيْلاً اُولئِكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلاَّ النَّارَ وَلاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيمَةِ وَلاَ يُزَكّيْهِمْ ، وَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ. البقرة:174
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang amat pedih. [QS. Al-Baqarah : 174]
Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ عُثْمَانَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ. البخارى 6: 108
Dari Utsman (bin Affan) RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya". [HR. Bukhari juz 6, hal. 108]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: بَلّغُوْا عَنّيْ وَلَوْ آيَةً. البخارى 4: 145
Dari Abdullah bin 'Amr, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat". [HR. Bukhari juz 4, hal. 145]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ اَوْعَى مِنْ سَامِعٍ. الترمذى 4: 142، رقم: 2795، و قال: حديث حسن صحيح
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang mendengar sesuatu dariku lalu menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, karena kadangkala orang yang diberi penyampaian itu lebih bisa memahami daripada orang yang mendengar langsung". [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 142, no. 2795, ia berkata : "Ini hadits Hasan Shahih"]
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: فَوَ اللهِ َلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ اَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. البخارى 4: 207، مسلم 4: 1872
Dari Sahl bin Sa'ad bahwasanya Rasulullah SAW bersabda (kepada Ali RA), "Demi Allah, sungguh Allah memberi petunjuk kepada satu orang lantaran kamu, itu lebih baik bagimu dari pada kamu mendapatkan onta merah". [HR. Bukhari juz 4, hal. 207; Muslim juz 4, hal. 1872]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ النَّبِيّ ص فَقَالَ: اِنّى اُبْدِعَ بِى فَاحْمِلْنِى. فَقَالَ: مَا عِنْدِى. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَنَا اَدُلُّهُ عَلَى مَنْ يَحْمِلُهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ. مسلم 3: 1506
Dari Abu Mas’ud Al-Anshariy, ia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata, “Sesungguhnya kendaraan saya binasa, maka bawalah saya naik kendaraan”. Beliau bersabda, “Aku tidak punya”. Lalu ada seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya bisa menunjukkan kepada orang yang bisa membawanya”. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, ia akan mendapatkan (pahala) seperti orang yang mengerjakannya". [HR. Muslim juz 3, hal 1506]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ قَالَ: اَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ ص فَسَأَلَهُ فَقَالَ: مَا عِنْدِى مَا اُعْطِيْكَ، وَلكِنْ اِئْتِ فُلاَنًا، قَالَ: فَاَتَى الرَّجُلَ فَأَعْطَاهُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ، اَوْ عَامِلِهِ. ابن حبان فى صحيحه 1: 525، رقم: 289
Dari Abu Mas'ud, ia berkata : Pernah seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu minta kepada beliau. (Nabi SAW) menjawab : "Saya tidak mempunyai sesuatu yang bisa saya berikan kepadamu, tetapi datanglah kamu kepada si fulan". (Abu Mas’ud) berkata, “Lalu orang tersebut datang kepada orang (yang ditunjuk oleh Nabi tersebut), lalu orang itu memberinya”. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan (pahala) seperti orang yang mengerjakannya, atau orang yang melakukannya". [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya juz 1, hal. 525, no. 289]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ دَعَا اِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلاِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثاَمِهِمْ شَيْئًا. مسلم 4: 2060
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu petunjuk (jalan yang baik), maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosanya orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun". [HR. Muslim juz 4, hal. 2060]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ فَكَتَمَهُ اُلْجِمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ. الترمذى وحسنه 4: 138، رقم: 2787
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui, lalu dia menyembunyikannya, maka pada hari qiyamat ia akan dikendali dengan kendali api neraka". [HR. Tirmidzi, dan ia menghasankannya, juz 4, hal. 138, no. 2787]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَتَمَ عِلْمًا مِمَّا يَنْفَعُ اللهُ بِهِ فِى اَمْرِ النَّاسِ اَمْرِ الدّيْنِ اَلْجَمَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنَ النَّارِ. ابن ماجه 1: 97، رقم: 265
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu yang dengan ilmu itu Allah memberi manfaat kepada manusia didalam urusan agama, maka pada hari qiyamat Allah akan mengendalinya dengan kendali api neraka". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 97, no. 265, dla’if karena di dalam sanadnya ada rawi bernama Muhammad bin Daabin]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: اِنَّ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ: اَكْثَرَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ. وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِى كِتَابِ اللهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا ثُمَّ يَتْلُوْ اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنتِ وَ اْلهُدى اِلَى قَوْلِهِ الرَّحِيْمُ. البخارى 1: 37
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Sesungguhnya orang-orang sama mengatakan : "Abu Hurairah sangat banyak meriwayatkan hadits". Seandainya bukan karena dua ayat di dalam Kitab Allah ini, saya tidak akan meriwayatkan walau sebuah haditspun. Kemudian dia membaca ayat "Innalladziina yaktumuuna maa anzalnaa minal bayyinaati wal hudaa... sampai firman-Nya arrohiim". (Al-Baqarah 159-160). [HR. Bukhari juz 1, hal. 37]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ حَسَدَ اِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ. رَجُلٌ آتاَهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى اْلحَقّ. وَ رَجُلٌ آتاَهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَ يُعَلّمُهَا. مسلم 1: 559
Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Tidak pantas berkeinginan melainkan pada dua macam, yaitu orang yang dikaruniai harta oleh Allah lalu dipergunakannya dalam kebenaran, dan orang yang dikaruniai hikmah (ilmu) lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya. HR. Muslim juz 1, hal. 559]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ اْلعِلْمَ اِنْتِزَاعًايَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّـاسِ، وَلكِنْ يَقْبِضُ اْلعِلْمَ بِقَبْضِ اْلعُلَمَاءِ حَتَّى اِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا. البخارى 1: 33، مسلم 4: 2058، و اللفظ له
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-'Ash, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu langsung dari orang-orang, tetapi Allah akan mencabut ilmu dengan meninggalnya para ulama, sehingga apabila telah habis orang-orang yang alim, orang-orang akan mengangkat orang-orang yang bodoh menjadi pemimpin mereka. Kemudian apabila mereka ditanya sesuatu akan memberikan fatwanya tidak berdasarkan ilmu, maka mereka itu sesat dan menyesatkan". [HR. Bukhari juz 1, hal. 33; Muslim juz 4, hal. 2058, lafadh ini bagi Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar