ZIARAH KE MAKAM NABI MUHAMMAD SAW
Oleh As-Syekh KH Ali Ma’shum krapyak.
Nabi saw bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ
“Barang siapa menulis sholawat kepadaku dalam sebuah buku, maka para
malaikat selalu memohonkan ampun kepada Alloh pada orang itu selama
namaku masih tertulis dalam buku itu.”
اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
A. PENDAHULUAN
Pada suatu ketika Nabi Muhammad saw membaca ayat berisi keluhan Nabi Isa as sebagai berikut :
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“ Jika Ebgkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu hamba-Mu,
dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Perkasa Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Maidah : 118).
Dan beliau membaca lagi ayat berisi keluhan Nabi Ibrohim as sebagai berikut :
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Tuhanku sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan
kebanyakan daripada manusia, barang siapa yang mengikutiku maka ia
termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “
(QS. Ibrohim : 36)
Lalu Nabi Muhammad saw berdo’a, mengangkat kedua tangannya dan bersabda :
اَلّلهُمَّ أُمَّتِي …
“Ya Alloh .. Umatku ………… “
Beliau bersujud dan menangis , memohon dikabulkan do’anya ..
Selanjutnya. Alloh Yang Maha Mendengar do’a keluhan itu
mengutus malaikat Jibril as untuk menanyakan apa sebab Nabi Muhammad saw
menangis.
Setelah Malaikat Jibril as melakukan tugasnya, ia lalu melaporkan kembali kepada Alloh Ta’ala.
Lalu Alloh memerintahkan kembali Malaikat Jibril as untuk menyampaikan keputusan-Nya kepada Nabi sebagai berikut :
إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي أُمَّتِكَ وَلاَ نَسُوْءُكَ
(رواه المسلم)
“Sesungguhnya Aku meluluskan kerelaanmu buat umatmu, dan Aku tidak menimpakan kejelekan atasmu.“
(Semua ini dari Hadts riwayat Imam Muslim)
Melihat kisah tersebut kita mengetahui betapa besar
tanggung jawab Nabi saw untuk menyelamatkan umatnya kaum Muslimin, dan
betapa besar anugerah Alloh yang dilimpahkan kepada kita lantaran
permohonan beliau saw itu.
Nabi Muhammad saw benar-benar agung jasanya buat kita bahkan amat sangat agung ..
Tidakkah kita perlu membalas jasanya itu .?
Dalam batas yang paling kecil saja, misalnya ;
Seberapa besar kecintaan (mahabbah) kita kepada Nabi Muhammad saw .?
Mahabbah kepada Nabi saw adalah pertanda keimanan. Nabi saw pernah
mendo’akan Harmalah bin Yazid yang datang menghadapnya, sebagai berikut :
اَلّلهُمَّ اجْعَلْ لَّهُ لِسَانًا صَادِقًا وَقَلْبًا شَاكِرًا وَاْرزُقْهُ حُبِّي وَ حُبَّ مَنْ يُحِبُّنِي
َ (رواه الطبراني)
“Ya Alloh jadikanlah lisan Harmalah berkata jujur, hatinya syukur,
dan anugerahilah kecintaannya kepadaku dan kepada sekalian orang yang
mencintaiku ………… “
(HR. Ath-Thobroni)
Dari hadits ini bisa kita petik suatu hikamah, yaitu betapa besarnya nilai mahabbah kepada Nabi saw.
Mahabbah atau rasa cinta bukanlah sekedar diucapkan dengan lisan tetapi yang terpenting adalah sikap hati.
Setelah hati cinta, maka lisan akan menyatakan dan dengan sendirinya perbuatan anggota badan akan siap mengabdi dan berkorban.
Apabila kita benar-benar mencintai Nabi saw, maka hati kita selalu
tertambat pada beliau saw, lisan kita selalu menyebut asma beliau saw,
dan kita kerahkan diri kita untuk memenuhi petunjuk beliau saw.
Tuntutan rasa cinta murni selalu ingin duduk berdampingan,
melihat beliau saw dan mengunjungi kediaman beliau saw. Seperti inilah
cinta yang sejati.
Hal ini tidak beda dari sebait sya’ir yang di gubah oleh seseorang yang mencintai nona leyla sebagai berikut :
أَرَاْلأَرْضَ تُطْوَى لِي وَ يَدْ نُوْ بَعِيْدُهَا
وَكُنْتُ إِذَا مَا جِئْتُ ليلي أَزُرُوْهَا
“Dan jika aku berkunjung kepada Leyla Kurasakan sang bumi terlipat kecil, Jarak jauh terasa dekat.“
Dengan demikian kita bisa mengukur seberapa kadar Mahabbah kita kepada Nabi Muhammad saw. .?
Berapa menit sehari hati kita tertambat kepada Nabi saw. .?
Berapa puluh kali sehari lisan kita membaca Sholawat Nabi saw. .?
Dan berapa banyak tuntunan Nabi saw telah kita kerjakan. .?
Demikian pula, berapa kali kita telah mengunjungi Nabi saw –tempat kediaman makam Nabi saw– .?
Atau berapa kali kita telah niat untuk ziarah kepada Nabi saw, dan seterusnya. .?
B. ZIARAH KE MAKAM NABI MUHAMMAD SAW
Ziarah makam Nabi saw adalah salah satu bentuk ekspresi
rasa mahabbah kepada beliau saw. Selain itu, Nabi saw sendiri telah
bersabda :
ّ مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِى بَعْدَ وَفَاِتي فَكَأنَّمَا زَارَنىِ فِى حَيَاتى
(رواه البيهقى والطبراني وغيرهما)
“Barang siapa pergi untuk berhaji lalu ziarah ke kuburku setelah aku mati, maka bagaikan mengunjungiku ketika aku masih hidup.“
( Riwayat Al-Baihaqi, Ath-Thobroni, dan lainnya )
مَنْ زَارَ قَبْرِى وجبت له شفِاعتى.
(رواه البيهقى والدارقطنى)
“Barang siapa ziarah ke kuburku, maka pastilah mendapat syafa’atku.“
(Riwayat Al-Baihaqi dan Ad-Daruquthni)
مَنْ جَاءَنِى زَائِراً لَايَعْلَمُ حَاجَةً إِلاَّزِيَارَتِى كَانَ
حَقًّا عَلَيَّ أَنْ أَكُوْنَ لَهُ شَفِيْعًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ.
(رواه الطبراني والدارقطنى)
“Barang siapa datang ziarah kepadaku dan hanya itu saja keperluannya,
maka kewajiban atasku untuk mensyafa’atinya di hari kiamat.“
(Riwayat Ath-Thobroni dan Ad-Daruquthni)
Demikianlah tiga dalil hadits secara tegas menerangkan keutamaan ziarah ke makam Nabi saw.
Dalam Hadits berikut bisa kita ketahui adanya anjuran untuk kita melakukannya.
مَامِنْ أَحَدٍ مِنْ اُمَّتِي لَهُ سَعَةٌ ثُمَّ لَمْ يَزُرْنِى فَلَيْسَ لَهُ عُدْرٌ
(رواه ابن النجار)
“Tidak seseorangpun dari umatku yang telah berkesempatan (untuk
ziarah) kemudian tidak mau melakukan ziarah kepadaku, melainkan tiada
lagi alasan baginya.“
(HR. Ibnu Najjar)
C. KEUTAMAAN ZIARAH KE MAKAM NABI MUHAMMAD SAW
Dari Hadits di atas kita telah mengetahui bahwa ziarah ke
makam Nabi Muhammad saw adalah sama utamanya dengan ziarah kepada Nabi
saw sewaktu masih hidup.
Dalam Hadits riwayat Al-Bukhori dan Muslim menyebutkan sebagai berikut :
لاَتُشَدُّالرَّجَلُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةٍ مَسَاجِدَ : المَسْجِدِ الحَرَامِ وَمَسْجِِدِي هَذَا، والمَسْجِدِاْلأَقْصَى
(رواه البحاري ومسلم)
“Tidak perlu mengadakan pemberangkatan kecuali untuk menuju tiga Masjid ;
Masjidil-Harom, Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), dan Masjidil-Aqsho.“
(HR. Imam Al-Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa ada tiga masjid yang mempunyai
keutamaan. Selain yang tiga itu tingkat keutamaannya sama saja ; masjid
besar terletak di kota besar dan dihuni oleh orang-orang besar, tingkat
keutamaannya sama saja dengan masjid kecil di kota kecil di bangun dan
di huni oleh orang-orang kecil.
1. Masjidil-Harom di Makkah mempunyai keutamaan Sholat di dalamnya
bernilai 100.000 kali lipat. Keutamaan ini adalah merupakan pancaran
dari keagungan nya sebagai Baitulloh dan disini pula terletak Ka’bah
yang menjadi kiblat kaum Muslimin.
3. Masjid Nabawi mempunyai keutamaan Sholat didalamnya bernilai 1000
kali lipat. Keutamaan ini adalah merupakan pancaran dari keagungannya
sebagai masjid yang dibangun oleh Nabi saw, tempat beribadahnya Nabi
saw, pusat pennyiaran Islam di hari-hari pertamanya, dan bahkan di situ
pula Nabi saw dikuburkan. Jadi keutamaan yang besar yang dimiliki Masjid
Nabawi adalah semata-mata karena diri Nabi saw. Nabi lah yang menjadi
sumber keutamaan masjid tersebut. Kalau bukan karena Nabi saw ada
disitu, maka niscaya sama saja dengan masjid-masjid yang lain.
Sekarang kita sudah mengetahui masjid Nabawi mempunyai keutamaan sebesar
itu dikarenakan ada Nabi saw, hal ini berarti sumber keutamaannya
adalah Nabi saw dan Masjid Nabawi tersebut dapat menimbulkan curahan
rohmat dan berkah bagi orang yang mengunjunginya dan beribadah
didalamnya.
3. Masjidil-Aqsho di Palestina mempunyai keutamaan Sholat di dana
bernilai 500 kali lipat. Keutamaan ini adalah merupakan pancaran dari
keagungannya sebagai masjid tempat peribadatan para Nabi Bani Israil dan
bahkan disini pula mereka disemayamkan.
Ada sautu pertanyaan dari sekelompok orang yang salah memahami dalil.
Bahwa “Memang benar ziarah ke Masjid Nabawi akan memperoleh berkah,
tetapi ziarah ke makam Nabi saw yang menjadi sumber berkah masjid
tersebut justru tidak memperoleh berkah, dan bahkan dilarang
melakukannya.“
Menurut pembaca risalah ini, benarkah logika kaum yang salah paham tersebut .?
Kami yakin, anda sepakat dengan kami dan bahwa logika sekelompok
orang itu salah. Anak yang baru tingkat ibtidaiyyah / Sekolah Dasar pun
akan mampu mwnunjukkan kesalahan logika tersebut.
Syaik Abu Said Al-Hammami seorang Ulama Al-Azhar Mesir menilai bahwa logika itu hanya mungkin diucapkan oleh :
المَجَانِيُن اْلَّذِيْنَ لاَيَعُوْنَ مَا يَقُوْلُوْنَ أَوْ يَقُوْلُهُ عَدَوُّالإِسْلاَمَ وَرَسُوْلِ اْلإِسْلاَمِ
“Orang-orang gila yang tidak paham lagi perkataannya sendiri atau
perkataan itu dikemukakan oleh musuh Islam dan musuh Rosululloh“ *
D. ADA YANG SALAH PAHAM
Seperti telah kami singgung di atas ada sekelompok orang
yang melarang untuk ziarah ke makam Nabi saw. Mereka berdalil pada
hadits :
لاَتُشَدُّالرِّحَلُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةٍ مَسَاجِدَ : المَسْجِدِ
الحَرَامِ وَمَسْجِِدِي هَذَا، والمَسْجِدِاْلأَقْصَى (رواه البحاري
ومسلم
“ Tidak perlu mengadakan pemberangkatan kecuali untuk menuju tiga ( 3 )
Masjid ; Masjidil-Harom, Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), dan
Masjidil-Aqsho“
(Riwayat Imam Al-Bukhori dan Muslim)
Kami merasa aneh bin ajaib. Mengapa Hadits tersebut dikatakan
menunjukkan adanya larangan ziarah ke makam Nabi .? Uraian lebih lanjut
dan lebih lengkap terlalu panjang di tulis disini. Kami persilahkan anda
membaca buku kami yaitu:
“Hujjatu Ahlissunnah wal Jama’ah“ halaman 27 – 35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar