Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang menggembalakan
kambing milik keluarga Halimah binti Abi Dzuaib dari Kabilah as
Sa’diyah, tiba-tiba beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi dua
malaikat, lalu keduanya membelah dada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
dan mengeluarkan bagian yang kotor dari hatinya. Peristiwa ini telah
dijelaskan oleh Anas bin Malik dalam hadits shahih yang diriwayatkan
Imam Muslim.
Juga telah dijelaskan sendiri oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam sebuah hadits. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
... فَبَيْنَمَا أَنَا مَعَ أَخٍ لِي خَلْفَ بُيُوْتِنَا نَرْعَى بِهِمَا
لَنَا إِذْ أتَانِي رَجُلاَنِ – عَلَيْهِمَا ثِيَابٌ بِيْضٌ- بِطَسْتٍ مِنْ
ذَهَبٍ مَمْلُوْءٍ ثَلْجًا ثُمَّ أَخَذَانِي فَشَقَّا بَطْنِي ثُمَّ
اسْتَخْرَجَا قَلْبِي فَشَقَّاهُ فَاستخْرَجَا مِنْهُ عَلَقَةً سَوْدَاءَ
فَطَرَحَاهُ ثُمَّ غَسَلاَ قَلْبِي وبَطْنِي بِذَلِكَ الثَّلْجِ حَتَّى
أَنْقَيَاه ُ…
"Ketika aku sedang berada di belakang rumah bersama saudaraku (saudara
angkat) menggembalakan anak kambing, tiba-tiba aku didatangi dua orang
lelaki-mereka mengenakan baju putih- dengan membawa baskom yang terbuat
dari emas penuh dengan es. Kedua orang itu menangkapku, lalu membedah
perutku. Keduanya mengeluarkan hatiku dan membedahnya, lalu mereka
mengeluarkan gumpalan hitam darinya dan membuangnya. Kemudian keduanya
membersihkan dan menyucikan hatiku dengan air itu sampai bersih".[1]
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan :
فَأَقْبَلاَ يَبْتَدِرَانِي فَأَخَذَانِي فَبَطَحَانِي إِلَى الْقَفَا
فَشَقَّا بَطْنِي ثُمَّ اسْتَخْرَجَا قَلْبِي فَشَقَّاهُ فَأَخْرَجَا
مِنْهُ عَلَقَتَيْنِ سَوْدَاوَيْنِ
"…… keduanya lalu bersegera mendekati dan memegangiku. Kemudian aku
ditelentangkan, kemudian membedah perutku. Kedua malaikat itu
mengeluarkan hati dari tempatnya dan membedahnya. Selanjutnya mereka
mengeluarkan dua gumpalan darah hitam darinya ……" [2]
Dari dua riwayat di atas dapat diketahui, peristiwa pembedahan dada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah benar-benar terjadi.
Pengingkaran Terhadap Peristiwa Ini.
Meskipun hadits-hadits yang memerinci peristiwa ini shahih, namun
ternyata ada sebagian orang yang menolak kebenaran berita ini. Berbagai
alasan dilontarkan untuk menolak kebenaran kejadian ini. Atau minimal
membuat kaum muslimin menjadi bimbang dan ragu. Bahkan ada di antara
orientalis yang menyuarakan dengan lantang, bahwa peristiwa itu hanya
dongeng belaka. Syubhat yang dilontarkan para orientalis, mereka
menganggap peristiwa itu hanyalah pengalaman ruhani, bukan sebuah fakta
dalam dunia nyata.
Pandangan provokatif dari para orientalis ini, ternyata membuahkan
hasil. Beberapa orang muslim yang menulis sirah termakan isu ini. Di
antaranya ialah Dr. Muhammad Husein Haikal. Dia mengatakan, kaum
orientalis tidak tenang, begitu (melihat) sejumlah umat Islam tidak
lapang dada dengan kisah dua malaikat ini (yang melakukan pembedahan
dada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam). Mereka (kaum orientalis, Red)
berpendapat, hadits ini sanadnya lemah.
Ada juga yang mengatakan, bahwa hadits ini mursal. Kisah ini diceritakan
oleh anak kecil usia dua tahun, belum memasuki masa tamyiz (belum bisa
membedakan antara yang baik dan buruk), dan Nabi juga baru berusia
sekitar itu.
Bagaimana sebenarnya permasalahan ini? Berikut kami coba mengungkap
syubhat-syubhat yang dilemparkan ke tengah-tengah kaum muslimin, beserta
bantahan untuk mengikis pemikiran yang kurang proporsional.
Syubhat Pertama : Keabsahan Riwayat Dan Hal-Hal Yang Berkait Dengannya.
Pendapat yang menyatakan bahwa sanad riwayat ini lemah, tidak bisa
dijadikan hujjah. Penilaian ini masih bersifat global. Seharusnya,
mereka yang berpendapat demikian harus memerincinya. Sebab telah
melontarkan kritik terhadap suatu permasalahan yang sudah diakui
keabsahannya oleh mayoritas kaum muslimin, termasuk para ulama besar
yang menguasai ilmu tentang al jarh wa at ta’dil (studi kritis perawi
hadits).
Kisah pembedahan dada ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab
Shahih-nya, meskipun diceritakan secara global. Sedangkan sebagian sanad
yang lainnya, meskipun tidak shahih, tetapi mencapai derajat hasan
sehingga bisa dijadikan hujjah (pegangan). Selain itu, peristiwa
pembedahan dada beliau n pada malam Isra’ diriwayatkan dalam kitab
Shahih al Bukhari dan Shahih Muslim, serta kitab hadits lainnya,
sebagian ulama ahli hadits menilainya sebagai hadits mutawatir.
Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah mengatakan, semua riwayat
yang menjelaskan peristiwa pembedahan dada, pengeluaran hati beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berbagai peristiwa luar biasa lainnya,
merupakan hal-hal yang wajib diimani (diterima dengan lapang dada)
tanpa berusaha mengalihkannya dari makna yang sebenarnya.
Imam al Qurthubi, di dalam kitab al Mufhim mengatakan, pengingkaran
terhadap peristiwa pembedahan dada pada malam Isra’ dan Mi’raj tidak
perlu dihiraukan, karena orang-orang yang meriwayatkannya adalah
orang-orang tsiqah (terpercaya) dan terkenal.
Orang yang mengimani pristiwa pembedahan dada pada malam Isra’ dan
Mi’raj, semestinya juga harus mengimani peristiwa pembedahan saat beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam masa kecil, selama ada dalilnya dan dalil
itu layak dijadikan hujjah.
Ada juga sebagian orang yang mengakui keshahihan sanad riwayat ini,
tetapi belum bisa meyakininya secara penuh peristiwa menakjubkan ini. Ia
beranggapan, hadits ini mudhtharib (rancu, lafazh-lafazhnya mengandung
perbedaan yang tajam tanpa bisa dikompromikan) secara makna. Dia
mengatakan,”Kami memandang, riwayat-riwayat tentang peristiwa pembedahan
dada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lepas dari kerancuan.
Seandainya riwayat itu shahih, kami tidak mengatakan bahwa riwayat itu
tidak bisa diterima, akan tetapi, kami akan menerimanya jika shahih.
Namun kerancuan yang ada padanya, membuat kami tidak menolaknya dan juga
tidak mempercayainya.”
Setelah membawakan perkataan ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani
kemudian membantahnya dengan mengatakan: “Dengan filsafat yang
kontradiktif seperti ini, syaikh tersebut (Abu Zahrah, Red) menolak
hadits-hadits (tentang pembedahan dada) ini dan bermain-main dengan
kata-kata untuk menyesatkan manusia dengan apa yang dibisikkan setan”.
Syaikh al Albani mengatakan : Sesungguhnya orang yang memiliki sedikit
ilmu dan sedikit akal akan mengetahui, bahwa jika benar kerancuan yang
ia tuduhkan, mestinya riwayat-riwayat itu tidak bisa diterima. Karena,
menurut para ulama ahli hadits, hadits yang mudhtharib tidak bisa
diterima. Jika faktanya seperti itu, seharusnya riwayat-riwayat tersebut
ditolak. (Tetapi) mengapa dia justru mengatakan ‘kerancuan ini membuat
kami tidak bisa menolak dan juga tidak menerima’?
Tidakkah Anda perhatikan. Jika ada orang memberikan uang kepada orang
lain, kemudian dia tidak mengambilnya, apakah cocok Anda komentari
dengan mengatakan “dia tidak menerimanya atau menolaknya”? Maka,
maknanya hanya satu, diketahui oleh semua orang. Bagaimana hal ini tidak
diketahui oleh Syaikh (Abu Zahrah, Red) sebagaimana terdapat di dalam
kitabnya.
Sebenarnya, hadits-hadits tentang peristiwa pembedahan dada beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam itu shahih; tidak ada yang meragukannya,
kecuali orang-orang yang lemah iman, atau sama sekali tidak memiliki
(iman). Sedangkan tuduhan kerancuan yang terdapat dalam hadits ini,
hanyalah isapan jempol, sebagai alasan yang disampaikan kepada pembaca
untuk menolak riwayat-riwayat ini.[3]
Syubhat Kedua : Kaum Orientalis Mengatakan, Bahwa Peristiwa Pembedahan
Dada Itu Hanyalah Pengalaman Ruhani Yang Muncul Dari Firman Allah
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu" [Alam Nasyrah : 1]
Dan Apa Yang Diterangkan Dalam Al-Qur`an Itu Hanyalah Masalah Ruhani Saja.
Kami jawab :
Meskipun sebagian ulama menjadikannya sebagai dalil atas peristiwa
pembedahan dada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi kami
tidak menjadikannya sebagai dalil.
Dalil kami adalah hadits shahih, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu diceritakan :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ
جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ
الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ
الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ
مِنْكَ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ
لَأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ
إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي ظِئْرَهُ فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ
فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ
قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرْئِي أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ
"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi Malaikat
Jibril ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang bermain dengan
beberapa anak. Jibril kemudian menangkapnya, menelentangkannya, lalu
Jibril membelah dada. Jibril mengeluarkan hatinya, dan mengeluarkan dari
hati beliau n segumpal darah beku sambil mengatakan “Ini adalah bagian
setan darimu”. Jibril kemudian mencucinya dalam wadah yang terbuat dari
emas dengan air zam-zam, lalu ditumpuk, kemudian dikembalikan ke
tempatnya. Sementara teman-temannya menjumpai ibunya (maksudnya orang
yang menyusuinya) dengan berlari-lari sembari mengatakan: “Sesungguhnya
Muhammad telah dibunuh”. Kemudian mereka bersama-bersama menjumpainya,
sedangkan dia dalam keadaan berubah rona kulitnya (pucat). Anas
mengatakan: “Saya pernah diperlihatkan bekas jahitan di dadanya”.
Sedangkan pernyataan, ‘Orang-orang orientalis tidak tenang dengan kisah
dua malaikat ini (yang melakukan pembedahan dada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam) begitu sejumlah umat Islam tidak lapang dada
dengannya, dan mereka berpendapat bahwa hadits ini sanadnya lemah ….”
Sanggahan untuk pernyataan ini, bahwa kebenaran atau kepalsuan suatu
kisah bukan berdasarkan diterima atau tidaknya oleh kaum orientalis.
Akan tetapi berdasarkan keberadaan jalur periwayatannya. Dan mengenai
riwayat ini sudah disampaikan bahwa haditsnya shahih, meskipun sebagian
tidak mencapai derajat shahih, akan tetapi sanadnya baik dan bisa
dijadikan sebagai dalil, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh nashiruddin
di awal tadi.
Syubhat Ketiga : Anggapan Yang Membawakan Riwayat Ini Anak Kecil Yang
Belum Mencapai Usia Tamyiz, Sehingga Tidak Bisa Dijadikan Hujjah.
Menanggapai hal ini, penyusun kitab as Sirah an Nabawiyah fi Dhau’il
Kitab wa as Sunnah, mengatakan: “Anggapan ini berdasarkan pemberitaan
dari Ibnu Ishaq. Padahal, pendapat yang benar dan didukung oleh para
ulama ahli riwayat, peristiwa ini terjadi pada saat usia beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam empat tahun atau awal tahun ke lima. Ini
berarti sudah mencapai usia tamyiz, apalagi untuk orang seperti Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan saudaranya dari suku Sa’diyyah”.[4]
Dan kita juga masih bisa mengingat peristiwa-peristiswa berkesan pada
usia-usia itu, padahal tidak seheboh pembedahan dada yang dialami oleh
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Syubhat Keempat : Penilaian Bahwa Peristiwa Yang Dialami Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Ini Tidak Logis.
Lontaran syubhat ini dapat dibantah dengan keterangan bahwa apa yang
dialami oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam itu bukanlah suatu yang
tidak logis, akan tetapi sesuatu yang luar biasa. Dan antara sesuatu
yang tidak logis dengan suatu yang luar biasa itu terdapat perbedaan
yang sangat jauh.
Jika ungkapan di atas pada zaman dulu bisa menimbulkan keraguan pada
kebenaran peristiwa yang dialami oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, namun pada sekarang ini mestinya sudah tidak lagi. Sebab
sekarang ilmu kedokteran sudah mengalami kemajuan pesat, sehingga sering
kita dengar para dokter melakukan operasi pada hati manusia, bahkan ada
yang bisa melakukan pencangkokan sebagian anggota tubuh manusia. Jika
ini mungkin dilakukan oleh manusia, apakah kita akan mengatakan, bahwa
mustahil Allah mampu melakukannya atau mustahil para malaikat yang
diperintahkan oleh Allah mampu melakukan pembedahan dada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa menggunakan alat dan tanpa
meneteskan darah ?
Sungguh zhalim orang yang seperti ini [5].
Tidakkah kita perhatikan berbagai mukjizat yang Allah berikan kepada
para nabui, seperti awan yang menaungi beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam ketika melakukan perjalanan dagang bersama pamannya, peristiwa
Isra dan Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam, Nabi Isa Alaihissalam yang mampu berbicara pada saat bayi yang
orang yang seusia beliau Alaihissalam belum bisa berbicara, tongkat Nabi
Musa Alaihissallam yang bisa berubah menjadi ular dan berbagai mukjizat
lainnya. Semua ini merupakan peristiwa yang luar biasa yang Allah
tampilkan bagi para nabiNya sebagai bukti kebenaran risalah yang mereka
bawa.
Jika alasan yang terdapat pada point empat digunakan oleh kaum muslimin
untuk menolak kebenaran sebuah peristiwa yang dialami oleh para nabi,
maka tidak ada lagi mukjizat yang bisa dipercayai, karena semuanya
terjadi diluar jangkauan manusia saat itu.
Sebagai seorang muslim dan sebagai manifestasi dari keimanan kita kepada
Muhammad sebagai Rasulullah , seharusnya kita mengatakan sebagaimana
yang dikatakan oleh Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu ketika orang-orang
musyrik berusaha membuat beliau Radhiyallahu 'anhu ragu terhadap cerita
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peristiwa Isra’ dan
Mi’raj yang baru beliau alami. Abu Bakar mengatakan, “Jika Muhammad
mengatakan hal itu, maka dia benar.”[6]
Dan sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah,
Semua riwayat yang menjelaskan peristiwa pembedahan dada, pengeluaran
hati beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berbagai peristiwa luar
biasa lainnya merupakan hal-hal yang wajib diimani (diterima dengan
lapang dada) tanpa berusaha mengalihkannya dari makna sebenarnya.”
Footnotes
[1]. Lihat, Shahih As Sirah An Nabawiyah karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hlm. 16
[2]. Lihat, Shahih As Sirah An Nabawiyah karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hlm. 17
[3]. Lihat Sirah Shahihah karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. hlm. 18-19
[4]. Lihat As Sirah An Nabawiyah, karya Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, hlm. 2002
[5]. As Sirah An Nabawiyah fi Dhau’il Kitab Wa As Sunnah hlm. 201
[6]. Lihat as Sirah An Nabawiyah As Shahihah hlm. 192
Tidak ada komentar:
Posting Komentar