Rosululloh saw mempunyai nama MUHAMMAD, dalam al-Qur’an, digunakan
sebagai nama surat ke 47 yang berjumlah 38 ayat. dan kata AHMAD berada
dalam surat ke 61 ayat ke 6.
Berdasarkan tabel bilangan prima dapat kita peroleh 16 angka pertama sebagai berikut:
2 3 5 7 11 13 17 19 23 29 31 37 41 43 •47 •53.
Ternyata 2 angka terakhir adalah angka 47 dan 53.
Seperti diketahui al-Qur’an memiliki angka keramat 19, angka ini
diperoleh berdasarkan kalimat Basmalah بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ yang bejumlah 19 huruf.
Jika kata MUHAMMAD dan AHMAD dihitung dengan huruf abajadun maka
jumlah kata MUHAMMAD = 92 dan AHMAD = 53. Jika nominalnya ditambahkan
maka = 9+2+5+3 = 19.
Mungkin anda akan bertanya mengapa angka keramat al-Qur’an 19 .?
Karena 19 merupakan awal angka 1 dan akhir angka 9. Angka yang terdiri dari 1-2-3-4-5-6-7-8-9.
Dan ini merupakan konsep Tuhan yang termaktub dalam al-Qur’an:
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Dhohir dan Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
[QS 57:3]
Nilai MUHAMMAD = 92
dan nilai AHMAD = 53
sehingga MUHAMMAD + AHMAD =
92+53 = 145.
Kata AHMAD berada di surah 61 ayat 6 yang jika digabung menjadi 616.
Gabungan 145 dan 616 menjadi 145.616 = 19 x 7664
Surat MUHAMMAD urutan surat ke 47, jumlah ayat 38, yang jika digabung menjadi angka 4738.
Surat As-Shof dimana kata AHMAD disebut, merupakan surat ke 61 dengan jumlah ayat 14 yang jika digabung menjadi 6114.
Jika digabungkan menjadi 47386114 = 19 x 2494006
Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tanggal 20 bulan 04 tahun 571 Masehi. Jika dijumlahkan 2+0+0+4+5+7+1 = 19.
Sedangkan beliau saw menerima wahyu selama 22 tahun dimana 92+22 =114 Jumlah surat-surat dalam al-Qur’an.
MENGENAL AHMAD MUHAMMAD SAW
Ketika Rosululloh saw belum dilahirkan, Nabi-nabi terdahulu, mulai
Nabi Adam as sampai Nabi Isa as, telah memberi kabar kepada umatnya akan
datangnya Nabi akhir zaman dengan ciri-ciri yang tertentu ..
Yaitu, dilahirkan di kota Makkah, hijrah ke kota Madinah dan wafat di
kota Madinah .. dan kekuasaannya membentang sampai di kota Syam. Nama
Rosululloh saw kalau di Kitab Injil adalah AHMAD ..
Alloh swt berfirman:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي
رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ
أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata:
“Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Alloh kepadamu,
membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurot, dan memberi kabar gembira
dengan -datangnya- seorang Rosul yang akan datang sesudahku, yang
namanya AHMAD -Muhammad-.”
Maka tatkala Rosul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
“Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As-Shof [61]:6).
Perlu diketahui, bahwa nama AHMAD yang dikemukakan al-Qur’an itu
bukan sekedar nama .. Akan tetapi merupakan pemberian “kekhususan” dari
Alloh swt bagi Nabi Muhammad saw, yang ada ma’na hikmah terkandung
didalamnya.
Di dalam nama AHMAD huruf Arab أحمد jika ditulis secara terpisah melambangkan simbol gerakan sholat ..
Huruf Alif أ menggambarkan orang yang sedang berdiri.
Huruf Ha ح menggambarkan orang yang sedang rukuk.
Huruf Mim م menggambarkan orang yang sedang sujud.
Huruf Dal د menggambarkan orang yang sedang duduk tahiyat.
Selain ma’na tersebut, ada juga ma’na yang tersembunyi di balik nama
AHMAD .. secara Gramatika Arab, kata AHMAD itu termasuk sighot
mubalaghoh -bentuk yang mempunyai arti banyak- dari kata “Hamdu”
-memuji- .. Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi AHMAD, nama dari
Nabi MUHAMMAD saw mempunyai arti orang yang paling banyak memuji Alloh
swt.
Nabi MUHAMMAD saw bersabda:
“Aku adalah AHMAD tanpa Mim م ”
AHMAD tanpa huruf Mim م akan mempunyai arti AHAD -Esa-, yang merupakan sifat Alloh yang sangat agung tempat bergantung.
Mim م yang merupakan simbol manusia -personifikasi- dan perwujudan
bentuk dari sesuatu yang ghaib -manifestasi- ALLOH dalam diri Nabi
MUHAMMAD saw .. pada hakikatnya adalah bayangan AHAD yang ada di alam
semesta.
Mim م MUHAMMAD adalah wasilah antara makhluk dengan Kholiqnya .. Mim م
MUHAMMAD adalah jembatan yang menghubungkan para kekasih ALLOH dengan
sang kekasihnya yang mutlak .. dengan kata lain, Nabi MUHAMMAD saw
merupakan mediator antara makhluk dengan ALLOH swt.
Menurut Dr Muhammad Iqbal seorang pemikir islam pakistan:
“MUHAMMAD benar-benar berfungsi “mim” yang “membumikan” ALLOH dalam
kehidupan manusia .. dialah “Dhohir”nya ALLOH .. dialah Syafi’ -yang
memberikan syafa’at, pertolongan dan rekomendasi- antara makhluk dengan
Tuhannya.
Ketika anda ingin merasakan kehadiran ALLOH dalam diri anda, hadirkan MUHAMMAD.
Ketika anda ingin disapa oleh ALLOH, sapalah MUHAMMAD ..
Ketika anda ingin dicintai ALLOH, cintailah MUHAMMAD ..”
“Apabila kamu benar-benar mencintai ALLOH, ikutilah AKU -Muhammad-, niscaya ALLOH cinta kepada kamu”
Kepada orang seperti inilah kita diwajibkan cinta, berkorban dan
bermohon kepada ALLOH swt untuk selalu bersamanya, di dunia dan di
akherat .. seperti kata beliau saw “Setiap orang akan senantiasa bersama
orang yang dicintainya.”
Nama MUHAMMAD kalau ditinjau secara Gramatika Arab berstatus sebagai
Isim Maf’ul -obyek- dari asal kata Hammada .. Menurut KH Ali Maksum rh,
dalam kitab Amsilatut-Tasrifiyah menyebutkan bahwa penambahan tasdid
pada huruf Mim mempunyai faedah Taksir -banyak- artinya adalah orang
yang banyak dipuji .. Sejalan yang diperintahkan ALLOH swt dalam
firman-Nya:
”Sesungguhnya ALLOH dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi -MUHAMMAD- ..
Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi -MUHAMMAD-
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]:56).
Disamping nama AHMAD yang mengandung simbol orang sholat .. Nama
MUHAMMAD apabila ditulis dengan huruf Arab محمد juga berma’na ..
menunjukan kerangka manusia ..
Huf Mim pertama م yang bundar menunjukan kepala manusia ..
Huruf Ha’ ح menunjukan dua tangan manusia.
Huruf Mim م yang kedua menunjukan tentang perut manusia.
Huruf dal د menunjukan kedua kaki manusia.
Nama MUHAMMAD yang melambangkan kerangka tersebut mengandung hikmah
bahwa, kematian manusia akan menghancur lumatkan tulang-belulang dan
seluruh jasadnya, akan tetapi kelak akan di susun kembali oleh ALLOH
dalam bentuk semula seperti bentuk manusia .. Ini karena keagungan nama
Nabi MUHAMMAD saw ..
Selain itu, ma’na-ma’na yang tersembunyi dalam kandungan setiap huruf-hurufnya kalimat nama محمد ..
Huruf Mim yang pertama mengandung ma’na Minnah -anugerah- .. ALLOH
memberi anugerah kepada Nabi MUHAMMAD saw dengan anugerah yang sangat
luar biasa melebihi apa yang telah diberikan kepada seluruh makhluk-NYA.
Huruf Ha’ mengandung ma’na Hubbun -cinta- .. ALLOH mencintai Nabi
MUHAMMAD saw dan umatnya melebihi cintanya kepada Nabi-nabi yang lain
beserta umatnya.
Huruf Mim yang kedua mengandung ma’na Maghfirah -ampunan- .. ALLOH
mengampuni segala dosa yang dilakukan oleh Nabi MUHAMMAD saw, baik yang
sudah lampau atau yang akan datang .. Nabi MUHAMMAD saw adalah Nabi yang
ma’sum -terjaga dari melakukan dosa- .. Adapun umat beliau saw, bagi
yang bertaubat, ALLOH mengampuni dosa-dosanya miskipun sebanyak butiran
pasir dimuka bumi.
Huruf Dal mengandung ma’na Dawaamuddin -abadinya agama Islam- .. agama
Islam akan tetap ada sampai akhir zaman, apabila agama Islam lenyap dari
muka bumi, maka terjadilah kehancuran dunia -kiamat-.
Kesimpulannya adalah .. Sebagai ummat Nabi Muhammad saw yang mengaku
pemeluk agama Islam .. hendaknya sekali-kali jangan meninggalkan sholat
.. karena sholat merupakan tiang agama dan merupakan ajaran Nabi-nabi
terdahulu yang disempurnakan oleh Nabi MUHAMMAD saw.
Apabila seseorang muslim sudah menjalankan sholat, zakat, puasa, haji
-jika mampu- dan tuntunan Islam lainnya, maka dia termasuk orang yang
beruntung yang dijanjikan ALLOH mendapatkan sorga ..
NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI USWATUN HASANAH
Pada tanggal 12 Robiul-awal tahun gajah atau tanggal 20 April 571
Masehi, 14 abad yang lalu telah lahir seorang manusia yang menjadi
ROHMATAN LIL’ALAMIN dan menyandang derajat KETERPUJIAN yang tidak
terukur ketinggian dan kesempurnaannya serta membawa perubahan besar
bagi sejarah peradaban dunia.
Manusia tersebut adalah AHMAD yang kemudian menyandang nilai-nilai
yang sangat tinggi sehingga beliau berhak menyandang gelar MUHAMMAD yang
sangat terpuji dan selalu dipuja dan dipuji, yang menjadi ROHMATAN
LIL’ALAMIN dan USWATUN HASANAH bagi seluruh makhluk yang ada di alam
semesta raya ini.
Kata MUHAMMAD apabila kita renungkan lebih dalam lagi dapat diartikan secara lahiriah maupun secara batiniah.
MUHAMMAD secara lahiriah adalah menunjuk kepada satu sosok seorang
manusia biasa yang mempunyai sifat terpuji dan diutus oleh ALLOH untuk
menyampaikan seruan atau ajaran Tauhid kepada seluruh umat manusia.
Abbas Mahmud al-Aqqod dalam kitabnya “Abqoriyat Muhammad” menjelaskan:
“Ada empat tipe manusia yaitu 1.Pemikir 2.pekerja 3.Seniman dan 4.Yang jiwanya selalu larut dalam ibadah.
Jarang ditemukan satu pribadi yang berkumpul dalam dirinya dan dalam
tingkat yang tinggi dua dari keempat kecenderungan atau tipe tersebut,
dan mustahil keempatnya berkumpul dalam diri seseorang.
Namun yang mempelajari pribadi Nabi Muhammad saw akan menemukan bahwa
keempatnya bergabung dalam peringkatnya yang tertinggi pada kepribadian
beliau saw.”
Al-Qur’an telah menegaskan kemanusiaan Nabi Muhammad saw, diberbagai
tempat dan Alloh memerintahkan menyampaikan hal itu kepada manusia dalam
berbagai surat, antara lain:
قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا
Katakanlah, “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rosul .?” (QS. Al-Isro’ [17]: 93).
Ayat di atas menunjukkan bahwa beliau saw adalah manusia seperti
manusia-manusia lainnya, tetapi dari segi risalah dan hidayah-Nya, maka
beliau adalah cahaya Alloh dan pelita yang amat terang.
Alloh swt menyatakan hal itu dan berbicara kepada Nabi saw.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ فَضْلا كَبِيرًا
“Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan.
Untuk menjadi penyeru pada agama Alloh dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi.
Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang Mukmin, bahwa
sesungguhnya, bagi mereka karunia yang besar dari Alloh.” (QS. Al-Ahzab
[33]: 45-47).
Alloh swt berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ
“…Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Alloh, dan Kitab yang menerangkan.” (QS. Al-Maidah [5]: 15).
“Cahaya” dalam ayat ini adalah Rosululloh saw, sebagaimana al-Qur’an yang diturunkan kepada beliau saw adalah juga cahaya.
Alloh swt berfirman:
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul-Nya serta cahanya
-al-Qur’an- yang telah Kami turunkan, dan Alloh Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS.
At-Taghobun [64]: 8).
Alloh swt juga menentukan tugasnya kepada Nabi Muhammad saw:
لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
“… Supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang…” (QS. Ibrohim [14]: 1).
هَذَا بَلاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
“-al-Qur’an- Ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan
supaya mereka diberi peringatan dengannya dan supaya mereka mengetahui
bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan agar -Ulul-Albab- orang-orang
yang berakal mengambil pelajaran.” – (QS. Ibrohim [14]: 52).
Nabi Muhammad saw. menegaskan ma’na kemanusiaannya dan penghambaannya
terhadap Alloh, dan mengajarkan agar seluruh umatnya mengikuti
kebiasaan-kebiasaan beliau saw yang telah diwahyukan oleh Alloh swt.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا
إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku; bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Maha Esa.
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS Al-Kahfi [18]:110).
Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad saw merupakan pribadi manusia
sempurna yang patut menjadi Uswatun Hasanah bagi seluruh umat manusia.
Sebutan “Manusia Sempurna” sering disalah artikan oleh sebagian besar
umat Islam, yakni Manusia sempurna adalah sosok manusia yang serba bisa,
serba tahu, serba baik dan lain sebagainya.
Padahal jika kita kaji dan renungkan kembali hakikat dari istilah
“Sempurna” itu, mempunyai unsur keseimbangan, kesepadanan, kesesuaian
dan keharmonisan dalam hal apapun.
Demikian dengan kita, diharapkan ketika dapat menyesuaikan diri dengan
Nabi Muhammad, akan terjadi keserasian hubungan, maka akan menjadilah
kita “Manusia Sempurna”.
Dalam kajian Tauhid, kesempurnaan yang paling sempurna pada
hakikatnya adalah Alloh swt itu sendiri. Apa yang diciptakan Alloh di
alam semesta ini merupakan ciptaan yang Maha Sempurna dan tidak ada yang
sia-sia, sesuai dengan firman-Nya:
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ
الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ
فُطُورٍ
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah, sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang adakah kamu melihat sesuatu yang
tidak seimbang .?” (QS. Al-Mulk [67]:3).
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ
ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ
النَّارِ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya -dan tentu tidak juga Kami menciptakan kamu semua- sia-sia
tanpa hikmah, yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir.
-dan karenanya mereka berkata bahwa hidup akan berahir di dunia ini,
tidak akan ada perhitungan, juga tidak ada sorga dan neraka-, maka
celakalah orang-orang kafir -akibat dugaannya- itu, karena mereka akan
masuk neraka.” (QS. Shod [38]:27).
“Dan Kami tidak menciptaka langit dan bumi, dan segala apa yang ada
diantara keduanya dengan main-main.” (QS. Ad-Dukhon [44]:38).
Alloh swt menciptakan langit dan bumi juga segala yang ada diantara
keduanya dengan tata aturan yang demikian rapi, indah serta harmonis,
ini menunjukkan bahwa Alloh tidak bermain-main, tidak menciptakannya
secara sia-sia tanpa arah dan tujuan yang benar.
Karena hal itu bukan permainan, bukan juga tanpa tujuan, maka pasti
Alloh Yang Maha Kuasa ini membedakan antara yang berbuat baik dan buruk,
lalu memberi ganjaran balasan sesuai amal perbuatan masing-masing.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“…Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imron
[3]:191).
Berdasarkan firman tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa apa
yang terjadi dan apa yang dicipta di alam semesta ini adalah suatu
kesempurna’an, baik sifat maupun bentuknya.
Misalnya seperti : baik-buruk, indah-jelek, terpuji-tercela,
siang-malam, panas-dingin, panjang-pendek, siang-malam, pria-wanita,
besar-kecil dan sebagainya.
Jadi suatu kesempurna’an adalah satu keseimbangan dan keharmonisan
antara dua sifat atau unsur yang bertolak belakang, sebab apabila hanya
ada satu sifat saja atau ada baik saja, atau ada siang saja, atau ada
dingin saja, hal itu bukanlah suatu yang dapat disebut sempurna.
Nabi Muhammad saw, adalah sosok yang sangat sederhana dan sempurna,
sehingga siapapun dan dari kalangan manapun akan mampu mencontoh setiap
gerak dan diam beliau saw, karena beliau memang diciptaka sebagai
teladan.
Bila yang meneladaninya dengan niat mengikuti beliau saw, maka niat meneladinya itu mendapat ganjaran dari Alloh swt.
Di dalam Al Qur’an, Alloh swt telah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad
saw adalah contoh yang paling baik bagi ummat manusia pada saat ia masih
hidup di atas dunia, yang menghendaki perjumpaan dengan Alloh swt kelak
di hari akhir .. Hal ini sesuai dengan firman Alloh swt:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu, pada diri Rosululloh -Nabi
Muhammad- itu suri tauladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang-orang
yang senantiasa mengharapkan -rohmat kasih sayang- Alloh dan kebahagiaan
Hari akhir dan berdzikir kepada Alloh sebanyak-banyaknya -baik dalam
keadaan susah maupun senang-” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Ayat ini berbicara tentang `uswah` yang dirangkai dengan kata `Rosululloh`
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu, pada diri Rosululloh”.
Tidak mudah memisahkan atau memilah, mana pekerjaan mana ucapan yang
bersumber dari kedudukan beliau sebagai Rosul dan mana pula
kedudukan-kedudukan lainya .. misalanya sebagai pemimpin ummat,
lingkungan, keluarga atau sebagai suami dari istri-istrinya dan ayah
bagi anak-anaknya .. Maka timbul pertanya’an ..!
Jika kepribadian Nabi Muhammad saw secara totalitasnya adalah teladan
.. maka pakah itu berarti bahwa segala sesuatu yang bersumber dari
pribadi yang baik, benar dan lurus ini -diucapkan atau diperagakan-
wajar diteladani mencakup dalam perinciannya-perinciannya ..?
Jawabannya .. Selaku pribadi, hal ini dapat dibagi dalam dua kategori.
Pertama, kekhususan-kekhususan beliau saw yang tidak boleh dan atau
tidak harus diteladani, karena kekhususan tersebut berkaitan dengan
fungsi beliau sebagai seorang Rosul.
Misalnya kebolehan menghimpun lebih dari empat orang istri dalam saat
yang sama, atau kewajiban sholat malam, atau larangan menerima zakat dan
lain-lain.
Kedua, sebagai manusia biasa -terlepas dari kerosulannya- segala
sesuatu yang bersumber dari pribadi beliau saw – dari setiap gerak dan
diamnya- wajar diteladani mencakup dalam perinciannya-perinciannya. Hal
ini menunjukkan bahwa yang demikian dapat diikuti “mana yang kamu dapat
mengikuti maka lakukanlah.” karena semua adalah Uswatun Hasanah -contoh
yang paling baik-. Bila mengikutinya dengan meneladani Nabi Muhammad
maka niat mengikutinya itu mendapat ganjaran dari Alloh swt.
DI DALAM DIRI MANUSIA ADA DIRI NABI MUHAMMAD SAW
Alloh swt berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam dirimu ada Rosululloh …” (QS. Al-Hujurot [49]:7).
Ayat ini bertujuan mendorong manusia untuk mawas diri dengan
mengamati keagungan Rosul dan amal-amal beliau yang harus di tanam dalam
hati dan diperagakan dalam kehidupnya dari waktu ke waktu, diantaranya
yang memberi manfaat berupa rohmat kepada semua makhluk Alloh swt.
Alloh yang memiliki rohmat ta’terbatas, menjadikan Rosul “rohmatan
lil’alamin” dan dalam diri manusia ada Rosul, ya’ni -unsur Muhammad ada
dalam diri kita- maka sudah menjadi kelaziman bagi kita untuk memberikan
rohmat itu kepada ummat Muhammad, khususnya saudara muslim kita ..
karena “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai
saudaranya -sesama muslim- seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR.
Bukhori dan Muslim).
Alloh swt berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah -wahai Nabi Muhammad- :
“Jika kamu benar-benar mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali Imron [3]:31).
Nabi Muhammad saw adalah suatu anasir Yang Bersifat Terpuji, yang
telah dimiliki oleh setiap manusia tanpa kecuali. Tetapi tidak semua
umat manusia yang menyadari keberadaan anasir tersebut, apalagi
menumbuhkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Sehingga tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang mengaku umat
Nabi Muhammad saw atau umat yang sangat terpuji, justru banyak
melakukan perbuatan tercela. Hal ini diakibatkan karena mereka belum
dapat meneyerap Muhammad dalam arti nilai-nilai keterpujian dalam
dirinya, di setiap aktivitas hidupnya dalam bermasyarakat. Padahal
setiap harinya mereka selalu mengatakan : “Aku telah menyaksikan bahwa
tiada Tuhan kecuali Alloh dan aku telah menyaksikan bahwa Muhammad
adalah Utusan Alloh”.
Sesungguhnya kalimat Syahadat tersebut mempunyai ma’na yang sangat
dalam sekali, yaitu “saksinya seorang pesaksi yang menyaksikan kepada
siapa dia bersaksi.” Secara hakikat, ma’na simbolis dari “wa asyhadu
anna Muhammad Rosululloh” adalah sebuah pengakuan bahwa setiap diri
telah ditempati oleh anasir Terpuji yaitu Nur Muhammad, yang harus
diimani dan diikuti sesuai dengan yang di firmankan Alloh swt :
NABI MUHAMMAD SAW ADALAH “AYAH” YANG SANGAT CINTA KEPADA ANAK-ANAKNYA
Alloh swt berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ
اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki
-dewasa- di antara kamu tetapi dia adalah Rosululloh -bapak ummat yang
membimbing mereka dan yang harus di agungkan serta dihormati- dan
penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Alloh Maha Mengetahui segalanya.” (QS.
Al-Ahzab [33]:40).
Ayat diatas menyebut “laki-laki” akan tetapi disusul dengan kalimat
“Rosululloh” tidak lain untuk mengisyaratkan bahwa bukan berarti
hubungan dengan wanita terputus. Nabi Muhammad saw, buat mereka adalah
bapak ruhani, pembimbing, pemberi petunjuk, pelindung, dan penanggung
jawab, dan pastinya beliau pula yang paling wajar mendapat penghormatan
dan keta’atan dari anak-anaknya. Sungguh kasih sayangnya kepada ummat
melebihi cinta dan kasih sayang orang tua kandung.
Ayat diatas merupakan penyempurnaan dan ketinggian beliau saw,
sekaligus sebagai isyarat bahwa ketiadaan anak-anak beliau saw,
merupakan hikmah yang telah ditetapkan Alloh swt, ya’ni agar beliau
menjadi bapak teladan bagi ummatnya yang betakwa.
Siapakah yang lebih mencintai kita dari Alloh dan Rosul-Nya ..
siapakah yang lebih menginginkan kebaikan untuk kita yang baginya sangat
berat dan menderita demi menanggung kita ..
Demi Alloh .. hanyalah Rosululloh saw tercinta .. tidak ada yang beliau saw harapkan kecuali kebaikan bagi umatnya ..
Dan tidak ada yang beliau hiraukan kecuali keselamatan kita di dunia dan akhirat ..
Dikala malaikat maut menjemputnya bukan harta atau keluarga yang
membuat gundah hati dan fikirannya .. tetapi kita ummatnya ..
manusia-manusia yang tidak pernah dijumpainya ..
Lalu apakah gerangan yang ia risaukan dari diri kita .. Apakah
kekurangan harta .. atau pula derita dunia .. bukan, bukan itu .. akan
tetapi ketersesatan dan fitnah di dalam agama yang beliau saw risaukan
dan beliau pun memberikan solusinya bagi kita ..
sehingga pada suatu saat beliau bersabda:
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara apabila kalian berpegang teguh
pada keduanya niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya .. Kitab
Alloh dan sunah Rosul-Nya.”
Tidak ada yang beliau saw inginkan dari kita sebagai ummatnya kecuali
agar kita selalu berpegang dengan sunahnya yang disucikan ..
Bukan untuk kebahagiaannya .. bukan pula untuk keselamatannya .. tidak
sepeserpun uang yang beliau saw minta dari kita karena harta dunia
terlalu remeh baginya ..
Yang beliau inginkan hanyalah keselamatan dan kebahagian kita semua
sebagai ummatnya .. lalu masihkah kita ragu untuk mengikuti jejaknya ..?
Beliau saw bersabda :
“Aku bagaikan seorang yang menyalakan api, setelah menyala menerangi
sekeliling, laron mengitarinya dan terjerumus ke dalam api itu .. Kalian
seperti itu, tetapi aku menghalangi kalian terjerumus ke api, tetapi
sebagian kalian terjerumus juga.”
Beliau juga bersabda :
“Aku memegang ikat pinggang kalian, tetapi sebagian kalian terlepas dari pinggangku.”
Demikian Rosul saw mengilustrasikan diri beliau sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim melalui Abu Huroiroh ra.
Kalaulah beliau saw bersikap tegas agar mematuhi hukum-hukumnya, atau
ada tuntunan yang sepintas terlihat sangat berat, maka ini tidak lain
hanya untuk kemaslahatan ummatnya jua.
Sebenarnya hati beliau saw lebih dahulu teriris-iris melihat kesulitan dan penderitaan yang kita alami ..
Alloh swt berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Demi -kebesaran dan keagungan Tuhan- sesungguhnya telah datang
kepada kamu -wahai seluruh manusia- seorang Rosul -pesuruh Alloh- dari
diri kamu sendiri -yang mengenal kamu dan kamu mengenal dia, sangat-
berat terasa olehnya apa yang telah menderitakan kamu -baik lahir maupun
batin-,
Sangat menginginkan -keselamatan, kebaikan bahkan segala sesuatu yang
membahagiakan- bagi kamu semua, baik mukmin maupun kafir , dan- terhadap
orang mukmin amat belas kasih lagi penyayang -buat mereka yang
diharapkan suatu ketika akan beriman, bahkan kepada seluruh alam.
Jika mereka -memaksakan diri menentang fitrah mereka, sehingga-
berpaling lagi enggan mengikuti tuntunanmu wahai Nabi Muhammad- maka
katakanlah kepada mereka dan kepada selain mereka, sambil bermohon
kepada Alloh-:
“Cukuplah -untuk segala urusanku- Alloh -Yang Maha Kuasa- bagiku.
-Dan yang akan membela dan menganugrahkan kepadaku kebutuhan dan harapanku-.
Tidak ada Tuhan yang menguasai alam raya, tumpuan semua makhluk serta wajib disembah- selain Dia.
Hanya kepada-Nya -bukan kepada yang selain-Nya- aku bertawakkal -berserah diri setelah aku berusaha sekuat kemampuanku-.
dan Dia adalah Tuhan Pemilik -Pencipta dan pengatur- ‘Arsy yang agung.”
(QS. At-Taubah [9]: 128-129).
Kata ANFUSAKUM memberi kesan bahwa Rosul adalah sejiwa dengan kamu,
mengetahui detak-detik jantung kamu .. merasakan getaran jiwamu serta
menyukai kamu sebagaimana apa yang disukainya ..
Demikian kesan yang terkandung dalam kalimat “seorang Rosul dari diri
kamu sendiri” .. keberadaan Nabi Muhammad saw begitu dekat hadir dalam
jiwa kamu ya’ni anak-anaknya, hususnya yang istiqomah meneruskan
perjuangan beliau saw, merohmati kaum yang beriman.
Hal ini sejalan dengan fitrah kejadian manusia. Alloh swt berfirman:
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ
“-Dialah- Yang membuat sebaik baiknya segala sesuatu yang Dia
ciptakan -sehingga semua berpotensi berfungsi sebaik mungkin sesuai
dengan tujuan penciptaan-.
Dan Dia telah memulai penciptaan manusia -Adam as- dari tanah, kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari -sedikit- saripati air mani yang
diremehkan -lemah tidak berdaya karena sedikitnya bila dilihat kadarnya
atau menjijikkan bila dipandang-.
Kemudian -yang lebih hebat dari itu- Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam -tubuh-nya, ruh -dari-Nya,
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran -agar kamu dapat mendengar
kebenaran-, dan penglihatan -agar kamu dapat melihat tanda-tanda
kebesaran-Nya- dan hati -agar kamu dapat berfikir dan beriman-, -tetapi-
sedikit sekali kamu bersyukur.
Namun banyak diantara kamu yang kufur, tidak memfungsikan
anugrah-anugrah itu sebagaimana yang Alloh kehedaki, tetapi
memfungsikannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya-.” –
(QS. As-Sajadah[32]:7-9).
Kata AHSAN berarti membuat sesuatu menjadi baik .. Kebaikan sesuatu
itu diukur pada potensi dan kesiapannya secara sempurna mengemban fungsi
yang dituntut dari sesuatu itu .. contoh :
Pisau yang baik adalah yang tajam, karena dia diciptakan untuk memotong
.. Kursi yang baik adalah yang dapat diduduki dengan nyaman .. kendaraan
yang baik adalah yang dapat mengantar pada tujuan .. Demikian
seterusnya.
Ayat diatas menyatakan bahwa Alloh swt, telah menciptakan semua
ciptaan-Nya dalam keadaan baik .. diciptakan-Nya secara sempurna agar
masing-masing dapat berfungsi sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Malaikat diciptakan Alloh swt sebagai makhluk sempurna untuk tugas-tugas yang seharusnya mereka emban.
Masing-masing binatang telah diciptakan Alloh swt dengan sempurna untuk
tujuan penciptaannya .. ada yang dapat dimakan, ada juga yang tidak ..
ada yang jinak ada pula yang liar dan buas .. ada pula yang untuk
keindahan dan hiburan,
Semua diciptakan sebaik-baiknya dan sempurna.
Manusia dan jin pun demikian .. hanya saja untuk makhluk mukallaf
ini, Alloh swt memberi mereka tugas, dengan potensi sempurna untuk
menyukseskan tugas masing-masing .. tetapi dalam saat yang sama, mereka
diuji .. dan untuk ujian itu mereka pun diberi potensi, sehingga pada
akhirnya manusia dan jin berpotensi untuk menjadi baik dan buruk.
Manusia dan jin yang mengabaikan potensi baiknya dan mengikuti
potensi buruk, akan gagal dalam ujian dan itulah yang menjadi setan ..
Sebaliknya adalah manusia yang ahsan yang berhasil lulus dalam ujian.
Demikian Alloh swt menciptakan semua makhluk dalam keadaan sempurna sesuai dengan tujuan dan fungsi yang diembannya.
Dengan demikian tidaklah benar jika dikatakan bahwa manusia adalah
makluk yang paling sempurna sebelum ia menjadi pemberi rohmat kepada
makhluk-makhluk Alloh swt.
Semua makhluk-Nya sempurna, manusia adalah makhluk yang ditundukkan
kepadanya alam raya, sebagai sarana untuk mengemban tugasnya.
Manusia telah dimuliakan Alloh swt, tetapi bukan makhluk manusia ini yang termulia .. dalam kontek ini Alloh swt berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى
كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
“Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, dan Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, dan Kami beri mereka rizki dari
yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan dari siapa yang
telah kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” – (QS. Al-Isro’
[17]:70).
Perhatikan ayat ini, tidak menyatakan: “melebihkan atas semua” tetapi
“melibihkan atas kebanyakan” artinya manusia tertentu dari kebanyakan
manusia yang di lebihkan oleh Alloh dengan sempurna.
Kata MIN RUCHIHI dari ruh-Nya, ya’ni ruh Alloh. ini bukan berarti ada
“bagian” ruh Ilahi yang dianugrahkan kepada manusia .. karena Alloh
tidak terbagi, tidak juga terdiri unsur-unsur .. DIA adalah SHOMAD
Esa/Tunggal, tidak terbagi dan tidak berbilang .. yang dimaksud adalah
ruh ciptaan-Nya .. Penisbahan ruh itu kepada Alloh adalah penisbahan
PEMULIAAN DAN PENGHORMATAN ayat ini bagaikan berkata: “Dia meniupkan
kedalam tubuh manusia, ruh yang mulia dan terhormat dari ciptaan-Nya”
“Manusia terdiri dari tanah dan ruh Ilahi”
Karena tanah, manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam .. sama halnya
dengan makhluk-makhluk hidup di bumi lainnya .. ia butuh makan, minum,
tidur, jaga, hubungan sex dll.
Dengan ruh, ia meningkat dari dimensi kebutuhan tanah itu .. walupun
ia tidak dapat bahkan tidak boleh melepaskannya, karena tanah adalah
bagian dari substansi kejadiannya .. Ruh pun memiliki
kebutuhan-kebutuhan, agar dapat terus menghiasi manusia.
Dengan ruh manusia diantar menuju tujuan non materi yang tidak dapat
diukur di laboratorium, tidak juga dikenal oleh alam materi .. dimensi
spiritual inilah yang mengantar manusia untuk cenderung kepada
keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan dll.
Itulah yang mengantar manusia menuju suatu realitas Yang Maha Sempurna, tanpa cacat, tanpa batas, dan tanpa akhir.
“Sesungguhnya kepada Tuhanmu lah kembalinya segala sesuatu.” (QS.96:8).
“Hai manusia sesungguhnya engkau bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti engkau akan menemui-Nya.” (QS.84:6).
Demikian manusia yang diciptakan Alloh swt, disempurnakan ciptaan-Nya dan dihembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya.
Dengan gabungan unsur kejadiannya itu, manusia akan berada dalam satu
alam yang hidup dan berma’na, yang dimensinya melebar keluar melampaui
dimensi tanah dan dimensi matreal.
NABI MUHAMMAD SAW ROHMAT SEMESTA ALAM RAYA
Alloh swt berfirman:
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu -wahai Nabi Muhammad- melainkan
untuk -menjadi- rohmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107).
Ayat ini sangat singkat, tetapi mengandung ma’na yang sangat luas.
Hanya dengan 5 -lima- kata .. Terdiri dari 25 -dua puluh lima- huruf.
Ayat ini menyebut 4 -empat- hal pokok :
1. Rosul -utusan Alloh- dalam hal ini Nabi Muhammad saw.
2. Yang mengutus Nabi Muhammad saw, dalam hal ini Alloh swt.
3. Yang diutus kepada mereka -al-’alamin-.
4. Risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, ya’ni “rohmat” yang sifatnya sangat besar.
Nabi Muhammad saw adalah rohmat .. bukan saja kedatangan beliau
membawa ajaran agama, tetapi sosok dan kepribadian beliau adalah
cerminan rohmat ALLOH yang bersifat AR-ROHMAN dan ARROHIM yang
dianugerahkan Alloh swt kepada beliau saw.
Ayat ini tidak menyatakan bahwa:
“Kami tidak mengutus engkau untuk membawa rohmat, tetapi sebaga rohmat atau angkau menjadi rohmat bagi seluruh alam”
Firman Alloh swt dalam surat Ali Imron 159
“Maka disebabkan rohmat dari Alloh-lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka.”
Penggalan ayat ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa Alloh swt
sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw.
Sebagaimana sabda beliau saw:
“Aku dididik oleh Tuhanku, maka sungguh baik hasil pendidikan-Nya.”
Kepribadian Nabi Muhammad saw dibentuk sehingga bukan hanya
pengetahuan yang Alloh limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu
al-Qur’an, tetapi juga hati beliau disinari, bahkan totalitas wujud
beliau merupakan rohmat bagi seluruh alam.
Sebagaimana pengakuan beliau saw adalah “rohmatun-muhdab” -rohmat yang dihadiahkan oleh Alloh kepada seluruh alam-.
Pemnbentukan kepribadian Nabi Muhammad saw, menjadikan sikap, ucapan,
perbuatan, gerak dan diam, bahkan seluruh totalitas beliau adalah
rohmat, bertujuan mempersamakan totalitas beliau dengan ajaran islam
yang beliau sampaikan, karena itu pula Nabi Muhammad adalah penjelmaan
konkret dari akhlak al-Qur’an sebagaimana dilukiskan oleh Sayyidah
‘Aisyah ra.
Kata “alam” dalam arti kumpulan sejenis makhluk Alloh yang hidup,
baik hidup sempurna maupun terbatas .. Jadi ada alam manusia, alam
malaikat, alam jin, alam hewan, alam tumbuhan dan bintang-bintang
-planet-. Semua itu memperoleh rohmat dengan kehadiran Nabi Muhammad
saw.
Dengan rohmat itu terpenuhilah hajat batin manusia untuk meraih
ketenangan, ketentraman, serta pengakuan atas wujud, hak, bakat dan
fitrahnya, sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan besar,
menyangkut bimbingan, perlindungan dan pengawasan serta saling
pengertian dan penghormatan.
Jangankan manusia .. binatang dan tumbuhan pun memperoleh rohmat beliau saw.
Sebelum bangsa Eropa mengenal organesasi pecinta binatang, Nabi Muhammad saw telah mengajarkan perlunya mengasihi binatang.
Banyak sekali pesan beliau saw, menyagkut hal ini, dimulai dari
perintah mengasah pisau terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
menyembeleh -HR Muslim-.
Beliau saw juga memperingatkan bahwa ada seorang wanita masuk neraka
karena mengurung seekor kucing hingga akhirnya mati tanpa memberinya
makan, dan tidak pula melepaskannya untuk mencari makan sendiri. -HR
Bukhori Muslim-.
Dalam ajaran Nabi Muhammad saw sebagai Rohmat itu, terlarang memetik
bunga sebelum mekar, atau buah sebelum matang, karena tugas manusia
adalah mengantar semua makhluk menuju tujuan penciptaan. .. … …. ….. ……
……. …….. ………
Kembang diciptakan antara lain agar mekar sehingga lebah datang
menghisap sarinya dan mata menjadi senang memandangnya, disamping lebah
menghasilkan madu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan perkembangan
pengobatan.
Bahkan benda-benda tak bernyawa pun mendapat kasih sayang beliau saw.
Antara lain terlihat ketika beliau memnberi nama-nama bagi benda-benda
husus beliau.
Pedang beliau saw diberi nama : dzul-fiqor
Perisai beliau saw diberi nama : dzul-fadhul
Pelana beliau saw diberi nama : ad-daj
Tikar beliau saw diberi nama : al-kuz
Cermin beliau saw diberi nama : al-midallah
Gelas minum beliau saw diberi nama : al-mamsyuk, dan lain-lain.
itu semua untuk mengesankan bahwa benda-benda tak bernyawa itu bagaikan
memiliki kepribadian yang juga membutuhkan rohmat kasih sayang dan
persahabatan.
TUGAS “ANAK” SEBAGAI PENERUS NABI MUHAMMAD SAW DENGAN MEMBERI ROHMAT KASIH SAYANG KEPADA SAUDARA MUKMIN
Alloh swt berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
“Dan HAMBA-HAMBA ARROHMAN yang baik itu, -ialah- orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan lemah-lembut -dan rendah hati-.
Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, MEREKA MENGUCAPKAN SALAM -kata-kata yang mengandung keselamatan-.”
– (QS.25:63).
Mereka yang disifati sebagai hamba-hamba ar-Rohman adalah yang ta’at
dan dipilih Alloh swt, yaitu yang ikhlas dan sabar serta berdzikir dan
bersyukur dengan memberikan rohmat kasih sayang kepada saudara mukmin.
Salah satu dari sifat kelemah-lembutan dan kerendahan hati mereka
adalah terhadap orang-orang jahil. “dan apabila ornag-orang jahil
menyapa mereka” dengan sapaan tidak wajar atau yang mengandung amarah
atau yang membuat sakit hati, “mereka berucap salam” ya’ni mereka
membiarkan dan meninggalkannya, bahkan mereka berdo’a untuk keselamatan
semua pihak.
Menurut Hujjatul-islam al-Ghozali:
Buah yang dihasilkan oleh peneladanan sifat ar-Rohman pada diri
seseorang akan menjadikannya memercikkan rohmat dan kasih sayang kepada
hamba-hamba Alloh yang lengah, dan ini mengantarnya mengalihkan mereka
dari jalan kelengahan menuju Alloh secara lemah lembut, tidak dengan
kekerasan.
Dia akan memandang orang-orang berdosa dengan pandangan kasih sayang
-rohmat- serta menilai setiap kedurhakaan yang terjadi di alam raya
bagaikan kedurhakaan terhadap dirinya, sehingga dia dalam pertaubatannya
tidak menyisihkan sedikit pun upaya memohonkan ampunan bagi orang lain
seperti bagi dirinya sendiri.
“Mereka itulah orang-orang yang akan dibalas dengan martabat yang sangat tinggi karena kesabaran mereka” – (QS.25:75).
Seseorang yang menghayati bahwa Alloh adalah ar-Rohman -pemberi
rohmat kepada makhluk-makhluk-Nya dalam kehidupan dunia- dan ar-Rohim
-pemberi rohmat kepada makhluk-makhluk-Nya dalam kehidupan akhirat- akan
berusaha memantapkan dirinya sifat rohmat dan kasih sayang sehingga
menjadi ciri kepribadiannya.
Dia tidak akan ragu atau segan mencurahkan rohmat kasih sayang itu
kepada sesama manusia tanpa membedakan suku, bangsa, ras maupun tingkat
keimanan, dengan memberi rohmat kasih sayang, baik yang hidup maupun
yang mati.
Dia akan menjadi bagai matahari yang tidak kikir atau bosan memancarkan cahaya dan kehangatannya, kepada siapapun dan dimanapun.
Kata SALAMAN terambil dari akar kata SALIMA yang ma’nanya berkisar pada KESELAMATAN dan keterhindaran dari segala yang tercela.
Keselamatan adalah batas antara keharmonisan, kedekatan dengan perpisahan serta rohmat dengan siksaan.
Ciri sifat kepribadian mereka yang kedua adalah:
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
“Dan orang-orang yang -penuh rohmat juga mereka yang senantiasa-
memasuki malam hari -beribadah secara tulus-, demi untuk Tuhan
-pemelihara- mereka -tanpa pamrih- dalam bersujud dan berdiri -sholat-.”
– (QS.25:64).
Ayat diatas menyatakan betapa pentingnya mendekatkan diri kepada
Alloh swt dengan melakukan sholat malam, dalam satu riwayat dinyatakan
bahwa siapa yang sholat sunnah dua roka’at setelah sholat isya’, maka
telah dapat dinilai melaksanakan kandungan ayat ini.
Quraisy Syihab mengatakan bahwa, sifat pertama yang disandang oleh
hamba-hamba Alloh itu yang disebut oleh ayat 63 adalah sifat mereka yang
berkaitan dengan makhluk, sedang di ayat 64 ini adalah yang berkaitan
dengan al-Kholiq. Ini mengisyaratkan pentingnya interaksi antar sesama
makhluk serta pelunya mendahulukan kepentingan mereka dari pada ketaatan
kepada Alloh yang bersifat sunnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar