Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sahabat as sabiqunal awwalin, sahabat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak seperti umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al Qur’an, ia jauh melampaui para sahabat pada umumnya. Kisah keislamannya cukup unik, karena ia melihat dan mengalami secara langsung mu’jizat Rasulullah SAW.
Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas'ud bekerja mengembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu'aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW. Suatu ketika saat sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi karena hanya melaksanakan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas'ud pun tidak bisa memenuhi permintaan itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang tentunya tidak mungkin mengeluarkan air susu.
Ibnu Mas’ud remaja memenuhi permintaan beliau tersebut. Setelah anak kambing itu diletakkan di depan Nabi SAW, beliau mengikat dan mengusap susunya dan berdoa dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas'ud. Sungguh ajaib, kantung susunya jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar datang dengan membawa batu cekung, dan memerah air susunya, Abu Bakar meminum susu tersebut sampai kenyang, kemudian memerah lagi dan memberikan kepada Ibnu Mas'ud. Dan terakhir Abu Bakar memerah lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, beliau berkata, "Mengempislah!!"
Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali seperti semula, dan ia berlari kembali ke kumpulannya.
Ibnu Mas'ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi SAW tersebut. Maka beliau menyampaikan tentang risalah Islamiah yang beliau bawa, dan seketika itu Abdullah bin Mas'ud memeluk Islam.
Nabi SAW memandang cukup intens kepadanya, kemudian bersabda, "Engkau akan menjadi seorang yang terpelajar..!!"
Tentu saja Ibnu Mas'ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi SAW, apalagi saat itu ia hanyalah seorang anak miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis pengajaran Nabi SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sejak sebelum beliau menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam. Sedikit demi sedikit pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia mampu menghafal dan menguasai wahyu-wahyu, yakni ayat-ayat Al Qur’an.
Suatu ketika Rasullullah SAW ingin ada seseorang yang membacakan Al Qur'an kepada orang-orang Quraisy karena mereka belum pernah mendengarnya, dan ternyata Abdullah bin Mas'ud yang mengajukan dirinya. Tetapi Nabi SAW mengkhawatirkan keselamatannya, beliau menginginkan orang lain saja, yang mempunyai kerabat kaum Quraisy, yakni yang bisa memberikan perlindungan jika ia disiksa. Tetapi Ibnu Mas'ud tetap mengajukan diri, bahkan setengah memaksa, sambil berkata, "Biarkanlah saya, ya Rasulullah, Allah pasti akan membela saya…!!”
Sungguh suatu semangat besar yang didorong jiwa muda yang berapi-api, sehingga kurang mempertimbangkan keselamatan dirinya. Dan tanpa menunggu lagi, ia berjalan ke majelis pertemuan kaum Quraisy di dekat Ka'bah, dan Nabi SAW membiarkannya. Sampai di sana, ia berdiri di panggung atau mimbar di mana orang-orang Quraisy biasanya melantunkan syair-syair mereka, dan mulai membaca ayat-ayat Qur'an dengan mengeraskan suaranya. Yang dibacanya adalah Surah ar Rahman. Orang-orang kafir itu memperhatikan dirinya sambil bertanya, "Apa yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin itu?"
Ibnu Ummi Abdin adalah nama gelaran Abdullah bin Mas’ud. Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa saat lamanya.
Tetapi salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata, "Sungguh, yang dibacanya itu adalah apa yang dibaca oleh Muhammad…!!"
Segera saja mereka bangkit menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur. Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih mampu melantunkannya. Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke tempat Nabi SAW dan para sahabat berkumpul. Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akibat pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sahabat berkata, "Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu!!"
Tetapi dengan tegar Ibnu Mas'ud berkata, "Sekarang ini tak ada lagi yang lebih mudah bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya…"
Mereka berkata, "Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka…!!"
Nabi SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memberikan komentar apa-apa.
Peristiwa tersebut menjadi pertanda awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al Qur'an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya dibutuhkan banyak orang, khususnya dalam bidang Al Qur'an.
Ia memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW, pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau. Ia mendengar 70 surah Al Qur'an langsung dari mulut Rasulullah SAW, dan tidak ada sahabat lainnya yang sebanyak itu mendengar langsung dari Nabi SAW. Ia juga selalu merekam (mengingat) peristiwa demi peristiwa yang berhubungan dengan surah-surah Al Qur'an. Jika ia mendengar kabar tentang seseorang yang mengetahui suatu peristiwa yang berhubungan dengan Al Qur'an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.
Tentang kemampuannya di bidang Al Qur'an, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang ingin mendengar Al Qur'an tepat seperti ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengar bacaan Al Qur'an Ibnu Ummi Abdin (yakni, Abdullah bin Mas'ud). Barang siapa ingin membaca Al Qur'an tepat seperti saat diturunkan, hendaklah ia membaca seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin…" Beliau juga pernah bersabda, "Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…"
Bahkan tak jarang Nabi SAW memerintahkan Abdullah bin Mas'ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan beliau akan memerintahkannya berhenti setelah beliau tak dapat menahan tangis karena mendengar bacaannya. Beliau seolah dibawa "bernostalgia" dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan, karena bacaannya memang tepat seperti saat ayat-ayat Al Qur’an itu diturunkan, yakni ketika dibacakan oleh Malaikat Jibril.
Pada mulanya Ibnu Mas’ud memang berkeberatan dan heran ketika Nabi SAW meminta dia membacakan suatu ayat atau surah Al Qur’an untuk beliau. Ia berkata, “Saya membacakan al Qur’an untuk engkau? Bukankah Al Qur’an diturunkan kepada engkau, ya Rasulullah??”
Nabi SAW bersabda, “Benar, tetapi aku ingin mendengarnya dari orang lain!!”
Maka Abdullah bin Mas’ud membaca Surat An Nisa dengan apa adanya yang ia mampu, sementara Nabi SAW tampak begitu terhanyut dengan bacaannya. Ketika ia sampai pada ayat ke 41, yaitu : Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).
Tiba-tiba Nabi SAW berurai air mata dan bersabda, “Cukuplah, wahai Ibnu Mas’ud!!”
Mungkin terbayang pada Nabi SAW akan keadaan di hari kiamat nanti, dan beliau merasa bahwa tidak mudah bagi umat beliau, khususnya yang hidup di zaman akhir seperti kita ini, untuk menghadapi huru hara pada hari pembalasan itu. Berapa banyak yang akan celaka karena tidak mau mengikuti sunnah dan jejak langkah beliau. Padahal beliau menginginkan, kalau bisa, tidak satu orangpun dari umat beliau yang akan celaka dan masuk neraka.
Pada kesempatan lainnya, Nabi SAW pernah bersabda, yang mengukuhkan kemampuan dirinya dalam hal Al Qur’an, “Ambilah (berpeganglah) pada empat orang dalam hal membaca Al Qur’an, yaitu : Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab dan Salim, maula Abu Hudzaifah!!”
Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas'ud tidak meyakinkan. Perawakan tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi bahan tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat gigi (siwak) oleh Nabi SAW. Melihat sikap mereka ini, beliau bersabda, "Tuan-tuan mentertawakan kedua betis Ibnu Mas'ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanya lebih berat daripada gunung Uhud…."
Abdullah bin Mas'ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW, begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar.
Ketika perang Badar usai, Nabi SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas'ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sahabat lainnya. Sebenarnya saat pertempuran berlangsung, beliau telah didatangi dua pemuda Anshar, Mu'adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra. Mereka berdua mengaku telah membunuh Abu Jahal. Setelah memeriksa pedang kedua pemuda tersebut, beliau pun membenarkan pengakuan mereka. Hanya saja beliau ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.
Ibnu Mas'ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan akhirnya menemukan tubuh Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas'ud yang kecil berdiri di atas tubuh Abu Jahal yang kokoh kekar sedang terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata, "Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!"
"Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah aku menjadi hina karena menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…"
Memang, dua pemuda Anshar yang membunuhnya adalah para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga jika saja yang membunuhnya adalah seorang pahlawan perang seperti Hamzah atau Umar. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas'ud yang masih menginjak lehernya, "Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing…."
Ibnu Mas'ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa lama kemudian Abu Jahal tewas, ia memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada Nabi SAW. Sampai di hadapan beliau, ia berkata, "Wahai Rasulullah, ini kepala musuh Allah, Abu Jahal…!"
"Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia," Kata Nabi SAW sampai tiga kali, kemudian beliau bersabda lagi, "Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuhNya…"
Ada suatu peristiwa berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi keinginan dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab sedang memakamkan jenazah salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni. Nabi SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar dan Umar berada di atas. Ia mendengar beliau bersabda, "Ulurkanlah kepadaku lebih dekat…!!"
Nabi SAW menerima jenazah Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian beliau berdo'a, "Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhai pula ia oleh-Mu..!!"
Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas'ud berkata, "Alangkah baiknya jika akulah pemilik liang kubur itu…."
Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi karena tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah. Ia wafat pada tahun 32 hijriah, yakni pada masa khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya adalah sahabat Ammar bin Yasir.
( Yang Pertamakali mengumandangkan Al-Quran dengan suara merdu )
Sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke rumah Arqam, Abdullah bin Mas’ud telah beriman kepadanya dan merupakan orang keenam yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian ia termasuk golongan yang mula pertama masuk Islam.
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu diceritakannya sebagai berikut:
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan Uqbah bin Mu’aith. Tiba-tiba datang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama Abu Bahar radhiyallahu ‘anhu, dan bertanya: “Hai nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami': “Aku orang kepercayaan” ujarku': “dan tak dapat memberi anda berdua minuman …!”
maka sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apakah kamu punya kambing betina mandul, yang belum dikawini oleh salah seekor jantan”? ada : ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka. Kambing itu diihat kahinya oleh Nabi lalu disapu susunya sambil memohon kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair banyak …. Kemudian Abu Bahar mengambikan sebuah batu cembung yang digunakan Nabi untuk menampung perahan susu. Lalu Abu Bakar pun minum lah, dan saya pun tidak ketinggalan …. Setelah itu Nabi menitahhan kepada susu: “Kempislah!': maka susu tu menjadi kempis….
Setelah peristiwa itu saya datang menjumpai Nabi, katahu: “Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebutl”
Ujar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”
Alangkah heran dan ta’jubnya Ibnu Mas’ud ketika menyaksikan seorang hamba Allah yang shalih dan utusan-Nya yang dipercaya memohon kepada Tuhannya sambil menyapu susu hewan yang belum pernah berair selama ini, tiba-tiba mengeluarkan kurnia dan rizqi dari Allah berupa air susu murni yang enak buat diminum …!
Pada sa’at itu belum disadarinya bahwa peristiwa yang disaksikannya itu hanyalah merupakan mu’jizat paling enteng dan tidak begitu berarti, dan bahwa tidak berapa lama iagi dari Rasululla~i yang mulia ini akan disaksikannya mu’jizat yang akan menggoncangkan dunia dan memenuhinya dengan petunjuk serta cahaya ….
Bahkan pada saat itu juga belum diketahuinya, bahwa dirinya sendiri yang ketika itu masih seorang remaja yang lemah lagi miskin, yang menerima upah sebagai penggembala kambing milik ‘Uqbah bin Mu’aith, akan muncul sebagai salah satu dari mu’jizat ini, yang setelah ditempa oleh Islam menjadi seorang beriman, akan mengalahkan kesombongan orang-orang Quraisy dan menaklukkan kesewenangan para pemukanya….
Maka ia, yang selama ini tidak berani lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy kecuali dengan menjingkatkan kaki dan menundukkan kepala, di kemudian hari setelah masuk Islam, ia tampil di depan majlis para bangsawan di sisi Ka’bah, sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, lain berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisikan wahyu Iiahi al-Quranul Karim:
Bismillahirrahmanirrahim ….
Allah Yang Maha Rahman ….
Yang telah mengajarkan al-Quran ….
Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan ….
Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan….
Lain dilanjutkannya bacaannya, sementara pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga mereka …. dan tak tergambar dalam fikiran mereka bahwa orang yang menantang kekuasaan dan kesombongan mereka …, tidak lebih dari seorang upahan di antara mereka, dan penggembala kambing dari salah seorang bangsawan Quraisy …. yaitu Abdullah bin h/las’ud, seorang miskin yang hina dina …. !
Marilah kita dengar keterangan dari saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik dan mena’jubkan itu! Orang itu tiada lain dari Zubair radhiyallah ‘anhu katanya:
“Yang mula-mula menderas al-quran di Mekah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ialah Abdullah bin Masitd radhiyallah ‘anhu . Pada suatu hari para shahabat Rasulullah berkumpul, kata mereka:
“Demi Allah orang-orang Quraisy belum lagi mendengar sedikit pun al-quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka….
Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka ….”
Maha kata Ibnu Mas’ud: “Saya “.
Kata mereka: “Kami Khawatir akan keselamatan dirimu!
Yang kami inginkan ialah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan mempertahankannya dari orang-orangg itu jika mereka bermaksud jahat ….':
“Biarkanlah saya!” kata Ibnu Mas’ud pula, “Allah pasti membela Maka datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu dluha, yakni ketika mereka sedang berada di balai pertemuannya….
la berdiri di panggung lalu membaca: Bismillahirrahmaanirrahim, dan dengan mengerashan suaranya: Arrahman Allamal Quran ….
Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil bertanya sesamanya:
“Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu … .
Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad”
Mereka bangkit mendatangi dan memukulinya, sedang Ibnu Mas’ud meneruskan bacaannya sampai batas yang dihehendaki Allah .Setelah itu dengan muka dan tubuh yang babak-belur ia kembali hepada para shahabat. Kata mereka:
“Inilah yang kami khawatirkan terhadap dirimu ….!”
Ujar Ibnu Mas’ud “Sekarang ini tak ada yang lebih mudah bagimu dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat hal yang sama esok hari ”
Ujar mereha: “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Benar, pada saat Ibnu Mas’ud tercengang melihat susu kambing tiba-tiba berair sebelum waktunya, belum menyadari bahwa ia bersama kawan-kawan senasib dari golongan miskin tidak berpunya, akan menjadi salah satu mu’jizat besar dari Rasulullah, yakni ketika mereka bangkit memanggul panji-panji Allah dan menguasai dengannya cahaya slang dan sinar matahari. Tidak diketahuinya bahwa saat itu telah dekat …. Kiranya secepat itu hari datang dan lonceng waktu telah berdentang, anak remaja buruh miskin dan terlunta-lunta serta-merta menjadi suatu mu’jizat di antara berbagai mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam….!
Dalam kesibukan dan berpacuan hidup, tiadalah ia akan menjadi tumpuan mata ….
Bahkan di daerah yang jauh dari kesibukan pun juga tidak … .! Tak ada tempat baginya di kalangan hartawan, begitu pun di dalam lingkungan ksatria yang gagah perkasa, atau dalam deretan orang-orang yang berpengaruh.
Dalam soal harta, ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam seal pengaruh, maka derajatnya jauh di bawah ….Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari pebendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja yang dapat menundukkan para adikara dan ikut mengambil bagian dalam merubah jalan sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia terlunta-lunta, Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan ….
Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengatakan kepadanya: “Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar”. Ia telah diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum ummat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan tulang punggung para huffadh al-Quranul Karim .
Mengenai dirinya ia pernah mengatakan:
“Saya telah menampung 70 surat alquran yang kudengar langsung dari RasululIah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiada seorang pun yang menyaingimu dalam hal ini….”
Dan rupanya Allah swt. memberinya anugerah atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa dalam mengumandangkan alQuran secara terang-terangan dan- menyebarluaskannya di segenap pelosok kota Mekah di saat siksaan dan penindasan merajalela, maka dianugerahi-Nya bakat istimewa dalam membawakan bacaan al-Quran dan kemampuan luau biasa dalam memahami arti dan maksudnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberi washiat kepada para shahabat agar mengambil Ibnu Mas’ud sebagai teladan, sabdanya:
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberihan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin ….!”
Diwashiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran daripadanya. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barangsiapa yang ingin hendak mendengar al-quran tepat seperti diturunhan, hendaklah ia mendengarhannya dari Ibnu Ummi ilbdin …!
Barangsiapa yang ingin hendak membaca al-quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ;Ibdin …!”
Sungguh, telah lama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammenyenangi bacaan al-Quran dari mulut Ibnu Mas’ud …. Pada suatu hari ia memanggilnya sabdanya:
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah..?”
Jawab Rasulullah: “Saya ingin mendengarnya dari mulut orangiain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa hingga sampai pada firman Allah Ta’ala:
Maka betapa jadinya bila Kami jadikan dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai saksi bagi mereka … .!
Ketika orang-orang kafir yang mendurhakai Rasul sama berharap kiranya mereka disamaratakan dengan bumi … .! dan mereka tidah dapat merahasiahan pembicaraan dengan Allah ….!” (QS 4 an-Nisa: 41 — 42)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tak dapat manahan tangisnya, air matanya meleleh dan dengan tangannya diisyaratkan kepada Ibnu Mas’ud yang maksudnya: “Cukup …,cukuplah sudah, hai lbnu Mas’ud …!”
Suatu ketika pernah pula Ibnu Mas’ud menyebut-nyebut karunia Allah kepadanya, katanya:
‘”Tidah suatu pun dari al-quran itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya.
Dan tidah seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sehiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang Kitabullah daripadaku, pastilah aku ahan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaih di antaramu!”
Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini telah diakui oleh para shahabat. Amirul Mu’minin Umar berkata mengenai dirinya:
“Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-Iimpah':
Dan berkata Abu Musa ai-Asy’ari:
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan.'”
Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut beroleh pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan.
Berkata Hudzaifah tentang dirinya:
“Tidah seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud….
Dan orang-orang yang dikenal dari shahabat-shahabat Rasulullah sama mengetahui bahwa putera dari Ummi ‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah ….!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar