Sejarah Kiswah
Kali ini kita dibawa berkelana ke suatu kisah yang terjadi di negeri Yaman.
Pada masa itu, gelar bagi raja Yaman adalah Tubba’. Adalah Tubba’
yang bernama Tabban bin As’ad, seorang raja Yaman yang baik, adil, dan
senang berdagang.
Suatu ketika, Tubba’ bersama anaknya pergi berdagang ke Syam. Mereka
singgah di kota Madinah, yang waktu itu masih bernama Yastrib. Anak
Tubba’ ditinggalkan di Yastrib mengurus perdagangan di Yastrib,
sedangkan Tubba’ pergi ke Syam.
Lalu anak Tubba’ terlibat masalah dengan orang Yastrib, kemudian
berkelahi dan terbunuh. Maka Tubba’ marah, lalu mengirim pesan ke Yaman,
memerintah untuk menyerang Yastrib. Sehingga terjadilah peperangan
antara Yaman dengan Yastrib.
Di tengah peperangan, datanglah pendeta-pendeta Yahudi dari Syam dengan membawa Taurat menemui Tubba’.
“Kamu Tubba’ Raja Yaman?”
“Ya”
“Ada apa kamu ke sini?”
“Saya sedang memerangi orang-orang Yastrib”
“Demi Allah, kamu jangan sesekali memerangi orang Yastrib, karena kamu tidak akan mampu menaklukkan Yastrib”
“Tapi kan pasukanku kuat, pasukanku begitu banyak, sedangkan Yastrib ini cuma sedikit”
“Tetap saja kamu tidak mungkin menaklukkan Yastrib”
“Kenapa?”
“Karena di dalam Taurat sudah tertulis bahwa Yastrib ini tempat hijrahnya nabi akhir zaman, namanya Muhammad”
Subhanallah.. Sudah tertulis di Taurat
“Justru Yastrib ini yang akan membawa kebenaran, memancarkan
keadilan, cahaya kebenaran, maka harus hormat terhadap Yastrib,” kata
pendeta Yahudi.
Di situlah Tubba’ berhenti memerangi Yastrib.
Lalu Tubba’ bertanya kepada pendeta Yahudi tersebut, “Kamu ini agama apa?”
“Saya agama Yahudi”
“Bagaimana agama Yahudi?”
Maka diterangkan tentang agama Yahudi, tentang Taurat, begini-begini,
segala macam, Subhanallah, akhirnya Tubba’ ini memeluk agama Yahudi, dan
karena Tubba’ beragama Yahudi, maka di Yastrib pun beragama Yahudi.
Kemudian Tubba’ berkata, “Tanggung nih. Senjata saya sudah
dikeluarkan untuk berperang, sekarang batal perang, sayang kalau senjata
perang ini tidak digunakan, bagaimana?”
Adalah seseorang dari kabilah Huzail, yang tidak senang dengan
kabilah Khuza’a yang merampas Mekkah dari kabilah Jurhum, mengatakan,
“Wahai Tubba’, ada lagi satu negeri yang kaya, daripada pulang tidak
membawa apa-apa, maka serang negeri yang kaya itu saja, yaitu Mekkah.”
“Ayo kita berangkat ke Mekkah. Ayo kita serang Mekkah,” seru Tubba’.
Maka Tubba’ dan semua pasukannya berangkat menuju Mekkah.
Dalam perjalanannya, pendeta-pendeta Yahudi menemui Tubba’ kembali dan bertanya,
“Mau ke mana sekarang tujuannya?”
“Mau ke Mekkah”
“Mau apa kamu ke Mekkah”
“Mau menyerang Mekkah”
Pendeta Yahudi ini terkejut, “Waduh, lebih celaka lagi kamu menyerang Mekkah”
“Kenapa?”
“Di dalam Taurat, Mekkah ini tempat lahirnya nabi. Dan Mekkah ini di dalamnya ada yang disebut sebagai Ka’bah”
“Lalu ke Mekkah aku harus bagaimana?” tanya Tubba’.
“Kalau kamu ke Mekkah, alangkah baiknya kamu thowaf keliling Ka’bah”
“O begitu, anjuran siapa ini?”
“Anjuran agama Yahudi”
“Di dalam Yahudi, di dalam Taurat, ada petunjuk harus thowaf di Ka’bah?”
“Ya”
“Lalu kenapa kamu tidak thowaf ke sana?” tanya Tubba’ lagi.
“Karena di situ banyak patung, kami para pendeta tidak mau thowaf dalam keadaan begitu.”
Subhanallah, jadi gara-gara ada patung berhala di sana, pendeta Yahudi tidak mau thowaf.
“Tapi kalau kamu seorang raja, silakan thowaf di sana,” kata pendeta Yahudi.
Lalu datanglah Tubba’ ke Mekkah, ia thowaf di sana. Setelah thowaf,
ia tertidur. Bermimpilah ia dalam tidurnya, dalam mimpinya itu dia
menutupi ka’bah dengan kain.
Maka ketika Tubba’ bangun, diperintahkannya untuk mencari kain yang
paling mahal harganya, sutra yang paling mahal, kemudian ka’bah
dibungkus dengan kain tersebut. Sampai sekarang ka’bah pakai kain
pembungkus, yang disebut kiswah.
Jadi, yang pertama kali memberikan kiswah pada Ka’bah adalah Tubba’ Yaman, Tabban bin As’ad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar