عن عائشة، قالت: قيل لها: هل كان النبي صلى الله عليه وسلم يتمثل بشيء من الشعر؟ قالت: كان يتمثل بشعر ابن رواحة، ويتمثل بقوله: «ويأتيك بالأخبار من لم تزود».
`Aisyah r.a.ditanya :"Apakah Rasulullah shollallohu alaihi wasallam. pernah membaca syi'ir?"
Ia menjawab :"Beliau pernah membaca Syi'ir Ibnu Rawahah r.a.dan juga pernah membaca syi'ir yang berbunyi: "Berita-berita akan datang kepadamu Dibawa oleh orang yang tak kau beri bekal*."
(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Syarik, dari al Miqdambin Syuraih, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
• Permulaan baitnya berbunyi: Hari demi hari akan menyingkap kejelasan bagimu. Walau kau sebelumnya tidak tahu.
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن أصدق كلمة قالها الشاعر كلمة لبيد: ألا كل شيء ما خلا الله باطل، وكاد أمية بن أبي الصلت أن يسلم».
.Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda :"Syi'ir yang terbaik (paling benar) yang pernah dibacakan seorang penya'ir adalah Syi'ir Labid* (bin Abi Rabi'ah al Amiri), yang berbunyi: "Ingat! Segala sesuatu selain Allah pasti binasa." Dan hampir sajaUmmayah bin Abis Shalt* menjadi muslim (karena syi'ir-syi'irnya) ."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan as Tsauri, dari `Abdul Malik bin `Umair, dari Abu Salamah, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
• Pada masa jahiliyah, Labid adalah seorang yang mulia demikian pula setelah ia masuk Islam. Ia merupakan penyair Arab yang terkenal saat itu. Namun setelah turun ayat-ayat Al- Qur'an ia berhenti membuat syi'ir dan ia hanya mencukupkan dengan al-Qur'an saja. Ia wafat pada tahun 41 H pada usia 140 tahun.
• Tentang Ummayah bin Abis Shalt, Rasulullah pernah bersabda: "Syi'irnya beriman, namun hatinya tetap kafir."
عن جابر بن سمرة قال: «جالست النبي صلى الله عليه وسلم أكثر من مائة مرة وكان أصحابه يتناشدون الشعر ويتذاكرون أشياء من أمر الجاهلية وهو ساكت وربما تبسم معهم».
"aku sering duduk bersama nabi shollallohu alaihi wasallam lebih dari seratus kali, para sahabat Rasululloh membacakan syair dan menceritakan perkara perkara zaman jahiliyah dulu dan Rasululloh diam saja terkadang Rasul terenyum bersama mereka."
(diriwayatkan oleh ali bin hajar dari suraik dari harb dari jabir bin samuroh )
عن أبيه قال: كنت ردف النبي صلى الله عليه وسلم فأنشدته مائة قافية من قول أمية بن أبي الصلت الثقفي، كلما أنشدته بيتا قال لي النبي صلى الله عليه وسلم: «هيه» حتى أنشدته مائة- يعني بيتا- فقال النبي صلى الله عليه وسلم: «إن كاد ليسلم».
"Aku pernah berada di belakang Nabi shollallohu alaihi wasallam (dibonceng), kepadanya kubacakan seratus qafiah (sajak) Syi'ir gubahan Ummayah bin Abis Shalt as Tsaqaf. Manakala kubacakan kepadanya sebait syi'ir, Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :"Tambahkan lagi!" Sehingga kepadanya kubacakan seratus bait syi'ir,
kemudian Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :"Sesungguhnya Ummayah itu hampir saja menjadi muslim."
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Marwan bin Mu'awiyah*, dari `Abdullah bin`Abdurrahman at Thaifi, dari `Amr bin Syarid, yang bersumber dari ayahnya)
عن عائشة، قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يضع لحسان بن ثابت منبرا في المسجد يقوم عليه قائما يفاخر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم- أو قال: ينافح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم- ويقول صلى الله عليه وسلم: « إن الله يؤيد حسان بروح القدس ما ينافح أو يفاخر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم»
."Rasulullah shollallohu alaihi wasallam meletakkan mimbar untuk Hasan bin Tsabit di dalam masjid agar ia bersyi'ir yang membesarkan hati Rasulullah shollallohu alaihi wasallam , atau (perawi ragu) agar ia mempertahankan Rasulullah .
Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda :"Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala menolong Hasan lewat Jibril tatkala ia mempertahankan (atau membesarkan hati) Rasulullah shollallohu alaihi wasallam (dengan syi'irnya)."
(Diriwayatkan oleh Isma'il bin Musa al Fazari, dan diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr (semakna), keduanya menerima dari `Abdurrahman bin Zinad, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya (`Urwah), yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
Hukum nabuh Terbang di Masjid
Pertanyaan: “Saat peringatan hari besar Islam kita menjumpai beberapa masjid mengundang kelompok hadlrah untuk membaca Salawat, kasidah Arab dan lainnya. Bolehkah menabuh terbangan di dalam Masjid?”
Jawaban:
Kita ulas dahulu hukum alat musik ‘terbang’ (ad-duf) dalam beberapa hadis. Diriwayatkan bahwa
فِي الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ بَعْضَ جَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَهِيَ تَقُولُ وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ دَعِي هَذَا وَقُولِي الَّذِي كُنْت تَقُولِينَ
(رواه البخارى رقم 4001)
Nabi mendengar beberapa budak perempuan yang menabuh terbang (HR al-Bukhari No 4001)
Dan Rasulullah tidak melarangnya. Di hadis lain:
وَفِي التِّرْمِذِيِّ وَابْنِ مَاجَهْ أَنَّهُ {لَمَّا رَجَعَ مِنْ بَعْضِ غَزَوَاتِهِ أَتَتْهُ جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ إنِّي نَذَرْتُ إنْ رَدَّك الهُر تَعَالَى سَالِمًا أَنْ أَضْرِبَ بَيْنَ يَدَيْك بِالدُّفِّ فَقَالَ لَهَا إنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَأَوْفِ بِنَذْرِك}.
“Ketika Rasulullah pulang dari peperangan didatangi oleh seorang budak wanita hitam dan ia berkata: “Wahai Nabi, saya bernadzar jika Engkau kembali dari perang diselamatkan oleh Allah, saya akan menabuh terbang di hadapanmu. Rasulullah menjawab: “Jika kamu bernadzar seperti itu, maka lakukanlah nadzarmu” (HR Turmudzi no 3690 dan Ia menilainya sahih).
Dengan demikian menabuh terbangan (rebana) adalah boleh.
Sedangkan dalil menabuh terbang di masjid adalah sebuah hadis:
حَدِيْثُ (أَعْلِنُوْا النِّكَاحَ وَاجْعَلُوْهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوْا عَلَيْهِ بِالدُّفِّ) التُّرْمُذِي وَضَعَّفَهُ وَابْنُ مَاجَهْ وَابْنُ مَنِيْعٍ وَغَيْرُهُمْ عَنْ عَائِشَةَ مَرْفُوْعًا بِهَذَا وَهُوَ حَسَنٌ فَرَاوِيْهِ عِنْدَ التُّرْمُذِي وَإِنْ كَانَ ضَعِيْفًا فَإِنَّهُ قَدْ تُوْبِعَ كَمَا فِي ابْنِ مَاجَهْ وَغَيْرِهِ (المقاصد الحسنة للسخاوي ص: 125)
"Ramaikanlah pernikahan, jadikan pernikahan di masjid dan tabuhkanlah dengan terbang" (HR Turmudzi, ia menilainya dlaif dan ulama yang lain juga mendlaifkannya). Namun ahli hadis al-Hafidz as-Sakhawi berkata bahwa hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ibnu Mani' dan lainnya. Dengan demikian hadis ini berstatus hasan karena diperkuat (mutaba'ah) oleh riwayat lain”. (Al-Maqashid al-Hasanah 125)Dari hadis ini ahli fikih Syafiiyah, Ibnu Hajar al-Haitami berkata:
وَفِيهِ إيمَاءٌ إلَى جَوَازِ ضَرْبِ الدُّفِّ فِي الْمَسَاجِدِ لِأَجْلِ ذَلِكَ
فَعَلَى تَسْلِيمِهِ يُقَاسُ بِهِ غَيْرُهُ وَأَمَّا نَقْلُ ذَلِكَ عَنْ السَّلَفِ فَقَدْ قَالَ الْوَلِيُّ أَبُو زُرْعَةَ فِي تَحْرِيرِهِ صَحَّ عَنْ الشَّيْخِ عِزِّ الدِّينِ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ وَابْنِ دَقِيقِ الْعِيدِ وَهُمَا سَيِّدَا الْمُتَأَخِّرِينَ عِلْمًا وَوَرَعًا وَنَقَلَهُ بَعْضُهُمْ عَنْ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ الشِّيرَازِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَكَفَاكَ بِهِ وَرِعًا مُجْتَهِدًا (الفتاوى الفقهية الكبرى - ج 10 / ص 298)
“Hadis ini mengisyaratkan dibolehkannya menabuh terbang di masjid. Hal tersebut disampaikan oleh ulama Salaf seperti Abu Zur’ah, Ibnu Abdi Salam, Ibnu Daqiq al-Id, Asy-Syairazi dan sebagainya” (Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra 10/298)Dikutip dari Aswaja Center NU JATIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar